Austin-Sparks.net

Sahabat Kristus dan Panggilan Sorgawi

oleh T. Austin-Sparks

Bab 11 – Sahabat yang Mendengar

Memasuki pasal kesepuluh Injil Yohanes, pasal 10 Injil Yohanes. Kita melihat bahwa di balik segala sesuatu dalam Injil Yohanes terdapatkan latar belakang Yahudi dan kita melihat bahwa di dalam Injil ini, ada pergerakan dari latar belakang Yahudi ke latar depan Israel yang baru. Yaitu, dari dispensasi Israel yang lama, ke dispensasi baru Israel yang baru dan sorgawi. Di dalam Injil ini ada gerakan yang sedang berlangsung; di satu sisi, ada penutupan sejarah Israel lama dan di sisi lain, ada pembukaan sejarah Israel baru sehingga ada latar belakang dan latar depan di dalam Injil ini.

Sekarang, kami mengikuti enam belas poin di dalam transisi itu dan malam ini kami sampai pada poin nomor 13 yang berarti tidak banyak lagi yang tersisa bagi kita! Dan poin nomor 13 ditandai dalam pasal 10 Injil oleh Yohanes. Semua orang tahu apa yang ada di dalam pasal ini, ini adalah pasal tentang gembala yang baik dan domba-dombanya. Kami tidak akan membaca pasal ini karena pasal ini sudah sangat terkenal, inti dari pasal ini adalah kata-kata, “Akulah gembala yang baik.” Saya ingin menambahkan satu atau dua bagian Kitab Suci lainnya di samping pasal itu dan kembali ke Kitab Mazmur.

Mazmur 77 dan ayat 20: “Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.”

Pasal 78, Mazmur 78 ayat 52: “Disuruh-Nya umat-Nya berangkat seperti domba-domba, dipimpin-Nya mereka seperti kawanan hewan di padang gurun.”

Sekarang di dalam Kitab Kisah Para Rasul, pasal 20, pada ayat 28: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.”

Sekarang kami beralih ke surat kepada orang Ibrani, dan surat ini adalah dasar dari semua renungan kami minggu ini. Surat kepada orang Ibrani pasal 13 ayat 20: “Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya.”

Jadi di sini kita memiliki kawanan domba yang dibicarakan, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tidak perlu banyak argumen bahwa Tuhan memandang Israel lama sebagai domba-Nya. Kitab para nabi sungguh penuh dengan gagasan ini; para nabi terus-menerus berbicara tentang Israel sebagai domba-domba Allah. Bangsa-bangsa dihakimi oleh Allah karena perlakuan mereka terhadap domba-domba Allah: mereka menghancurkan dan mencerai-beraikan domba-domba Allah. Allah sangat marah kepada para gembala palsu di Israel – mereka gagal memenuhi kepercayaan mereka kepada domba-domba. Nah, masih ada lebih banyak lagi, seperti yang telah kita lihat dalam kitab Mazmur tentang Israel sebagai domba-domba Tuhan.

Kami mulai renungan kami tentang perkara ini dengan berbicara tentang Tuhan yang adalah pemilik domba. Itulah pokok utama yang mengatur seluruh hal ini. Domba itu adalah milik Tuhan. Mereka adalah domba Tuhan, kepemilikan Tuhan atas kawanan domba itu ditekankan di mana-mana. Domba-domba ada untuk Sang Gembala, dan Sang Gembala ada untuk domba-domba-Nya. Kasih Allah bagi Israel sebagai domba-domba-Nya terlihat di mana-mana. Mereka adalah “umat gembalaan-Nya.” Kasih Allah bagi Israel lama merupakan hal yang sangat luar biasa. Betapa besar perhatian-Nya kepada domba-domba-Nya di padang gurun! Bagaimana, sebagai seorang Gembala, Ia menyediakan padang rumput dan air bagi mereka, bahkan di padang gurun. Betapa marahnya Dia ketika seseorang menyentuh domba-domba-Nya! Ia sangat cemburu mengenai domba-domba-Nya. Sentuhlah salah satu domba Tuhan dan saudara menyentuh Tuhan! Tuhan mengklaim kepemilikan atas domba-domba-Nya, dan karena Ia memiliki mereka dan mereka adalah domba-domba-Nya, segala sesuatu yang Ia lakukan adalah atas dasar itu.

Pada zaman sekarang ini, kita melihat bagaimana Allah, di satu sisi, harus meninggalkan Israel. Allah yang telah begitu mengasihi Israel, Allah yang telah begitu cemburu bagi Israel, Allah yang telah melakukan segala sesuatu yang dapat Ia lakukan bagi Israel, akhirnya harus menyerahkan domba-domba-Nya dan memutuskan hubungan-Nya dengan mereka.

Mengapa demikian? Itu tidak seperti Allah sama sekali! Itu tampaknya merupakan sebuah kontradiksi yang sangat besar dari Allah. Allah tidak akan pernah, tidak akan pernah melakukan itu jika Ia mungkin dapat menghindarinya. Ia telah berkata: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal.” Sungguh mengerikan bagi Allah untuk meninggalkan Israel, dan Ia harus melakukan itu. Dan saat ini Israel berada dalam kondisi itu – bukan lagi kawanan domba Allah, seperti di masa lalu. Domba-domba itu tersebar di seluruh dunia, mereka tidak memiliki seorang gembala.

Mengapa hal itu terjadi? Hanya karena satu alasan ini: dosa fatal Israel adalah penolakan mereka terhadap Allah sebagai satu-satunya Gembala mereka. Mereka berpaling kepada allah-allah lain; mereka menjadikan allah-allah lain sebagai gembala mereka. Mereka mengikuti suara allah-allah lain, mereka menolak kepemilikan tunggal Tuhan. Pasal yang agung itu, Yesaya 53, menunjukkan sikap mereka terhadap Sang Gembala. Sebuah kata muncul dari pasal itu: “Kita sekalian sesat seperti domba”, dan pasal itu menunjukkan bagaimana mereka memperlakukan Gembala yang disediakan Allah.

Sungguh mengagumkan untuk dicatat bahwa Rasul Paulus mengutip hal ini dalam suratnya kepada jemaat di Roma dalam pasal 10 ayat 16: “Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?”. Mereka menolak untuk mempercayai pesan para nabi, dan pesan para nabi itu semuanya adalah tentang Allah sebagai Gembala dan Israel sebagai domba. Dan sang nabi berkata: “Itulah sebabnya mereka berpaling dari TUHAN … Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri.” Menjauh dari jalan Tuhan dan mengikuti jalan mereka sendiri. Dan jalan mereka sendiri adalah untuk memilih gembala lain selain Tuhan.

Sungguh suatu hal yang cukup mengesankan untuk memperhatikan bahwa dalam Mazmur 95, di mana perkara tentang domba ini muncul, Mazmur 95 ayat 7: “Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.” Sekarang, apakah saudara memperhatikan ayat itu tidak berakhir di sana, sisa ayat itu adalah kata yang aneh ini: “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu.” Kita adalah … umat gembalaan-Nya tetapi umat gembalaan-Nya dapat memiliki hati yang sangat keras dan menolak untuk mendengar suara Gembala. Jadi kepada domba-domba-Nya yang lama, Ia berkata: “Pada hari ini, janganlah keraskan hatimu.”

Tahukah saudara, teman-teman, bahwa kata itu sendiri dikutip sedikitnya tiga kali dalam surat kepada orang Ibrani? Tiga kali dalam surat itu, kata ini dikutip: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu” (Ibrani 3:7, 8). Jadi, kekerasan hatilah yang menyebabkan Israel kehilangan Gembala mereka – penolakan untuk mendengar suara-Nya. Paulus berkata dalam surat kepada jemaat di Roma itu: “Aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar”, dan saudara hanya perlu membaca satu pasal ini, Yohanes 10, untuk melihat kerasnya hati Israel. Ini adalah hal yang mengerikan!

Coba perhatikan ini: Yesus telah berbicara tentang Diri-Nya sendiri sebagai Gembala yang baik, yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Ia telah berkata: “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya” dan semua hal yang luar biasa ini tentang Diri-Nya sendiri sebagai Gembala dan domba-domba-Nya. Apakah saudara memperhatikan apa yang terjadi di ayat 19? “Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka (orang Yahudi) berkata: Ia kerasukan setan” … “Akulah Gembala yang baik … Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba … Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup … Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.” Semua hal yang indah dan ajaib ini dan orang-orang Yahudi berkata: “Ia kerasukan setan!”

Sekarang, apakah saudara mengerti mengapa Allah harus mengusir mereka? “Kami telah mengeraskan hati kami. Kami masing-masing telah berpaling mengikuti jalan kami sendiri. Kami sekalian sesat seperti domba. Kami telah meninggalkan Gembala karena keinginan kami sendiri. Dengan kata lain, kami telah berkata: “Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.”

Itulah latar belakang Yahudi dari Yohanes 10. Yesus datang ke dalam situasi itu sebagai Gembala yang baik. Dan sungguh situasi yang sulit untuk dihadapi! Saudara dapat merasakan suasana permusuhan itu sendiri, saudara dapat merasakan bagaimana mereka membenci-Nya. Saat ini mereka akan bersekongkol untuk membunuh-Nya. Ia benar ketika Ia menyebut mereka serigala-serigala yang akan menghancurkan domba-domba!

Tepat ke dalam atmosfer itu Yesus datang dan Ia berkata: “Akulah Gembala yang baik, dan Aku akan menuntun domba-domba-Ku keluar dari semua ini. Aku akan membawa kawanan domba-Ku keluar dari lingkungan ini, keluar dari kawanan palsu ini.” Dan Ia menuntun inti kawanan-Nya yang baru dan Ia memberikan kepada mereka hidup yang kekal. Ia memulai dengan inti keluar dari yang lama – pekerjaan pemisahan terjadi.

Saya tidak membaca seluruh pernyataan itu hanya untuk tujuan ini; saya ingin menyimpannya sampai saat ini: “Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi … Banyak di antara mereka berkata: “Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia? Yang lain berkata: “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?”

Jelaslah bahwa Ia mendapatkan beberapa domba lain. Ada yang dari kawanan lama yang condong kepada-Nya. Mereka adalah awal yang baru, Israel yang baru, dan Ia berkata: “Aku akan menuntun mereka keluar, keluar dari seluruh tatanan itu.” Dan kita melihat inti itu pada Hari Pentakosta: dimulai dengan dua belas – dan kemudian seratus dua puluh – dan kemudian lebih dari lima ratus saudara sekaligus – dan kemudian tiga ribu – dan kemudian lima ribu. Kawanan baru.

Nah, di sini saudara lihat, Yesus sedang membangun pada prinsip Perjanjian Lama. Jika Ia tidak dapat mengambil domba Perjanjian Lama, Ia akan mengambil prinsip Gembala dan domba dan Ia akan membawanya ke Israel baru-Nya dari dispensasi ini.

Nah, posisinya sudah sangat jelas, bukan? Di situlah letaknya, dengan sangat jelas: satu Israel disingkirkan dan Israel lain ditempatkan pada tempatnya. Israel duniawi pergi, Israel sorgawi datang untuk menggantikannya, dan Israel sorgawi ini menjadi kawanan baru di bawah Gembala yang baru.

Sekarang, kita harus memperhatikan beberapa tanda dari domba-domba sejati ini. Di sini Yesus berkata, “Aku mengenal domba-domba-Ku”, dan ada beberapa hal yang membuat Dia mengenal domba-domba-Nya sendiri. Jika saudara ragu tentang apakah saudara adalah salah satu domba Tuhan, ini dia, saudara dapat membuktikannya, dan Tuhan mengenalinya sendiri melalui tanda-tanda ini.

Tahukah saudara, para gembala memberi tanda pada domba mereka sendiri. Mungkin tanda itu merah, atau mungkin tanda itu biru, tetapi pada domba mereka, mereka memberi tanda mereka sendiri. Dan di negeri kita sendiri, sungguh menakjubkan untuk melihat bagaimana hal itu bekerja. Banyak kawanan domba yang dilepaskan ke pegunungan dan mereka semua bercampur aduk, mereka bekelana jauh, jauh di atas pegunungan. Dan tibalah saatnya para gembala ingin membawa masuk kawanan domba mereka sendiri. Nah, bagaimana mereka akan mendapatkan domba mereka sendiri dari semua campur aduk ini? Nah, inilah hal yang sangat luar biasa: sang gembala memiliki seekor anjing gembala dan bagaimana hal ini terjadi, saya tidak tahu, tetapi anjing-anjing itu mengenali domba-domba milik gembalanya. Anjing gembala mengenali domba-domba milik tuannya dan sang gembala hanya memberi perintah kepada anjing-anjing itu. Dan anjing itu pergi ke pegunungan, ia memilih semua domba yang memiliki tanda tertentu di tubuhnya dan anjing itu membawa kembali hanya domba-domba itu. Intinya adalah bahwa domba-domba itu memiliki tanda pada diri mereka dan dengan tanda itu mereka dikenali. Sekarang Yesus berkata di sini: “Aku mengenal domba-domba-Ku karena ada tanda pada domba-domba-Ku.” Dan apakah tanda-tanda itu?

Yang pertama adalah ini: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan mereka mengenal Aku … Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan mereka mengenal Aku.”

Saudara tahu, ini, ini adalah ilustrasi dari sebuah kebenaran yang agung. Injil hanyalah ilustrasi dari kebenaran yang agung. Jika saudara terus membaca Perjanjian Baru, saudara akan membaca banyak tentang kecerdasan rohani, pemahaman rohani, dan saudara akan membaca tentang memiliki telinga untuk mendengarkan apa yang dikatakan Roh. Tujuh kali di awal Kitab Wahyu saudara menemukan itu – “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh.” Tentu saja, itu bukanlah telinga luar kita. Domba-domba Tuhan memiliki telinga batin yang diberikan kepada mereka, yaitu, kemampuan kecerdasan rohani; kemampuan untuk mendengarkan apa yang tidak dapat didengarkan oleh orang lain. Itulah yang Tuhan maksudkan – “Domba-domba-Ku tahu ketika Aku berbicara. Mereka memiliki telinga untuk-Ku. Domba-domba-Ku selalu mendengarkan suara-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku.”

Setiap anak Allah yang benar-benar dilahirkan kembali diberikan kemampuan untuk mendengar secara rohani. Itulah sebabnya, saudara berkata di awal kehidupan Kristen saudara: “Tuhan tampaknya sedang mengatakan sesuatu kepada-ku. Tuhan tampaknya sedang mengatakan bahwa aku tidak seharusnya berbicara seperti yang aku lakukan, dan Tuhan tampaknya sedang mengatakan kepada-ku bahwa aku tidak seharusnya berpakaian seperti yang biasa aku lakukan, dan Tuhan tampaknya sedang mengatakan kepada-ku bahwa aku tidak seharusnya pergi ke tempat-tempat yang biasa aku kunjungi …”, dan ribuan hal lainnya seperti itu. Tuhan tampaknya sedang mengatakan sesuatu … Ia sedang berbicara di dalam hati, dan semakin kita menjalani kehidupan Kristen, hal itu menjadi hal yang mengatur dalam hidup kita. Kita berusaha mendengarkan apa yang Tuhan katakan kepada kita, dan ketika kita mendengarkan suara-Nya, maka muncullah krisisnya. Apakah kita akan kembali ke jalan Israel lama dengan cara kita sendiri? Atau apakah kita akan mendengarkan suara itu dan menaatinya?

Saudara lihat, itulah pesan dari surat kepada orang Ibrani: “Janganlah kamu kembali kepada jalan yang lama itu! Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti yang mereka lakukan.” Akan tetapi, sungguh luar biasa untuk melihat orang-orang yang menaati suara-Nya! Ini bukanlah karena orang lain harus memberi tahu mereka hal-hal ini. Mereka adalah orang Kristen yang miskin yang harus terus-menerus diberitahu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan. Domba sejati mendengar suara-Nya dan mereka mengikuti-Nya. Ini adalah sesuatu yang keluar dari dalam hati – mereka telah mendengar Dia berbicara di dalam hati. Ini, tentu saja, adalah keseluruhan dari pokok bahasan Perjanjian Baru tentang pemahaman rohani, dan saudara dan saya, sebagai orang Kristen, seharusnya memiliki kemampuan pemahaman rohani itu.

Kami telah berbicara tentang Nikodemus sebelumnya. Ia adalah seorang pemimpin orang Yahudi, seorang laki-laki hebat di Israel. Ia memiliki kedudukan tinggi dan pendidikan yang tinggi, namun ia tidak mengerti apa-apa tentang hal-hal rohani. Yesus harus berkata kepadanya: “Jika Aku berbicara kepadamu tentang hal-hal duniawi, dan kamu tidak mengerti, baiklah, apa yang akan terjadi jika Aku mulai berbicara tentang hal-hal sorgawi?”. Nikodemus tidak dapat melihat melampaui hal-hal yang alamiah menuju hal-hal yang rohani. Ketika Yesus berkata, “Kamu harus dilahirkan kembali,” ia tidak dapat melihat melampaui hal-hal yang bersifat alamiah, ia berkata: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?”. Ia tidak memiliki kecerdasan rohani. Ia seperti seorang anak kecil, meskipun ia adalah guru yang hebat di Israel.

Saya punya seorang cucu perempuan yang berusia sekitar empat tahun. Ia pergi ke Sekolah Minggu dan ketika ia pulang dari Sekolah Minggu, ia berkata kepada ibunya: “Ibu, maukah ibu mengeluarkan semua mainan bayiku, mainan bayiku yang sudah kita simpan?” Ibunya berkata: “Mengapa kamu ingin ibu mengeluarkan mainan bayimu lagi?” “Oh,” katanya, “guruku bilang aku harus dilahirkan kembali!”

Ya, itu adalah anak kecil, saudara bisa mengharapkan itu dari seorang anak kecil, tetapi inilah Nikodemus yang sudah dewasa dan ia tidak lebih baik dari itu! Saudara mungkin mengharapkan lebih dari-nya, tetapi saudara tidak mendapatkannya. Kecerdasan rohani adalah milik orang-orang yang dilahirkan kembali, dan saudara dan saya diberikan karunia itu dengan kelahiran kita. Kita memiliki seperangkat kemampuan yang sama sekali baru, untuk mendengar, untuk melihat, untuk merasakan, dan seterusnya. Dan saya ulangi, tentang hal itulah yang dibicarakan Perjanjian Baru ketika berbicara tentang pemahaman rohani. Itulah yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan mereka mengenal Aku.”

Tanda berikutnya tentang domba-domba ini adalah: “Domba-domba-Ku … mengikuti Aku.”

Nah, itu sangatlah sederhana dalam kata-kata, tetapi maknanya sangat dalam. Artinya, domba-domba-Nya tidak perlu digiring, domba-domba-Nya tidak perlu dipaksa untuk mengikuti jalan-Nya. Domba-domba-Nya mengikuti-Nya dengan sukarela dan spontan. Tuhan tidak pernah perlu berkata (atau tidak seharusnya perlu berkata) kepada domba-domba-Nya: “Kamu harus datang ke sini.” Tuhan akan pergi ke jalan tertentu dan domba-domba-Nya melihat ke mana Ia pergi dan mereka mengikuti-Nya.

Tentu saja, di belahan dunia ini, yang terjadi justru sebaliknya, sejauh mana domba-domba bersangkutan. Saya punya seorang anak laki-laki yang berprofesi sebagai peternak dan ia punya salah satu anjing gembala yang hebat ini. Dan betapa seringnya kami mendengar dia memberi perintah kepada anjing itu dan anjing itu pun pergi. Tetapi anjing tidak pernah berdiri di depan domba-domba dan berkata, “Ikutlah aku!” Ia telah berputar di belakang domba-domba dan menggiring mereka. Ia berlari dari satu sisi ke sisi lain sepanjang waktu, ia tidak membiarkan salah satu dari domba itu lolos; ia menggiring mereka. Dan jika seekor domba berhenti, anjing itu diam-diam akan mendekat dan kemudian tiba-tiba menunjukkan kehadirannya dan domba itu terus berjalan! Nah, domba-domba ini harus digiring, tetapi tidak pernah seperti itu di Timur, dan Yesus mengambil prinsip pemerintahan dari Timur. Ia berkata: “Aku tidak menggiring domba-domba-Ku. Aku tidak pernah harus berada di belakang mereka dan memaksa mereka untuk terus berjalan. Aku tidak pernah harus menyuruh anjing menggigit tumit mereka untuk membuat mereka terus berjalan. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan mereka mengikuti Aku.” Ini adalah gerakan hati yang spontan untuk mengikuti Tuhan.

Sekarang mari kita terapkan hukumnya. Inilah tanda-tanda domba-domba-Nya. Apakah saudara salah satu dari domba-domba-Nya? Apakah saudara sungguh-sungguh mendengarkan Tuhan berbicara di dalam hati saudara? Apakah saudara mendengarkan suara-Nya? Apakah saudara berusaha agar hidup saudara dituntun oleh suara Roh dalam batin yang berbicara kepada saudara melalui Firman Allah, berbicara kepada saudara melalui keadaan hidup saudara, berbicara kepada saudara melalui kesedihan saudara? Tuhan selalu memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada kita, hanya sedikit hal yang terjadi pada domba-domba Tuhan yang tidak memiliki makna. Kita harus berusaha untuk mengetahui apa yang Tuhan katakan kepada kita – pemerintahan atas kehidupan domba-domba Tuhan adalah dengan mendengarkan suara-Nya. Apakah saudara tahu sesuatu tentang itu?

Dan bagaimana dengan tanggapan spontan kepada Tuhan ini … hati yang siap mengejar Tuhan? Kita hanya perlu tahu bahwa Tuhan menginginkan sesuatu dan kita menanggapinya dengan sepenuh hati, “Ya, Tuhan?”

Sekarang saya harus menutup, entah mengapa waktu berlalu dengan sangat cepat malam ini! Apa ikatan antara kita, domba-domba-Nya, dan Dia, Sang Gembala? Ini adalah ikatan yang sama seperti yang ada antara Israel lama dan Tuhan. Prinsip yang sama ini diambil alih, yaitu prinsip kepemilikan-Nya. Apa yang mempersatukan kita dengan Tuhan adalah kesadaran bahwa kita adalah milik-Nya, bahwa Ia adalah pemilik mutlak atas hidup kita. Untuk mengutip Kitab Suci yang lain: “Kamu bukan milik kamu sendiri, sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar,” dan kita memiliki tanda Tuhan yang dibubuhkan pada kita, yang merupakan meterai kepemilikan-Nya. Dan Paulus memberi tahu kita bahwa meterai itu adalah Roh Kudus – “dimeteraikan dengan Roh Kudus.” Ketika saudara melihat pada meterai itu, saudara tahu siapa pemilik kotak itu. Meterai itu berkata bahwa “Ini adalah milik orang tertentu.” Tuhan memberi kita Roh-Nya sebagai meterai bahwa kita adalah milik-Nya.

Sungguh domba yang hebat rasul Paulus itu! Ia berkata: “Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku (artinya, berusaha menyesatkan aku): karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus … tanda-tanda milik Yesus berarti bahwa aku adalah milik-Nya.” Ia berkata kepada perwira di kapal ketika ia sedang berlayar ke Roma: “Tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku.” Domba Tuhan yang sejati tidak pernah malu untuk berkata: “Aku milik Tuhan Yesus. Ia memiliki hidupku dan segala sesuatu yang ku-miliki. Aku sepenuhnya mengabdi kepada-Nya.” Itulah domba yang sejati!

Nah, ini adalah tanda-tanda Israel baru-Nya. Dan sekarang saudara dapat mengerti mengapa kita memiliki kata-kata ini yang telah menjadi kunci bagi semua meditasi kita: “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi … sahabat-sahabat Kristus.” Ada semacam persahabatan antara Gembala ini dan domba-domba-Nya. Mereka bukan sekedar hewan, mereka adalah teman-teman. Ada persahabatan yang indah antara Tuhan Yesus dan milik-Nya sendiri – “Sahabat panggilan sorgawi.”

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.