oleh T. Austin-Sparks
Mari kita lanjutkan dengan jalur meditasi khusus kita. Izinkan saya menyampaikan sedikit tentang sifat pelayanan ini karena satu-satunya objek yang ada dalam pandangan adalah kemuliaan Tuhan Yesus; itu berdiri di atas segalanya. Namun mengenai metode pelayanan-nya, ini bukanlah semata-mata waktu untuk berkhotbah; ini adalah waktu yang khususnya adalah untuk pengajaran tentang hal-hal Tuhan. Artinya adalah bahwa ada sisi pekerjaan-nya; ini adalah sesuatu yang harus kita terapkan sendiri, dan kerjakan di dalam Firman Allah. Namun ketika kami telah mengatakan itu, tentu saja, ini adalah saat untuk menasihati dan saat untuk memberi semangat di dalam kehidupan rohani. Karena itu, mari kita membahas Firman.
Dalam surat kepada orang Ibrani, pasal 3, ayat 1: “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi …”
Ayat 14, “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.”
Sekarang, sesuai dengan apa yang saya katakan tadi tentang bekerja, kita akan bekerja selama satu atau dua menit dengan satu kata. Dalam dua ayat yang telah kita baca, satu kata ini muncul. Dalam terjemahan ini katanya adalah “mendapat bagian”: “mendapat bagian dalam panggilan sorgawi”, “beroleh bagian di dalam Kristus.” Satu kata Yunani itu diterjemahkan ke dalam sejumlah kata-kata lain di dalam Perjanjian Baru kita, sebagaimana di sini, kata itu diterjemahkan mendapat bagian dan di dua bagian lain di dalam surat kepada orang Ibrani ini, kata itu diterjemahkan demikian; pasal 6 dan ayat 4, dan pasal 12 dan ayat 8. Saya tidak akan membaca semua ayat-ayat ini atau kita tidak akan melakukan apa pun yang lain sepanjang pagi hari ini.
Dalam Injil Lukas pasal 5 dan ayat 7, kata yang sama diterjemahkan sebagai “teman-teman.” Dalam pasal pertama kitab Ibrani lagi, dan ayat 9, ini diterjemahkan “sekutu”, “Allahmu telah mengurapi engkau … melebihi teman-teman sekutumu.” Ini adalah kata yang sama: “melebihi mereka yang mendapat bagian, teman-teman-mu, sekutumu” dan di dalam bentuk lain, kata ini muncul beberapa kali di dalam Perjanjian Baru. Dalam Ibrani 2:14, kata ini berarti “mendapat bagian”. Beberapa kali dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus, kata ini adalah “mengambil bagian.” Hari ini dalam Ibrani 7:13, kata ini adalah “berguna untuk.” Saudara akan melihat bahwa dalam setiap kasusnya ini mengacu pada suatu hubungan.
Saya telah mempelajari kata ini dengan cermat dan saya telah menemukan bahwa makna sebenarnya dan terdalamnya tidak diberikan kepada kita dalam banyak terjemahan ini. Seharusnya diterjemahkan ke dalam kata: “sahabat”. Sehingga apa yang patut kita baca adalah ini: “saudara-saudara yang kudus, sahabat-sahabat panggilan sorgawi … kita menjadi sahabat-sahabat Kristus jika kita teguh berpegang.” Jadi, dengan menggabungkan kedua ayat ini, kita akan, pada hari-hari ini, disibukkan dengan Para Sahabat Kristus dan Panggilan Sorgawi.
Gagasan tentang sahabat ini ada di seluruh Alkitab. Di balik segala sesuatu yang bersifat resmi dalam hubungan dengan Tuhan, selalu ada unsur pribadinya. Ingatlah Abraham, Abraham adalah hamba Tuhan yang hebat dan ia melayani Tuhan dengan sangat setia, namun hal terdalam tentang Abraham adalah bahwa ia adalah sahabat Allah. Allah berbicara tentang Abraham sebagai, “Sahabat-Ku.” Hal ini juga membawa serta gagasan tentang sahabat-sahabat Allah.
Musa adalah seorang hamba Tuhan yang hebat. Tuhan sering menyebut Musa sebagai “Musa, hamba-Ku,” namun kita tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dalam daripada itu. Allah berbicara dengan Abraham (seharusnya Musa) seperti “seorang berbicara kepada temannya.” Ada hubungan yang sangat intim antara Allah dan Musa, dan Musa dan Allah. Kenyataannya Musa adalah sahabat Tuhan.
Lalu bagaimana dengan Daud? Kita bisa mengatakan banyak hal tentang Daud, tetapi hal terbesar yang pernah dikatakan adalah “seorang yang berkenan di hati-Ku.” Dan itulah arti sahabat Tuhan.
Sekarang, ketika Tuhan Yesus datang ke bumi ini, Ia memilih murid-murid-Nya dan rasul-rasul-Nya berdasarkan persahabatan. Sebutlah mereka murid jika saudara mau – mereka yang telah memasuki sekolah Kristus dan diajarkan; sebutlah mereka rasul jika saudara mau – mereka yang diutus oleh-Nya. Namun hal terdalam dalam hubungan mereka dengan-Nya adalah bahwa mereka adalah sahabat-sahabat-Nya. Menjelang akhir waktu mereka, Ia berkata, “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” – sahabat dalam hidup, dan sahabat dalam penderitaan.
Ketika kita datang ke jemaat, jemaat bukanlah suatu institusi gerejawi yang resmi; itu sangat dingin, itu sangat formal, itu sangat jauh. Namun ketika Tuhan berbicara tentang jemaat-Nya, Ia selalu membicarakannya dalam istilah kasih, “Jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri … Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Mungkin kita harus memulihkan gagasan tentang jemaat ini, yang dipanggil untuk menjadi sahabat Kristus. Hubungan terdalamnya dengan-Nya adalah hubungan hati – hanya untuk menjadi sahabat-Nya dalam hidup, dalam pekerjaan, dalam penderitaan, dan dalam kemuliaan.
Sekarang, setelah membahas gagasan tentang sahabat, mari kita lanjutkan ke pemikiran kedua:
Alkitab adalah sebuah kitab dengan satu tujuan. Satu tujuan itulahyang melatarbelakangi semua tahap-tahapnya dan fase-fasenya. Satu tujuan itu terletak di balik ciptaan. Tujuan itu terletak di balik rencana Ilahi. Tujuan itu terletak di balik pemilihan. Tujuan itu terletak di belakang orang yang dipilih Allah. Tujuan itu terletak di balik semua pergerakan Allah di seluruh Alkitab. Tujuan itu terletak di balik semua gambar dan semua tipe. Tujuan itu terletak di balik tiga bagian utama Perjanjian Lama: bagian tentang imamat, diikuti dengan bagian tentang kedudukan raja, dan kemudian diikuti dengan bagian tentang para nabi. Perjanjian Lama terdiri dari ketiga bagian tersebut. Di balik segala sesuatu di dalam Perjanjian Lama terdapatkan satu tujuan. Di dalam Alkitab, Allah dinyatakan sebagai Allah yang memiliki tujuan; selalu bergerak dalam kedaulatan-Nya sebagaimana diatur oleh satu tujuan ini.
Apa satu tujuan ini di dalam dan melalui segalanya? Tujuan ini berpusat pada Anak Allah. Dalam segala hal, Allah memiliki Anak-Nya sendiri dalam pandangan. Kata “segala sesuatu” ini adalah istilah yang sangat komprehensif, tapi segala sesuatu dipahami oleh Anak Allah. Karena kita akan membahas lebih jauh surat kepada orang Ibrani ini, perhatikanlah faktor ini di awal surat ini. Pernyataan besar yang pertama adalah mengenai semua cara dan metode Allah di masa lalu: di masa lalu Allah bergerak dengan cara ini dan dengan cara itu, dengan jalan ini dan dengan jalan itu, tetapi pada akhir masa-masa itu Ia berkonsentrasi pada Anak-Nya – Ia mengumpulkan semuanya itu bersama-sama dan memfokuskannya pada Anak-Nya.
Anak Allah memahami keseluruhan Perjanjian Lama dan seluruh jalan Allah di dalam Perjanjian Lama. Dan kemudian untuk menekankan hal itu, surat ini berlanjut hingga dua pasal pertama untuk membawa kehebatan Anak Allah ke dalam pandangan. Saudara tahu hal-hal menakjubkan yang dikatakan tentang Anak Allah di pasal pertama, inilah Dia yang berada di atas segala yang lain, yang memahami segalanya dalam pemikiran Allah. Jadi, minat Allah terhadap Anak-Nya telah disampaikan kepada kita sejak awal dan pernyataannya adalah bahwa semua tujuan Allah berpusat pada Anak-Nya. Anak itu sekarang dikenal oleh manusia sebagai Yesus Kristus, tetapi poin-nya di sini adalah: setelah memperkenalkan dan menyajikan Anak, dan setelah mengagungkan Anak, Roh Kudus melalui penulis melanjutkan dengan cara ini (dan seharusnya tidak ada cela di antara pasal-pasal di sini), “Sebab itu, karena alasan ini, karena tujuan Allah dalam mengutus Anak-Nya, karena keagungan Anak-Nya yang tak terbatas, lebih besar daripada semua yang lain dan segala yang lain, karena alasan itu, saudara-saudara yang kudus, kamu dipanggil ke dalam persahabatan, persahabatan dengan Anak Allah dan persahabatan dalam panggilan sorgawi Anak Allah.”
Sekarang kita sampai pada poin ketiga dalam hubungan ini. Ada dua prinsip yang berkaitan dengan tujuan Ilahi di seluruh Alkitab. Yang pertama adalah apa yang baru saja kami tunjukkan: Allah selalu bekerja, selalu, dan hanya dalam hubungannya dengan tujuan-Nya. Pernyataan rasul Paulus adalah, tentang Allah, bahwa “yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”, dan kehendak itu berpusat pada Anak-Nya. Oleh karena itu Ia selalu bekerja, selalu dan hanya dalam hubungannya dengan Anak-Nya.
Alkitab berisi hal-hal yang hampir tak terhitung banyaknya … betapa banyaknya hal yang ada di dalam Alkitab! Hal-hal yang Allah ciptakan, dan hal-hal yang Allah gunakan. Lalu betapa banyaknya orang dijamah oleh Allah; banyak sekali orang-orang. Lalu betapa banyaknya cara berbeda yang digunakan Allah untuk mewujudkan tujuan-Nya – cara Allah sangatlah banyak! Sarana yang Ia gunakan … Alkitab sungguh penuh dengan hal-hal ini. Lalu kita memiliki berkat Allah; Allah sangat sering ditemukan memberkati manusia dan memberkati hal-hal.
Di sisi lain, ada penghukuman Allah, inilah penghukuman Allah dan Alkitab memiliki banyak penghukuman Allah. Namun ketika kami telah mengatakan semua itu, (dan tentu saja kita tidak akan pernah bisa benar-benar memahami semuanya itu, kitab ini selalu jauh, jauh lebih besar bagi kita) tetapi ketika kami telah mengatakan semuanya itu, tidak satu pun dari hal-hal ini: orang-orang, sarana yang digunakan, berkat, atau penghukuman, atau apa pun yang lain, adalah sesuatu dalam dirinya sendiri. Jika Allah adalah Allah pencipta, jika Allah memilih manusia, jika Allah menggunakan hal-hal, jika Allah memberkati, atau Allah menghukum, Ia selalu melakukannya dengan satu objek dalam pandangan: Ia menciptakan segala sesuatu untuk Anak-Nya. Itu adalah pernyataan Alkitab yang pasti. Ia memegang orang-orang ini dengan memiliki Anak-Nya dalam pandangan – jadi di dalam Abraham dan melalui Abraham, kita melihat Anak Allah. Baiklah, marilah kita puas dengan membuat pernyataan itu.
Jika Allah memberkati, itu adalah karena hal itu sejalan dengan kepentingan Anak-Nya. Jika saudara menginginkan berkat Tuhan, berdampinganlah dengan Tuhan Yesus, serahkanlah diri saudara sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Bapa tidak pernah melihat kita terpisah dari Tuhan Yesus, di dalam Dialah bahwa berkat Allah ditemukan. Jika Alkitab memiliki banyak yang dapat dikatakan tentang penghukuman Ilahi (dan betapa banyaknya yang dikatakan oleh para nabi tentang penghukuman Allah!), hal ini disebabkan karena hal-hal tersebut bertentangan dengan kepentingan-Nya di dalam Anak-Nya. Allah selalu memfokuskan pandangan-Nya pada satu objek-Nya; “objek” itu adalah Anak-Nya.
Allah tidak menyia-nyiakan apa pun. Ia tidak hanya tertarik pada hal-hal kecil saja sebagaimana adanya, hal-hal kecil itu menjadi hal-hal yang sangat besar dengan Allah ketika mereka berhubungan dengan Anak-Nya. Apakah saudara seorang yang sangat kecil, sangat tidak penting? Jika saudara secara vital terkait dengan Anak-Nya, Allah memandang saudara sebagai orang yang sangat penting. Namun ini bukanlah pentingnya diri saudara, atau diri saya, ini adalah pentingnya Anak-Nya. Saudara lihat, hal ini berlaku bagi semua guru sekolah yang setia mana pun. Saya kira kita semua pernah bersekolah dan kita pernah memiliki guru sekolah, dan beberapa dari kita di masa sekolah kita, kita ingin mengambil hati guru kita. Kita berusaha menyenangkan mereka karena kita ingin bahagia dengan guru kita dan kita ingin mendapatkan segala yang guru bisa lakukan bagi kita. Namun ingatan saya tentang para guru sekolah adalah ini: mereka tidak memiliki diri saya dalam pandangan! Satu-satunya hal yang mereka pikirkan, sejauh mana saya bersangkutan, adalah bagaimana tujuan mereka akan diwujudkan: mereka harus memiliki ulama yang baik, yang lulus ujian dan menjadi yang terbaik, dan segala sesuatu yang mereka pikirkan yang berkaitan dengan tujuan tersebut. Terkadang mereka akan sangat baik kepada saya, dan kemudian saya berpikir, “Betapa baiknya aku ini!” dan terkadang ini sebaliknya dan saya tahu sesuatu tentang penghukuman yang dapat diberikan sekolah! Sekarang, ini bukanlah karena mereka menyukai atau tidak menyukai saya, apa yang sebenarnya mereka sukai adalah akhirnya ketika ujiannya tiba. Jadi segala sesuatu tentang diri saya dilihat dari sudut pandang satu objek. Sekarang, saya tidak suka menyebut Allah sebagai kepala sekolah, namun prinsipnya tetap sama: Ia memandang kita dalam terang Anak-Nya, “Bagaimana laki-laki atau perempuan itu menjawab pemikiran-Ku dalam Anak-Ku? Berapa banyak Anak-Ku yang ada di sana di dalam laki-laki atau perempuan itu?” Nantinya kita akan melihat bagaimana Allah bekerja berdasarkan dasar itu, namun ketahuilah bahwa ini adalah prinsip dalam tujuan Allah yang membawa kita ke prinsip kedua.
Sementara Allah adalah Allah yang memiliki tujuan, selalu bergerak dalam kaitannya dengan tujuan tersebut, terus berjalan tidak peduli apa pun yang terjadi, terus berjalan bersama Anak-Nya, bekerja berdasarkan kedaulatan Ketuhanan-Nya sendiri dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya, Ia akan mencapai akhir-Nya. Itulah sebabnya Ia telah memberi kita kitab Wahyu. Sebelum kita mencapai akhirnya, Ia telah memberi tahu kita apa yang akan terjadi, tujuan-Nya akan terwujudkan; namun demikian, Ia tetap berpegang pada prinsip lain ini, Ia selalu:
Ia tidak pernah melepaskan manusia dari tanggung jawab. Mengapa demikian? Karena tujuan-Nya dalam Anak-Nya harus diwujudkan di dalam manusia – Manusia korporat besar di dalam apa Kristus akan memiliki kepenuhan-Nya.
Kristus tidak akan mewujudkan tujuan Allah sendirian. Ia tidak akan berada dalam kemuliaan hanya sebagai satu unit yang terisolasi. Jadi kita kembali ke ayat kita, “Saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi …” kita dijadikan sahabat Kristus jika kita mau teguh berpegang. Paulus berkata bahwa “Jemaat, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Oleh karena itu, ada tanggung jawab yang ada pada manusia, dan tidak ada kitab di dalam Alkitab yang menekankan hal ini lebih dari surat kepada orang Ibrani. Sehubungan dengan itu, surat ini adalah salah satu surat yang paling mengerikan di dalam Alkitab. [Audionya hilang sesingkat pada saat ini.] … Dalam surat ini, hal itu akan menjadi hal yang mengatur semua pertimbangan kami melalui hal-hal ini.
Jika Allah mengambil suatu alat sehubungan dengan tujuan-Nya, alat ini bisa berupa perorangan, atau bisa berupa sekelompok orang seperti Israel, atau seperti orang-orang yang diambil Allah di dalam Alkitab; jika Allah mengambil sebuah alat sehubungan dengan tujuan-Nya dan alat itu tidak menanggapi kehendak Allah, Allah akan melewati alat itu dan mencari alat lain. Ia akan memanggil orang lain untuk menggantikannya. Ini, dalam contoh terbesarnya, adalah apa yang kita miliki mengenai Israel. Allah memilih Israel untuk menjadi alat yang melaluinya Ia akan mendatangkan Anak-Nya. Israel dipanggil dan dipilih oleh Allah dalam kaitannya dengan Anak-Nya dan tujuan-Nya di dalam Anak-Nya. Dan apa yang Israel lakukan terhadap Anak-Nya? Mereka menolak Anak dan oleh karena itu, mereka menolak tujuan Allah dan Allah mengesampingkan mereka dan meneruskan. Yesus berkata: “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Sekarang, inilah arti sebenarnya dari surat kepada orang Ibrani ini sebagaimana yang akan kita lihat. Tidak ada seorang pun yang bisa berkata tentang Israel sekarang, “Mereka adalah sahabat Allah.” Israel pernah menjadi sahabat Allah dan sahabat Allah mengecewakan Allah. Betapa besar pencerahan yang diberikan oleh hal ini tentang Tuhan Yesus yang memanggil Yudas di antara dua belas murid. Yudas adalah salah satu dari dua belas, yang dipanggil untuk menjadi sahabat dan sahabat itu mengkhianati Tuhan-Nya. Israel dipanggil untuk menjadi sahabat Allah dan Kristus, Israel mengkhianati Anak Allah, dan Israel telah menderita hukuman Yudas: sahabat yang dikesampingkan, ditolak, sementara Allah tetap menjalankan tujuan-Nya dan membawa masuk orang lain untuk menggantikan mereka.
Jadi ini menjelaskan satu surat kecil kepada orang Ibrani ini, surat tentang tempat dan keagungan Yesus Kristus. Hal ini menetapkan betapa menakjubkannya panggilan untuk menjadi sahabat Kristus ini dan kemudian hal ini menjadikannya begitu jelas betapa buruknya bagi mereka yang dipanggil untuk menjadi sahabat, untuk mengecewakan Tuhan. Dikatakan, “Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu.” Saudara tidak akan pernah dapat memahami ungkapan “keselamatan yang sebesar itu” ini sampai saudara memahami arti dari menjadi sahabat Kristus. Adakah hal yang lebih besar daripada menjadi sahabat Yesus Kristus? Ketika saudara berpikir tentang Siapakah Dia itu dan ketika saudara berpikir tentang segala yang telah Allah rencanakan sehubungan dengan Anak-Nya, dan kemudian untuk berpikir bahwa saudara dan saya dipanggil untuk menjadi sahabat dari Anak Allah itu … itu sungguh merupakan suatu keselamatan yang sangat besar! Ini adalah keselamatan yang “sebesar itu”.
Nah sekarang, pagi ini kita telah menghabiskan waktu kita hanya dengan memikirkan satu kata ini, “sahabat”. Perjanjian Baru dibangun berdasarkan satu kata tersebut, berdasarkan satu gagasan tentang sahabat Kristus itu. Kristus pertama-tama terlihat memilih sahabat-sahabat-Nya, dan kemudian Ia terlihat mengajarkan mereka dengan kata-kata dan perbuatan, dan kemudian Ia terlihat menguji dan menampi mereka … Apakah mereka sahabat yang sejati? Atau apakah mereka hanya bersekutu dengan-Nya karena apa yang akan mereka dapatkan dari-Nya? Saudara bisa mempunyai banyak sahabat jika saudara memberikan mereka segalanya, jika mereka bisa mendapatkan semua yang mereka inginkan dari saudara, tapi bagaimana dengan hari ketika saudara tidak bisa memberi mereka apa pun selain penderitaan dan penganiayaan, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan alami mereka? Saudara hanya dapat menawarkan mereka sebuah tempat di rumah Bapa. Maka Ia menampi mereka, Ia menguji mereka, dan dalam lebih dari satu kali dikatakan, “Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”
Persahabatan adalah sesuatu yang diuji dan dinampi melalui kesulitan. Jika saudara menghadapi lebih banyak ujian, lebih banyak penderitaan dalam hubungan saudara dengan Kristus, cobalah lakukan hal ini yang menurut kita semua adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan: yaitu, Ia ingin menjadikan kita sebagai sahabat terdekat-Nya dalam persekutuan dengan-Nya tidak hanya dalam kemuliaan-Nya, tetapi juga dalam penderitaan-Nya. Jadi hubungan dengan Kristus dan di dalam Injil adalah berdasarkan persekutuan: kesatuan dalam hidup, kesatuan dalam tujuan, kesatuan dalam pengalaman, dan kesatuan dalam disiplin. Kesatuan dalam kematian, penguburan dan kebangkitan. Kesatuan dalam urapan-Nya; dan akhirnya, kesatuan dengan Dia dalam kemuliaan sorgawi-Nya.
Saya menutup pagi hari ini dengan kata penting ini: kita harus menyadari bahwa Yesus mengulangi diri-Nya sendiri secara rohani pada masa dispensasi ini. Ketika Lukas menulis kitab Kisah Para Rasul, ia mengawalinya dengan kata-kata ini: “Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus …” dan maksud Lukas adalah, “Aku sekarang akan menulis apa yang sedang terus dilakukan dan diajarkan-Nya.” Ini adalah Yesus yang sama, Ia melakukan pekerjaan yang sama, dan mengajarkan hal yang sama, namun ada perbedaannya; dulu ini adalah dengan ilustrasi secara sementara, sekarang ini adalah makna dari hal-hal itu secara rohani. Makna yang ada di dalam hal-hal dulunya, kini terletak pada apa yang Ia lakukan dengan kita secara rohani. Jika Ia membuka mata yang buta secara fisik, Ia sekarang membuka mata yang buta secara rohani dan itu sangat jauh lebih penting! Nah, itu hanyalah sebuah indikasi dari apa yang saya maksudkan, Yesus yang sama ini sedang melakukan pekerjaan yang sama dalam arti sekarang di dalam diri saudara dan di dalam diri saya! Ia mengulangi kehidupan duniawi-Nya secara rohani. Ia lebih berada pada garis makna daripada tindakan sekarang.
Mengapa kami mengatakan itu? Nah, ketika kami masih kanak-kanak, kami biasa menyanyikan himne (dan menurut saya saat kita dewasa kita sering merasakan hal yang sama) kami biasa bernyanyi, “Aku rasa ketika aku membaca kisah manis di masa lalu itu, ketika Yesus ada di sini di tengah-tengah kita …” dan kemudian diakhiri, “Aku ingin berada bersama-Nya pada saat itu.” Apakah saudara merasa ingin hidup bersama Dia pada saat itu di bumi? Apakah itu hal terbaik yang dapat saudara pikirkan? Izinkan saya memberitahu saudara: saudara sudah mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik daripada itu sekarang! Bolehkah saya mengatakan bahwa Yesus menyertai kita, tetapi oh, dengan cara yang jauh lebih indah daripada saat itu.
Kita sekarang dipanggil untuk menjadi sahabat Kristus, sahabat panggilan sorgawi dan urusan-Nya dengan kita mungkin jauh lebih nyata karena urusan-Nya dengan kita bersifat rohani dan kekal, sedangkan urusan-Nya pada waktu itu hanya bersifat fisik dan untuk sementara waktu. Ini adalah hal yang baik untuk merawat tubuh seseorang dan untuk membantu mereka dalam kehidupan ini, namun ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu, ini adalah panggilan sorgawi itu, apa yang bersifat kekal, yang tidak akan berlalu begitu saja sebagai hasil kerja hidup kita ketika waktu sudah tiada.
“Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi … kita adalah sahabat Kristus, asal saja kita teguh berpegang”. Semua itu hanyalah dengan cara meletakkan dasar-nya. Sebagaimana Tuhan membantu dalam beberapa hari mendatang ini, kami akan membangun di atas dasar itu.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.