oleh T. Austin-Sparks
“Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” (Yesaya 42:1-4).
Saya telah temukan Tuhan memasukkannya ke dalam hati saya dengan cukup kuat untuk mengatakan sesuatu tentang pelayanan Allah; dan saya pikir kita bisa mengumpulkannya ke dalam ayat pertama itu – “Lihat, itu hamba-Ku.” Tentu saja, di sini kata-kata ini secara kenabian terkait dengan Tuhan Yesus. Tidak ada keraguan tentang itu sama sekali, karena kata-kata ini sesungguhnya dikutipkan dalam pasal dua belas Injil Matius, ayat 17 dan 18 – “… supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan”; dan ada bagian lain dalam Perjanjian Baru yang adalah pengulangan, sebagiannya, dari kata-kata itu sendiri.
Tapi kemudian, semakin saudara berjalan dari pasal 42 dari nubuat Yesaya, saudara temukan kata-kata yang sama sangat sering digunakan dalam kaitannya dengan Israel. Saudara hanya perlu sekilas melalui pasal 43, 44 dan 45 untuk menemukan pengulangan yang konstan itu – “Hai Yakub, hamba-Ku,” “Engkau adalah hamba-Ku.” Tapi saudara temukan bahwa Israel gagal dalam pelayanan mereka, dan bahwa ini hanyalah setelah kegagalan Israel, Tuhan Yesus sebagai hamba-Nya, sesungguhnya datang sesuai dengan nubuat ini, dan Ia mengambil tujuan dan panggilan Ilahi yang indah itu, yang seharusnya adalah kehendak Allah bagi Israel untuk memenuhi – kesaksian bagi bangsa-bangsa lain. Ia, Tuhan Yesus, menjadi model hamba Tuhan yang besar dan inklusif, memenuhi pelayanan-nya, dan kemudian menyerahkannya kepada Jemaat untuk teruskan. Ada pengertian yang sangat nyata dan sangat benar di mana Kristus dan Tubuh-Nya, Jemaat, sekarang adalah hamba Tuhan, sehingga dapat dikatakan – atau harus bisa dapat dikatakan – akan Kristus dalam Jemaat “Lihat, itu hamba-Ku”; yaitu, dalam kaitannya dengan prinsip dan tujuan Ilahi. Jemaat dipanggil untuk mengambil pelayanan Tuhan Yesus itu dan melaksanakannya, dan hal itu harus dilakukan dengan tujuan Allah yang ada pada bangsa-bangsa lain. Dalam kata-kata yang tidak asing dalam kitab Kisah Para Rasul 15:14 – “dengan memilih suatu umat dari antara (bangsa-bangsa lain) bagi nama-Nya.”
Sekarang, kita harus mengambil panggilan Jemaat dalam representasi, representasi-nya yang ditemukan dalam tiga laki-laki. Laki-laki ini adalah, pada prinsipnya, dispensasi di mana kita hidup, menurut pikiran Allah; yaitu, mereka mewakili dispensasi tertentu ini yang merupakan dispensasi Jemaat.
Ingatlah bahwa dalam dispensasi ini kita memiliki segalanya dalam kepenuhan. Saudara mungkin tidak berpikir demikian, tapi kita memiliki segalanya dalam kegenapan. Dalam dispensasi sebelumnya, kita hanya memiliki gambaran, dan setiap gambaran atau jenis ada dalam keterbatasan, dan gagal pada titik tertentu. Sebesar-besarnya mereka, bahkan Abraham dan Musa dan yang lainnya hanyalah gambaran, dan tidak membawa tujuan melalui sampai perwujudan-nya. Dalam dispensasi ini, kita memiliki semuanya dibawa ke dalam kepenuhan di dalam Tuhan Yesus. Jika mereka adalah hamba di rumah Allah, kita memiliki “Anak” – nya dalam dispensasi ini. Pelayanan dibawa sampai ke kepenuhannya dan ke terbaiknya di dalam Tuhan Yesus. Semuanya dibawa melalui dari yang sebagian, yang tidak sempurna dan kegagalan dispensasi masa lalu sampai kelengkapan dalam hal ini, diwujudkan dalam Tuhan Yesus dan ditransfer ke Jemaat, dan itu berarti bahwa pelayanan pada dispensasi ini harus berada di tingkat yang paling tertingginya. Ini harus menjadi sesuatu yang sangat jauh lebih baik daripada pelayanan dispensasi-dispensasi masa lalu.
Sekarang, ketiga laki-laki ini yang mewakili dispensasi pada prinsipnya, sejauh mana panggilan Jemaat bersangkutan adalah, seperti yang saudara duga, Paulus dan Petrus dan Yohanes, masing-masing mewujudkan salah satu prinsip pelayanan yang besar.
Paulus segera datang tepat sejalan dengan Yesaya 42:1 – “Lihat, itu hamba-Ku yang Ku-pegang, orang pilihan-Ku …”; dan betapa jauh ke belakang kata “pilihan” itu pergi! Di mana Kristus bersangkutan, kata itu pergi jauh ke belakang, jauh ke belakang di luar batas waktu – Allah yang memilih, pilihan dan penentuan Anak-Nya, pilihan Allah, yang dipilih Allah. Paulus datang masuk sebagai perwujudan dari prinsip itu di dalam Jemaat. Di dalamnya, Jemaat mengambil prinsip pertama pelayanan menurut Kristus – pilihan. “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain” (Kisah Para Rasul 9:15). Ia adalah alat pilihan; dan sementara pemilihan khusus Paulus ada hubungannya dengan fungsi tertentunya, ini hanyalah salah satu aspek dari prinsip yang lebih umum mengenai pemilihan di mana Jemaat bersangkutan. Ia membuatnya sangat jelas kemudian dalam surat-suratnya kepada Jemaat di Roma dan Efesus. “Terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28); “Allah telah memilih kita di dalam Dia sebelum dunia dijadikan” (Efesus 1:4). Jemaat adalah alat pilihan, yang diketahui sebelumnya, dipilih sebelum dunia dijadikan; dan tidak dalam kaitannya dengan keselamatan, untuk pilihan – dipilih – tidak untuk keselamatan. Keselamatan hanya datang sepanjang garis itu. Ini tidak berlaku terutama untuk keselamatan; ini berlaku untuk tujuan – dipilih untuk tujuan Ilahi; yaitu, bahwa Allah harus mewujudkan rencana-Nya dan oleh karena itu Ia harus memiliki alat pilihan-Nya untuk rencana itu. Ia tidak dapat berlanjut tanpa alat tersebut dan jadi Ia mengamankannya dari kekekalan. Pilihan adalah untuk tujuan. Saya ulangi, Paulus adalah perwujudan dari prinsip bahwa pilihan kekal Tuhan Yesus Kristus ditransfer ke Jemaat dalam kaitannya dengan pelayanan Allah, sehingga ketika Paulus membawa Jemaat penuh ke tampilan, ia menunjukkan bahwa itu adalah untuk panggilan yang sorgawi dan kekal. Ia menjejaki sejarah rohaninya kembali sampai sebelum waktu mulai dan membawanya terus berlangsung sampai zaman demi zaman, dan berkata bahwa Jemaat, ditanam di sana dalam kekekalan, berdiri untuk panggilan khusus, untuk melayani Tuhan dalam tujuan tertentu yang dekat pada hati-Nya.
Rasul Paulus memecahkannya dan menerapkannya pada setiap anggota Kristus secara individu, dan berkata dalam lebih banyak kata-kata dari ini – “Jika saudara telah ditangkap oleh Kristus, jika saudara tahu bahwa diri saudara sendiri telah dipanggil ke dalam persekutuan Anak Allah, jika saudara adalah anggota dari Tubuh Kristus, saudara adalah itu atas dasar pilihan, atas dasar pilihan kekal untuk suatu tujuan. Ada terikat dengan hidup saudara sebuah pelayanan yang besar, saudara adalah bagian dari panggilan besar yang ditakdirkan selama-lamanya oleh Allah. Saudara berada di pelayanan “Jemaat”, saudara adalah sebuah alat pilihan.” Ini adalah hal yang luar biasa untuk memahami itu; hal itu memperhitungkan dan menjelaskan sangat banyak hal – jauh lebih banyak dari pada apa yang kita bahkan mampu sarankan di sini. Tapi mari kita perhatikan bahwa ada kedaulatan yang terletak di belakang keberadaan kita dalam hubungan kita saat ini dengan Tuhan Yesus. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu” (Yohanes 15:16). Ada kedaulatan yang terbaring di belakang keberadaan kita di sini, dan betapa banyak yang berhutang pada itu! Jika hal ini telah diserahkan kepada kita, di manakah kita akan berada hari ini? Apa yang akan terjadi pada kita? Puji Tuhan untuk kedaulatan itu yang, telah mengikat kita, mengikuti kita terus ke depan, dan ketika kita menyimpang dan bepergian, mengikat kita lagi, dan kita menemukan diri kita kembali lagi dan lagi dan lagi. Ada kedaulatan yang mengikati kita. Mari kita menggunakannya lebih dari itu. Ini akan membawa peristirahatan ke dalam hati kita, ini akan mengambil jumlah-lebih kecemasan dari kita, dan rasa tanggung jawab yang salah. Tanggung jawab kita dimulai dan diakhiri dengan pengabaian yang lengkap terhadap Tuhan, dan kepercayaan pada-Nya, dan ketaatan di mana Ia tunjukkan ketaatan diperlukan. Sisanya ada dengan-Nya, dan kedaulatan-Nya telah melakukan untuk menyempurnakan apa yang berhubungan dengan kita, dan untuk membebaskan kita dari sangat banyak kecemasan dan kekhawatiran dan resah dan beban yang diakibatkan dari kita yang mengambil pada diri kita sendiri apa yang adalah tanggung jawab Allah. Saya rasa kita belum sepenuhnya menyadari betapa besarnya Allah kita sesungguhnya. Allah yang telah kita gambarkan adalah sangat banyak menurut pikiran kita sendiri. Kita memerlukan ini, bahwa Ia harus diperbesar dalam penangkapan kita sendiri.
Itu adalah hal terakhir yang pernah Saulus dari Tarsus pikirkan, bayangkan atau maksudkan, bahwa ia harus menjadi hamba Yesus Kristus; dan karena hal itu begitu asing bagi pikirannya, kehendaknya, niatnya, ia selalu setelah itu membunyikan nada ini – “Aku ditangkap oleh Kristus Yesus; Tuhan-lah yang melakukannya.” Ini adalah salah satu papan keyakinan di bawah kakinya, salah satu hal yang memberinya rasa percaya diri seperti itu, jaminan tersebut, semakin ia berlanjut. “Aku tidak mengambil hal ini, ini bukan pilihan-ku; Tuhan melakukan ini dalam kedaulatan-Nya.” Jadi Paulus menjadi perwujudan prinsip Jemaat ini sendiri, prinsip dispensasi ini – bahwa Jemaat dipilih dalam kaitannya dengan tujuan Allah, dan kita berada di sini karena itu.
Tapi ini adalah tujuan yang mengatur, ini adalah pelayanan yang mengatur. Kita tidak berada di sini terpilih menjadi orang Kristen. Jika kita demikian, kita bisa duduk, melipat tangan kita dan tidak melakukan apa pun, dan berkata: “Kita adalah orang Kristen, bukan oleh kehendak kita sendiri, tapi Allah membuat kita menjadi orang Kristen, jadi, baiklah, kita meninggalkannya di situ.” Ingatlah, pilihan adalah untuk panggilan. Ini adalah “hamba-Ku” yang berhubungan dengan “orang pilihan-Ku.” Pilihan adalah dalam kaitannya dengan pelayanan.
Kemudian, sekali lagi, kedaulatan ini mengatur pemenuhan panggilan tersebut. Lihat laki-laki ini, Paulus. Ia adalah alat pilihan. Ia harus menanggung Nama itu, “kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel” (Kisah Para Rasul 9:15). Catatlah – ia tidak akan hanya berkhotbah tentang agama Kristen; ia akan memberitakan Nama itu, untuk menanggung Nama itu sampai kepada bangsa-bangsa lain, orang-orang Israel. Ia akan bertemu dengan sesuatu, karena di dalam bangsa-bangsa lain inilah penguasa dunia ini memiliki kepeduliannya, dan setiap nama lain selain nama-nya tidak akan disambut. Beritakan nama Yesus sebagai Tuhan dan Raja di hadapan raja-raja sebagaimana situasinya di zaman Paulus, dan katakanlah kepada mereka, “Yesus Kristus adalah Tuhan” – dan lihatlah apa yang akan saudara temui. Jika diperlukan penekanan yang lebih kuat, bawalah nama Yesus kepada orang-orang Israel. Kita tahu apa yang terjadi ketika Paulus menanggung Nama itu di dalam tiga dunia itu, dan khususnya di hadapan orang-orang Israel dengan prasangka dan kefanatikan dan kebencian mereka terhadap Nama itu. Paulus menemukan dirinya diselimuti ke mana-mana ia pergi oleh pertentangan pahit dari orang-orang agama Yahudi itu, tapi ia memenuhi perjalanan-nya. Ia berkata, “Aku telah mencapai garis akhir” (2 Timotius 4:7). Dalam kata-kata yang digunakan oleh Guru-nya, ia bisa berkata, pada dasar dan prinsip yang persis sama, “Aku memberikan nyawa-Ku … tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku” (Yohanes 10:17-18). Ia seharusnya telah mati secara harfiah ratusan kali, tapi ia tidak mati. Ia mencapai garis akhir, ia memenuhi pelayanannya, ia menyelesaikannya, dan, meskipun ia harus menempatkan kepalanya di atas balok algojo dan orang membunuhnya, itu pada kenyataannya adalah persembahan dirinya sendiri. Kedaulatan yang memilih melakukannya sampai pemenuhannya. Oh, ambil-lah semua yang saudara bisa dari semua ini; hal ini benar. Seberapa sering kita telah tergoda untuk merasa bahwa kita tidak akan pernah menyelesaikan pekerjaan kita, bahwa kita telah sampai ke akhir sebelum waktunya, bahwa keadaan, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan, penindasan, cobaan, akan membawa akhir sebelum waktunya pada pelayanan kita, pada panggilan rohani kita! Tapi di sini, ada kata-kata yang datang, bahwa ada kedaulatan yang, setelah memilih, juga mengatur pemenuhannya. Dan itu akan menjadi kenyataan setiap hamba Allah, setiap anggota Kristus, yang tetap di dalam Dia. Allah memastikan bahwa, setelah dipanggil, mereka memenuhi pelayanan mereka. Tidak peduli apa yang terjadi baik dari bangsa-bangsa lain atau raja-raja atau dari orang-orang Israel, mereka memenuhi pelayanan mereka. Mereka memiliki mandat dari langit dan tidak ada seorang pun yang dapat memotong pendek. Hal ini berlaku pada Jemaat seperti hal ini berlaku pada Paulus atau Yesus Kristus. Ini adalah masalah Jemaat. Hal ini hanya menjadi masalah pribadi dalam cara yang terkait itu; tapi hal ini benar.
Jadi kedaulatan mengatur keadaan. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Ada pilihan, dan ada kedaulatan Allah yang datang ke atas dan melalui situasi-situasi untuk membuat keadaan melayani akhir. Keadaan penjara Filipi menyebarkan Injil. Keadaan kapal karam memenuhi tujuan Allah. Segala sesuatu yang Paulus katalog-kan sebagai keadaan buruk – termasuk saudara-saudara yang membahayakan – dari semua itu, ia berkata, “Aku menghendaki, …, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil” (Filipi 1:12). Ini berbicara tentang kedaulatan memegang keadaan di mana tujuan bersangkutan. Semua ini adalah bagian dari pilihan.
Itu tidaklah semua yang bisa dikatakan tentang Paulus, tetapi itu membawa sangat kuat ke dalam pandangan prinsip ini dari dispensasi ini di mana Jemaat bersangkutan, bahwa pilihan beroperasi dalam kaitannya dengan tujuan.
Mengenai Petrus, apa yang diwakili oleh Petrus sejauh mana pelayanan Allah bersangkutan dalam dispensasi ini? Saya tidak berpikir bahwa ada kata lain yang lebih pas daripada kata “formasi.” Petrus menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang besar. Ia sungguh melayani dispensasi ini dengan sangat luar biasa. Jika ada satu orang dari semua lingkaran rasul yang perlu dijadikan seorang hamba, perlu dibentuk, orang itu adalah Petrus. Sungguh bahan yang kasar dia itu! Betapa baku dia itu! Ya, ada kekasaran, ada kebodohan, ketidakstabilan, yang tidak dapat diandalkan tentang dia. Ia bukan dari yang terpelajar, yang canggih; tidak ada apa pun mengenai hal itu tentang Petrus; tetapi ia menjadi hamba Yesus Kristus yang besar, dan semua orang harus mencatat bahwa manusia bodoh dan tidak terpelajar ini telah menjadi sangat diajari dan berkwalifikasi dan mampu; bahwa laki-laki ini, yang pada satu waktu menyusut ketika seorang hamba perempuan kecil menghubungkannya dengan Yesus, telah sekarang menjadi penuh keberanian. Laki-laki ini, yang pada satu waktu adalah apa pun selain seperti batu, sekarang adalah sebuah batu. Oh, betapa besarnya formasi dalam hamba ini!
Kita dipilih, terpilih, di dalam Kristus, dan semua kedaulatan Allah terbaring di balik itu kalau saja kita datang ke tempat dan garis yang seharusnya. Ini tidak berarti bahwa tidak ada yang harus dilakukan di dalam diri kita. Ada banyak formasi yang dibutuhkan. Kita tahu itu; mungkin kita terlalu terobsesi dengan sisi hal-hal itu. Kita sangat tertekan tentang kita yang begitu tidak layak, yang tidak memenuhi syarat jika tidak ditolak. Namun kedaulatan yang sama yang memilih bekerja dalam formasi, memastikan bahwa orang yang bodoh menjadi seorang yang terpelajar, seorang yang lemah menjadi orang kuat, seorang yang begitu kasar dan begitu baku menjadi salah satu pria Allah. Saya mendeteksi sifat baik itu di dalam Petrus semakin ia bertumbuh menjadi tua. “Seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya” (2 Petrus 3:15). Itu adalah laki-laki yang Paulus hadapi di depan muka. Ia mungkin telah menyimpan dendam besar terhadap Paulus, dan selalu merasa sengatan ketegaran itu, tapi tidak – “saudara kita yang kekasih, Paulus.” Ia adalah seorang pria, pada setiap tingkat. Ia terlalu besar untuk kedengkian, balas dendam dan kepicikan. Allah telah melakukan hal yang besar.
Satu-satunya hal yang harus ditanyakan sekarang adalah, apakah kita dapat dibuat, disesuaikan, diformasikan? Allah akan melakukannya; kedaulatan yang sama akan membuat kita menjadi pelayan yang mampu.
Akhirnya, Yohanes; dan apakah Yohanes itu sejauh mana prinsip bersangkutan? Ia dapat diringkas dalam satu kata – kerohanian. Ia adalah seorang laki-laki yang memiliki kemampuan luar biasa untuk melihat melalui hal-hal, tidak pernah mengambil hal-hal sebagai akhir dalam dirinya sendiri, bermulai dan berakhir dengan hal-hal. Dalam Injil-nya, hal ini demikian seluruhnya. Yohanes telah memegang hal-hal. Ya, Natanael di bawah pohon itu, perkawinan di Kana yang di Galilea, wawancara dengan Nikodemus, perempuan dari Sikhar, laki-laki impoten yang berbaring di samping kolam di Betesda – di sepanjang jalan ia memegang kejadian-kejadian ini dan melihat melaluinya dan memberikan saudara sebuah prinsip rohani dalam tiap-tiap dari mereka semua. Ia tidak puas hanya dengan menceritakan kejadian-kejadian; ia mengatakan bahwa hal-hal itu mengandung nilai dan makna rohani. Itulah nilai Yohanes – persepsi rohaninya. Ia tidak hidup di permukaan, ia mendapatkan makna dalam hal-hal, dan menyampaikan nilai-nilai rohani tersebut kepada Jemaat. Banyak yang dapat dikatakan mengenai Yohanes dan kerohaniannya. Ini adalah sesuatu yang sangat diperlukan dalam hal pelayanan yang sejati.
Jemaat tidak hanya sebuah lembaga duniawi, peraturan sementara. Jemaat adalah perwujudan dari kebenaran dan nilai-nilai rohani yang besar dan sorgawi. Saudara harus melewati semua yang hanyalah eksternal dan formalitas ini sampai pada prinsip-prinsip dan makna-makna rohani, dan ketika saudara tiba di sana saudara menyentuh hidup. Dan kata “hidup” itu adalah salah satu kata-kata besar Yohanes.
Jika kita harus meringkas kerohanian dalam satu kata, kita harus mengatakan bahwa kerohanian adalah unggul-unggulnya dinyatakan dalam kasih. Itu adalah Yohanes. Kita mungkin memiliki bahasa-bahasa manusia dan malaikat-malaikat, kita mungkin memiliki karunia nubuat atau karunia lainnya, tetapi jika kita tidak memiliki kasih kita bukanlah orang-orang yang rohani. Kasih adalah karakteristik dari orang yang benar-benar rohani, dan itu adalah kekuatan panggilan yang besar. “Layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Galatia 5:13). Kasih adalah kunci pelayanan yang sejati. Kita tidak akan pernah pergi jauh atas dasar apa yang bersifat legal. Ini adalah kasih yang membangun. Ini adalah kasih yang adalah kuasa nyata Allah di antara manusia, untuk mendakwa, dan meyakinkan.
“Lihat, itu hamba-Ku … orang pilihan-Ku.” Ya, di balik pelayanan yang kita telah dipanggil adalah kedaulatan yang bekerja, membawa kita ke dalam persekutuan Anak Allah dengan tujuan besar dalam pandangan. (Saya belum membahas tujuan dalam rinciannya; saya hanya menyatakan fakta mengenai tujuan besar pada apa kita telah dipanggil). Kedaulatan itu sedang beroperasi dalam membuat kita menjadi layak untuk digunakan oleh Guru. Allah melanjutkan pekerjaannya secara berdaulat. Ia membentuk kita; dan dalam pemilihan mulia yang sama itu, Ia berusaha untuk membuat kita menjadi orang rohani, sebagaimana Jemaat-Nya adalah hal yang rohani. Itu berarti bahwa ini bukanlah hanya beberapa kerangka kerja. Ini adalah perwujudan dan penyampaian nilai-nilai kekal rohani. Mereka adalah hal yang berarti. Yang rohani adalah yang nyata.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.