oleh T. Austin-Sparks
Bacaan: Ibrani 11:24-27, 13, 16
Allah memiliki satu keinginan yang besar – untuk memiliki apa yang mungkin disebut sebagai “umat-umat terbaik-Nya.” Sampai Dia memiliki umat-umat seperti itu, Dia tidak akan pernah sepenuhnya puas. Mungkin ada orang yang akan menerima “kedua dari yang terbaik-Nya” – karena Dia, sudah pasti, sering kali memperbolehkan kedua dari yang terbaik – tapi hanya mereka yang menetap pada yang terbaik-Nya yang benar-benar akan memuaskan hati-Nya. Tapi karena pencapaian pada yang terbaik-Nya adalah suatu masalah yang penuh dengan pertentangan dan biaya dan disiplin, dan banyak yang sama sekali bertentangan dengan seluruh jalan dunia, tidak semua orang – sungguh, hanya beberapa saja jika dibandingkan – yang akan berlanjut dengan-Nya sampai ke yang terbaik-Nya. Hal ini terlihat di dalam seluruh Kitab Suci, dan ada beberapa ilustrasi terkemuka akan hal ini. Mereka dapat ditemukan di setiap dispensasi.
Contohnya, sementara kita tidak mengatakan bahwa generasi yang tewas di padang gurun, yang telah dibawa keluar dalam kebajikan darah berharga dan yang pada awalnya, dengan iman – “Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah” (Ibrani 11:29) – sementara kita tidak mengatakan bahwa generasi itu mencerminkan hilangnya keselamatan yang mutakhir, tetapi jelas terlihat bahwa mereka kehilangan rencana penuh Allah bagi mereka, dan itu adalah kerugian yang sangat besar dan menyedihkan, selalu diperlihatkan di Kitab Suci sebagai contoh tragedi, kegagalan dan kekecewaan. Kita tidak mengatakan bahwa sejumlah besar dari mereka yang pergi ke pengasingan di Babel, di Kasdim, dan tidak pernah kembali, telah kehilangan keselamatan Allah selamanya. Tapi kita tahu bahwa ada sebagian kecil yang kembali, dan dengan datang kembali, mereka memenuhi tujuan Allah yang sebenarnya, dan direpresentasikan sebagai orang-orang pada siapa Allah tidak malu disebut Allah mereka. Kepada yang lain-nya, di padang gurun dan di Babel, ada rasa di mana Allah malu; tapi pada sebagian kecil ini, tidak begitu. Dan demikianlah dalam setiap dispensasi. Panggilan berlanjut, dan saat ini sudah dapat terdengar di sini bagi umat Allah supaya jangan puas dengan yang kedua dari yang terbaik.
Tapi, seperti yang telah kita katakan, ini bukan hanya panggilan bagi kita untuk mencapai. Ini adalah panggilan untuk orang-orang untuk merintis jalan ini untuk orang lain – sebab begitu banyak umat Tuhan yang tidak tahu jalan sorgawi. Anehnya, meskipun mereka telah lahir dari atas, mereka tidak mengetahui jalan sorgawi. Kami tidak akan membawa semua bukti akan hal ini, tapi hal ini benar, dan mungkin sebagian banyak dari kita pernah berada dalam posisi demikian dalam beberapa jangka waktu dari kehidupan Kristen kita. Secara garis besar semuanya merupakan hal duniawi. Kegiatan kita sangat keduniawian, dengan cara Kristen. Kemudian datanglah saat krisis, ketika kita masuk ke dalam makna dari langit terbuka dan diangkat ke tingkat kehidupan rohani yang sama sekali baru dan mulai belajar hal-hal sorgawi dengan cara yang baru. Semua ini adalah fakta, dan semua yang dipanggil oleh Allah ke dalam jalan sorgawi ini tidak hanya bergerak di dalamnya demi ukuran rohani mereka sendiri, tetapi dipanggil untuk merintis jalan bagi mereka yang tidak tahu, bahkan mereka yang adalah umat Tuhan. Ini bukan berarti mengkhotbahkan kepada mereka tentang jalan sorgawi, untuk memiliki penafsiran Kitab Suci yang khusus, beberapa doktrin atau ungkapan. Ini berarti bahwa mereka dipanggil untuk berada di dalamnya, berada di tempat, dan dengan apa yang mereka sendiri tahu dan alami, untuk dapat membantu orang lain naik dari tingkat kehidupan rohani yang lebih rendah.
Jadi kita akan melihat kembali pada hal merintis jalan sorgawi ini, memusatkan pikiran kita pada satu perintis besar lain – Musa. Ada, tentu saja, banyak fitur lain dari hidup Musa selain merintis jalan, tapi saya berpikir bahwa hal ini benar-benar memperlihatkan betapa sangat pentingnya Musa – fakta ini bahwa ia adalah perintis jalan sorgawi.
Jika kita melihat kehidupan Musa dari sudut pandang duniawi, kita melihat sangat banyak yang berbicara tentang kekecewaan dan kegagalan dan tragedi: sebab, meskipun, selama delapan puluh tahun – delapan puluh tahun yang panjang, penuh percobaan dan pengujian akan disiplin dan penderitaan – ia menjalani jalan sorgawi atau belajar jalan sorgawi, baik dia maupun orang-orang yang ia bawa keluar dari Mesir tidak masuk ke negeri-negeri yang dijanjikan itu. Hal ini kedengarannya seperti kekecewaan, dan memang sungguh sebuah tragedi. Saya tidak pernah bisa membaca bagian saat Musa memohon kepada Allah untuk membiarkan dia masuk ke negeri-negeri itu, dan penolakan Allah yang penuh, akhir dan konklusif, gigih tanpa goyah. Ini adalah hal yang sangat menyentuh hati.
Saudara lihat, dari orang-orang ini yang merupakan bangsa dengan perantaraan Musa, yang secara instrumental berutang keberadaan mereka sebagai suatu bangsa kepadanya, tidak hanya generasi pertama itu tidak masuk ke negeri-negeri itu dan mewarisi, tapi seluruh sejarah mereka sejak saat itu adalah sebuah tragedi. Ada saat-saat dan periode-periode terang dalam sejarah itu; ada waktu-waktu kemuliaan; tapi, melihat sejarah mereka secara keseluruhan sampai hari ini, mengingat berapa banyak dari mereka yang berbicara tentang Musa, apa yang mereka atribut kepada Musa, bagaimana mereka selalu mengajukan banding kepada Musa, sejarah mereka telah menjadi sejarah yang paling mengecewakan. Saya ulangi: dari sudut pandang tertentu, kehidupan Musa menanggung banyak yang berbicara tentang kegagalan dan kekecewaan dan tragedi. Tapi fakta hidupnya sendiri dan sifat dari akhir hidupnya, fakta dari generasi yang tewas di padang gurun, kenyataan akan bangsa yang sepanjang masa gagal dan mengecewakan, adalah satu argumen yang paling meyakinkan untuk aspek lain, yaitu, kebenaran Ilahi sorgawi. Mereka menegaskan dengan cara yang paling tegas bahwa, jika ini semua ada di sini, di bumi ini, maka ini adalah hal yang buruk: bahwa harus ada cara lain selain ini, harus ada lanjutan lain dari semua ini, ini bukan akhir. Tidak, ada sudut pandang lain untuk melihatnya – ada sudut pandang sorgawi, di mana sorga menafsirkan dan mengatur segalanya.
Nah, mari kita lihat Musa. Yang pertama, Musa sendiri dan latihannya. Yang kedua, Israel di bawah pimpinannya.
Kami mulai dengan diri Musa sendiri dan latihannya. Kami tidak memulai dengan kelahirannya. Kami mulai dari titik di mana kita membaca tentang dia di surat kepada Ibrani – Musa di Mesir; dan di sini kita sekali lagi dipenuhi oleh sesuatu yang telah muncul berulang kali dalam meditasi ini – indera bawaan akan takdir. Saudara tidak dapat menjauh dari itu. Ketika saudara berurusan dengan tujuan penuh Allah dan ketika saudara berurusan dengan pekerjaan, servis, pelayanan, perintisan dalam kaitan tersebut, ini adalah titik di mana saudara harus selalu mulai; dan hal ini selalu ada – indera yang sangat mendalam akan penanggapan untuk sesuatu yang Ilahi dan berdaulat.
Berikut ini adalah manusia ini di Mesir. Ia dikelilingi oleh semua yang Mesir miliki, dan mahasiswa sejarah tahu bahwa kemuliaan dan pesona Mesir bukanlah hal yang kecil pada zaman Musa. Dia dikelilingi oleh semuanya. Penulis surat ini berbicara di sini tentang “kesenangan Mesir.” Kesenangannya, fasilitasnya, beasiswanya, pendidikan-nya: semua hak-hak istimewanya, bahkan sampai ke rumah raja – semuanya ada di atas perintah dan utusan Musa. Ia “dididik dalam segala hikmat orang Mesir” (Kisah Para Rasul 7:22), dan ia memiliki semua “kesenangan” Mesir di tangannya. Ini bukanlah hal yang kecil. Apakah saudara dapat berkata bahwa semua itu tidak ada apa-apanya sehingga dapat dibuang begitu saja? Semua itu adalah “semua” yang perkasa dari dunia ini – tetapi indera akan takdir ini menjadikannya seperti tidak ada apa-apanya. Meskipun menikmati semua itu, sejauh mana ia bisa menikmatinya, ada bayangan di atas kenikmatan-nya sepanjang waktu; ada sesuatu di dalamnya yang tidak membiarkannya untuk akhirnya menjadi puas dengan semua itu. Ada di dalam dirinya suatu rasa ketidakpuasan dan kegelisahan, yang sesungguhnya adalah pekerjaan Allah di dalam dirinya akan keengganan Allah untuk menjadi puas dengan apa pun yang kurang dari tujuan penuh-Nya. Musa mungkin tidak mampu menjelaskan atau mendefinisikan dorongan aneh ini, tapi hal ini membuat dia tahu bahwa “semua” dari Mesir bukanlah semua dari Allah, dan bahwa Mesir tidak pernah bisa menjawab panggilan ini dan tarik dari atas dan ke luar.
Sekarang, ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, dan mereka semua bukanlah hanya kata-kata. Ini adalah Kitab Suci, dan hal ini sangatlah menguji. Untuk semua yang dipanggil ke dalam rencana penuh Allah, yang tertinggi-Nya, dan yang terbaik-Nya, hal ini akan demikian. Tidak peduli apa yang mungkin ada akan popularitas, posisi duniawi, kesuksesan, sarana dan sumber daya – segalanya yang ada di tangan: jika kita benar-benar dipanggil sesuai dengan rencana-Nya, kita akan gelisah dalam semua itu, tidak puas, dan merasa, “setelah semuanya, apakah itu layak? Ada sesuatu yang lebih dari ini.” Uji hati saudara dengan itu. Ini bukanlah fiksi; ini adalah fakta.
Mungkin fakta ini terletak tepat di belakang kata-kata yang sedang saudara baca hari ini. Saudara dapat memiliki banyak hal-hal di dunia ini jika saudara ingin membuka diri saudara untuk semua itu. Saudara bisa memiliki jalan di dunia dan kesenangannya, dan hal-hal lainnya, jika saudara benar-benar menggapainya. Ya, dan mungkin saudara bisa mendapatkan penerimaan dan posisi dalam dunia agama, tetapi bagi saudara semua itu telah menjadi hal kedua. Ada sesuatu di dalam diri saudara – saudara mungkin tidak bisa mendefinisikan itu, mungkin saudara tidak bisa menuliskan apa itu – tetapi saudara tahu ada sesuatu, dan kecuali saudara menemukan sesuatu itu, sampai ke sesuatu itu, hidup akan menjadi kekecewaan, karena segala sesuatu yang lain dari itu semuannya adalah ejekan. Jika hal ini benar dalam diri saudara, ini adalah pengharapan, ini adalah hal yang luar biasa: sorga telah turun dan meng-gapai saudara dalam kaitannya dengan semua maknanya. Tentu saja, jika saudara tidak punya pengertian ini, saudara akan puas dengan segala macam hal yang kurang dari itu, dan saudara akan keluar untuk meng-gapai mereka. Tapi, saudara catat, jika saudara dapat seperti demikian, ini adalah dakwaan yang sangat mengerikan, karena hal itu berarti bahwa entah bagaimana, di mana saudara berhubungan, penanggapan sorgawi yang perkasa itu telah gagal.
(b) Suatu Krisis
Jadi hal ini dimulai dengan Musa secara batiniah, dan hal batiniah itu menyebabkan satu krisis yang pasti, krisis antara yang duniawi dan yang sorgawi. Tuhan memiliki cara yang indah untuk menghasilkan krisis ini. Saudara tahu hal ini tidak selalu diproduksikan dan diendapkan dengan beberapa ekstasi – jika itu adalah apa yang saudara inginkan – kemuliaan akan terang dan visi yang besar, penangkapan jiwa saudara, beberapa pengalaman sorgawi yang sangat indah. Hal ini tidak selalu terjadi seperti itu. Hal ini tidak terjadi seperti itu dengan Musa, atau dengan orang lain. Bagaimana hal ini terjadi? Pada satu hari, Musa pergi keluar dan melihat seorang Mesir menganiaya seorang Ibrani, dan indera akan takdir ini memperoleh dia dan menguasai dia, dan sehingga, karena Musa jelas-jelas memiliki tubuh yang kuat, ia meletakkan tangan-nya ke orang Mesir itu dan membunuhnya di sana pada saat itu juga. Ini adalah krisis yang diendapkan semua ini. Kadang-kadang kita hanya terbangun ke yang sorgawi atau dibawa berhadapan dengan yang sorgawi dengan beberapa pelanggaran atau kegagalan yang mengerikan; karena, segera setelah hal ini terjadi, hal-hal di dalam dunia di Mesir dibuat sehingga tidak bisa dipertahankan, dan ia harus berhenti.
Tapi apa yang ada di dalam krisis itu, apa arti dari semua itu, mengapa Allah mengijinkannya? Musa mungkin mengatakan, “Mengapa Tuhan membiarkan aku untuk melakukan hal itu? Mengapa Tuhan, yang telah mengetahui aku dan yang telah di dalam pengetahuan-Nya sendiri memanggil aku untuk pelayanan-Nya yang besar, membiarkan aku membuat semuanya menjadi berantakan seperti itu? Mengapa Dia membiarkan aku menjadi terlibat dengan tindakan aku sendiri dalam hal seperti pembunuhan, untuk memiliki noda pembunuhan di tangan-ku? – Aku yang sedang dipanggil untuk menjadi pembebas umat Allah! Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu?” Dan jawabannya pasti adalah: “Itu bukanlah cara di mana sorga melakukan hal-hal, Musa. Itu adalah cara di mana dunia melakukan hal-hal; itu adalah cara daging melakukan hal-hal. Itu bukan cara sorga melakukan sesuatu. Engkau, Musa, tidak pernah dapat membawa keluar se-umat sorgawi ke tempat sorgawi dengan metode dan sarana duniawi. Pelajarilah hal itu sekali untuk selamanya. Ini mungkin tampak seperti cara yang mengerikan untuk berurusan dengan situasi itu, tapi hal ini ada di sana, jelas dan polos. Umat ini, yang Allah telah pilih engkau untuk pimpin, di dalam rencana Allah dan dengan tindakan kedaulatan Allah dan dengan indera akan takdir ini di dalam dirimu sendiri: umat ini, dipilih untuk menjadi umat sorgawi – bagaimana mungkin engkau dapat membawa mereka ke tingkat kehidupan sorgawi jika itu adalah tingkat kehidupan kau?” Kami akan kembali lagi ke hal ini dalam beberapa saat. Sorga menerobos dan berkata dengan penekanan yang mengerikan, “Tidak, Musa. Senjata duniawi untuk tujuan-tujuan duniawi, bukan senjata duniawi untuk tujuan rohani; cara duniawi untuk tujuan duniawi, bukan cara duniawi untuk tujuan rohani. Sorga yang mengatur di sini dan harus menyatakan dirinya seperti ini.” Sungguh suatu pelajaran bagi kehidupan! Sungguh suatu dasar!
Sekarang, saudara mungkin tidak pernah membunuh, tapi saya tidak meragukan bahwa beberapa dari saudara yang membaca kata-kata ini setidaknya telah belajar pelajaran semacam ini yang sangat mendalam: bahwa saudara tidak bisa berjalan dengan Allah pada tingkat itu, saudara tidak bisa sampai ke Allah sepanjang garis itu, saudara tidak bisa melayani Allah dalam tujuan sorgawi-Nya dengan cara seperti itu, dalam kekuatan daging. Hal ini sangat benar untuk prinsip. Sorga tidak akan memiliki satupun dari mereka; sorga menuntut hidupnya sendiri, sifatnya sendiri. Ini adalah krisis antara yang sorgawi dan yang duniawi dalam pelatihan Musa.
(c) Empat puluh tahun di padang gurun
Dan tahap berikutnya – ke padang gurun, ke “belakang-gurun” selama empat puluh tahun ke depan. Oh, pasti ini tidak memiliki tempat dalam ekonomi Allah! Ya, padang gurun selalu mewakili dan menandakan satu hal di mana pun saudara temukan mereka. Padang gurun menandakan pengosongan diri. Pikirkan itu. Saudara tidak bisa menjadi seorang yang sangat penting di dalam padang gurun. Saudara tidak bisa menjadi orang yang sangat mandiri di padang gurun. Saudara tidak bisa menjadi seorang yang percaya diri di padang gurun. Padang gurun mengosongkan semua itu. Saudara tidak hanya ada di padang gurun: padang gurun masuk ke dalam saudara, tandus, terpencil, tidak menguntungkan, tidak berguna. Dan apa saudara pikir semua ini tidak masuk ke dalam Musa dalam empat puluh tahun? Apa yang terjadi?
Ini adalah sisi negatif dari pelatihan. Ini adalah pembatalan Mesir dan dunia. Mesir melambangkan kecukupan diri, Mesir selalu adalah sinonim untuk kemerdekaan – dan Mesir harus dikosongkan dari Musa; ia harus dikosongkan dari semangat dan prinsip dunia. Ini telah masuk ke dalam, dan sekarang sedang dipadamkan, dan ini hanyalah kebalik-kan dari Mesir yang masuk ke dalam. Sisi negatif ini, seperti yang telah kita namakan, merupakan bagian penting dari sekolah jalan sorgawi. Sisi negatif ini membawa kita secara batiniah dan rohaniah ke tempat di mana kita melihat dengan jelas bahwa tidak ada keuntungan apa pun dalam diri kita; di mana dari diri kita sendiri, kita tidak dapat menghasilkan dan mencapai apa pun. Ini adalah padang gurun. Jangan salah paham atau gagal untuk mengenali hal ini. Hal ini sungguh benar dalam hidup, benar dalam pengalaman, dan benar dalam prinsip sorgawi. Ruang harus dibuat di dalam kita untuk sorga – karena tidak ada ruang untuk sorga di dalam diri kita secara alami.
(d) Cobaan berat emansipasi
Kemudian hal berikutnya setelah itu – Musa dibawa kembali ke Mesir untuk cobaan berat emansipasi. Sekarang adalah Tuhan, bukan Musa. Sekarang semuanya adalah Tuhan, atau tidak sama sekali. Tapi semuanya adalah Tuhan. “Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan” (Keluaran 6:1). Ada hari ketika Musa berkata, “Sekarang engkau akan melihat apa yang akan kulakukan,” dan orang Mesir itu merasakan beban dari kata-kata itu, dan hari berikutnya orang Ibrani. Tapi hal ini sudah berlalu, dan Tuhan berfirman, “Sekarang engkau akan melihat apa yang akan Kulakukan.” “Akan Kulakukan, sebab sekarang kau telah berhenti.” Posisi telah diubah; sekarang semuanya menjadi mungkin. Telah ada transisi dari yang negatif ke yang positif. Cobaan berat emansipasi yang besar akan bangsa ini dimulai.
Tahap pertama berkaitan dengan tongkat dan tangan. Keluaran 4 – “Apakah yang di tanganmu itu?” “Tongkat.” “Baiklah, dengan tongkat itu hal-hal akan dilakukan.” “Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu.” “Tariklah ke luar” – putih seperti salju dan kena kusta. “Masukkanlah tanganmu kembali ke dalam bajumu.” “Tariklah ke luar” – bersih dan pulih kembali.
Apakah tongkat itu? Saudara tahu bahwa tongkat yang digunakan Musa kemudian adalah tongkat Harun, tongkat Harun yang berbunga ketika tes imamat dibuat (Bilangan 17). Dua belas tongkat disiapkan semalam, yang mewakili suku-suku. Di pagi hari ada sebelas tongkat yang mati dan satu yang hidup – lambang dari imamat yang hidup. Dan jangan lupa: imamat selalu berhubungan dengan yang rohani. Mereka akan harus berurusan dengan semua dewa-dewa orang Mesir. Semuanya najis, korup, jahat, dan berhubungan dengan iblis. Perlu kekuatan perkasa dari suatu imamat kudus untuk menangani situasi haram itu. Ini adalah tongkat dari firman akan Salib. Firman Salib adalah tongkat perkasa.
Apa masalahnya di sini – masalah yang terikat dengan seluruh cobaan berat ini? Ini dia. Tuhan telah berfirman, “Orang Mesir itu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan” (Keluaran 7:5). Inilah masalahnya. Baiklah; mulai terapkan hal itu dengan cara yang praktikal dengan firman Salib, firman imamat yang hidup.
Terapkan dulu ke seluruh dunia alam, ciptaan. “Aku, Tuhan, telah ciptakan” (Yesaya 64:8). Tuhan Kalvari adalah Tuhan pencipta, dan aplikasi pertama dari firman Salib adalah dalam dunia Mesir itu. Pada sentuhan Tuhan pencipta, dunia dan makhluk hidup dibawa ke dalam penghakiman; masalahnya – “Akulah Tuhan.”
Aplikasi kedua adalah ke langit – karena Tuhan menciptakan langit serta bumi – dan unsur-unsur, di bawah firman, disentuh. Jika saudara melihat ke Kalvari, saudara akan melihat semua fitur ini. Ketika Dia, Perintis besar jalan sorgawi, pergi ke kayu Salib, seluruh ciptaan terpengaruh. Langit dan bumi terlibat. Ada gempa bumi yang dahsyat, dan ada “kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” Ciptaan dan unsur-unsur datang di bawah pengaruh Dia yang adalah Firman di kayu Salib. Hal ini terjadi di Mesir, dalam jenis.
Kemudian yang ketiga, datanglah aplikasi ke neraka. Apa senjata terbesar neraka? Maut, “musuh yang terakhir” (1 Korintus 15:26). Maut bukanlah teman, maut adalah musuh yang terakhir, dan itu adalah penghakiman terakhir Mesir. Benteng neraka didobrak; kuasa maut ditakluk-kan untuk emansipasi bangsa. Itulah apa yang dilakukan Kristus di kayu Salib. Firman Salib adalah ini: bahwa neraka telah didobrak masuk dan maut telah ditangkap dan dibuat untuk melayani daripada menggagalkan tujuan Allah. Di Mesir firman oleh tongkat menyentuh anak sulung dengan maut, dan neraka tersengat dengan sengatannya sendiri sampai ke inti keberadaannya. Tapi ini bukan semuanya. Tongkat itu juga yang memimpin bangsa keluar, mengerjakan penebusan dari Mesir dan melintasi Laut Merah. “Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut” (Keluaran 14:16). Firman Salib adalah firman hidup yang menang atas maut. Maut dikalahkan dan hidup dan yang tidak dapat binasa dibawa ke dalam terang. Melalui tongkat firman Salib, melalui cobaan berat emansipasi ini, Musa belajar satu hal – bahwa langit berkuasa: langit berkuasa di dalam ciptaan ini, langit berkuasa di langit, langit berkuasa di neraka; dan di kerajaan manusia langit berkuasa untuk emansipasi umat pilihan Allah. Semua ini adalah cerita tentang intervensi dari langit.
Saudara bertanya-tanya mengapa hal ini ditahapkan seperti itu. Hal ini tidak terjadi sekaligus. Pengaruh tongkat hanyalah sebagian pada mulanya, tetapi semakin menjadi kuat dan kuasa semakin berjalan.
Ada dua sisi pada hal ini. Di satu sisi, ada sifat progresif dari pendidikan ini: pendidikan ini bertahap. Kita tidak datang sekaligus untuk melihat dan mengetahui kekuatan penuh sorga. Kita mempelajarinya sedikit demi sedikit. Hal ini ditahapkan. Hal ini akan berjalan sampai sejauh satu titik pada satu saat; dan akan berjalan semakin jauh lagi di kemudian hari. Apakah kita tidak mempelajari itu? Kita mempelajarinya dengan cara sederhana – bagaimana langit lebih besar dari bumi, dari manusia, dari alam, dari musuh. Kita belajar, langkah demi langkah, semakin banyak akan makna kekuasaan tak terbatas langit yang luar biasa.
Tapi ada sisi lain. Allah, dengan cara bertahap ini, sedang menarik keluar pasukan lawan, secara bertahap mengulur mereka semakin panjang. “Aku akan mengeraskan hati Firaun.” “Aku akan mengeraskan hati Firaun.” “Aku akan mengeraskan hati Firaun.” “Firaun akan mengeraskan hatinya.” Allah bisa saja menghapusnya dengan satu langkah, tapi Dia akan mengulur dia sampai batas maksimalnya. Kekuatan dunia ini akan ditarik keluar sampai maksimal untuk menghadapi kekuatan tak terbatas dari langit, dan kemudian keunggulan langit akan menjadi hal yang sangat sederhana, setelah semua itu.
Kami telah begitu sering mengatakan hal ini, dan hal ini benar. Meskipun kita tidak dapat memahami atau melihat atau memperhitungkannya, kebenarannya adalah “kuasa yang bekerja di dalam kita” adalah “betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya” (Efesus 3:20; 1:19). Kita tidak tahu, kita tidak dapat mengukur, besarnya kekuatan yang menentang jiwa yang sedang diselamatkan, besarnya kekuatan yang menentang tujuan penuh Allah bagi umat-Nya. Kita tahu sedikit dan kita akan tahu lebih banyak lagi semakin kita berjalan terus; tetapi ketika dikatakan “betapa hebat kuasa-Nya,” ini tidak hanya sekedar bahasa: ini adalah upaya – hanya upaya – dengan menggunakan bahasa, dengan superlatif, dengan semua yang bahasa manusia dapat lakukan – untuk sampai pada kenyataannya. “Dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Efesus 1:19, 20). Dan itu adalah bagi kita.
Ada sesuatu yang luar biasa di sini. Ini adalah keunggulan langit atas seluruh situasi ini untuk membawa suatu bangsa keluar dan membawa mereka untuk melalui. Kita berada di sekolah tersebut. Musa berada di sekolah itu. Dia dimasukkan ke dalam cobaan berat itu agar ia bisa secara progresif, tetapi dengan cukup mantap dan pasti, menyadari bahwa semua yang ada di sini di Mesir, semua yang Firaun wakili, vitalitasnya akan dikeringkan sampai tetes terakhir dan akhirnya diletakkan dalam kematian – semuanya. Musa kadang-kadang khawatir. Kadang-kadang ia kembali dari tantangan dengan rasa kecewa. Dia merasa, “Kita belum sampai di sana, masih ada sesuatu yang lebih yang diperlukan.” “Baiklah,” kata Tuhan, “Kita akan memiliki sesuatu yang lebih.” Tuhan sedang memimpin dia lebih dalam lagi di dalam pendidikannya; ia secara progresif semakin dapat melihat. Apakah saudara tidak berpikir demikian, jika Allah melakukan semuanya sekaligus, dalam satu tindakan, kita akan kehilangan sesuatu, kita akan mengambil semuanya begitu saja dan menganggap sepele, semuanya tidak akan menjadi sangat berarti bagi kita, semuanya hanya akan menjadi sebuah keajaiban dari masa lalu? Namun sepanjang hidup kita, Allah menarik kekuatan yang melawan kita untuk membuktikan bahwa kekuatan-Nya lebih unggul. Ini adalah sekolah yang panjang, tapi ini adalah jalan tujuan sorgawi.
Dari tongkat ke tangan. “Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu.” Tangan apa? Tangan itu yang telah membunuh orang Mesir, tangan itu yang berlumuran darah, tangan itu yang memiliki kekuatan alami, tangan itu yang kecukupan diri, tangan itu yang merupakan Musa lama dan kegagalannya, kegagalan di bawah energi dan dorongan kehendak-nya sendiri. “Masukkanlah tangan itu. Apa yang ada di dalam bajumu, Musa? Itu adalah milikmu. Apakah kau berpikir bahwa tangan itu dapat menggunakan tongkat Allah? Apakah kau berpikir bahwa tangan itu bisa mendatangkan otoritas sorgawi? Oh tidak, tangan itu harus dibersihkan sebelum kau dapat menggunakan tongkat itu. Yang di dalammu itu harus dibersihkan, noda itu harus dihilangkan, semua energi diri dan kecukupan diri itu harus dilemahkan. Musa, tangan kena kusta itu adalah apa engkau dalam diri kau sendiri.”
Apakah kita tidak menemukan itu? Seperti apakah hati saya? Seperti apakah kita? Seperti itu. Semakin kita mengetahui dan melihat diri kita sendiri, semakin kita menjadi kena kusta. Tapi, terpujilah Allah, ada pemulihan. Untuk Musa ada tindakan pemulihan Ilahi. Pada saat itu, semua arti Salib, firman Salib, mulai berlaku di dalam hidup Musa – tentu saja dalam jenis, dalam gambaran. Dan sekarang terdapatkan tangan yang pulih, yaitu, hati yang disunat, kehidupan batin yang dipisahkan dari kekuatan dan kecukupan daging, semua yang dapat mengambil firman Salib, firman otoritas. Hal ini harus demikian. Kita tidak memiliki kekuatan di dalam dewa-dewa orang Mesir, kekuatan-kekuatan rohani yang menggerakan dunia ini, tidak ada otoritas sama sekali dalam lingkungan itu, tidak ada harapan untuk menaklukkan kekuatan itu, kecuali sesuatu telah terjadi untuk pembebasan diri kita dari kekuatan kita sendiri, kecukupan diri kita sendiri, hati kita sendiri.
Lalu ada tahap ini, begitu besar sehingga saya hampir tidak berani menyentuhnya saat ini – Israel di bawah kepemimpinan Musa. Ini adalah satu isu antara yang sorgawi dan yang duniawi yang berlarut-larut panjang. Seluruh empat puluh tahun bangsa Israel di padang gurun menyatakan hal ini – isu antara yang sorgawi dan yang duniawi yang sedang diperjuangkan. Mereka telah dibawa keluar untuk menjadi umat sorgawi; untuk memiliki semua sumber daya mereka, semua dukungan dan bantuan mereka, dari langit; untuk berada di dunia ini dan bukan dari dunia ini. Jika hal ini benar – untuk berada di dunia dan bukan dari dunia – hal ini benar di padang gurun.
Rencana Ilahi adalah untuk meluangkan tempat yang besar untuk langit. Ada tempat yang besar untuk langit di padang gurun itu. Segala sesuatu dari sisi Ilahi harus sorgawi. Umat-umat dibentuk pada prinsip-prinsip sorgawi. Musa di gunung itu sedang mengamankan prinsip-prinsip sorgawi itu untuk membentuk bangsa. Itu semua datang dari langit. Seluruh hubungan mereka dengan Allah di padang gurun, seperti yang dipusatkan di kemah, keluar dari langit: itu adalah pola yang ditunjukkan di gunung. Itu adalah sorgawi; tidak ada yang ditinggalkan pada manusia dan penghakimannya sama sekali. Dari hari ke hari perjalanan mereka datang dari langit dengan cara tiang awan dan api. Semuanya sorgawi. Peperangan yang ada, adalah sorgawi: Musa di atas bukit, dengan tangan terangkat, pertempuran terjadi di lembah. Langit mengarahkan peperangan ini: ini adalah peperangan sorgawi. Ini semua adalah mempelajari arti jalan sorgawi, dalam setiap aspek.
Tapi mereka gagal mempelajari pelajaran tersebut. Mereka sedia turun ke bumi, mereka sedia menolak yang sorgawi. Hal ini terlalu keras, terlalu sulit bagi daging, terlalu tidak pasti. Begitu tergantung, begitu tidak berdaya sejauh mana diri sendiri bersangkutan. Mereka tidak bisa membantu diri mereka sendiri – dan kita ingin membantu diri kita sendiri dalam bisnis ini. Semuanya begitu sorgawi. Tapi hal itu adalah yang paling nyata. Mereka yang tahu tentang hal itu tahu bahwa hal-hal sorgawi adalah yang paling nyata, hal-hal rohani jauh lebih nyata daripada hal-hal lain. Tapi mereka tidak sedia memiliki jalan sorgawi, mereka sedia memiliki yang duniawi; dan mereka menolak semuanya dan binasa, di bumi, di padang gurun.
Yosua dan Kaleb menerima semua pelajaran dari sekolah Musa dan Israel, di dalam diri mereka sendiri. Mereka belajar pelajarannya, mereka memahami kebenaran sorgawi, dan mereka membawa generasi berikutnya melalui – generasi sorgawi.
Nah, semua itu dapat dianggap sebagai sejarah, seperti apa yang ada di dalam Kitab Suci: tetapi saya yakin bahwa banyak dari saudara yang sedang membaca sejarah saudara sendiri. Bukankah semua ini begitu benar pada prinsipnya dengan apa yang sedang kita alami, dengan apa yang Allah sedang lakukan dengan kita – mengalahkan kita, membingungkan kita, membawa kita ke sebuah akhir, ke sebuah kehampaan dan ketidakberdayaan? – namun, oleh beberapa kekuatan besar yang tidak kita rasakan, yang tidak kita sadari, kita berjalan terus, kita sedang ditarik keluar dan keatas. Ini adalah cerita tentang begitu banyak kelangsungan hidup, ketika terlihat seakan semuanya telah hilang: bahwa kita tersesat, kita telah gagal, rusak, mengecewakan Tuhan; tidak akan ada masa depan.
Tapi ada masa depan. Kita telah berjalan terus. Ada sesuatu dari luar jangkauan yang setiap saat menahan kita terus, mungkin saat ini hati kita lebih diatur dengan apa yang dari Allah daripada sebelumnya. Dan kenapa begitu? Bukan karena kita telah lebih berhasil, bukan karena kita telah kurang penuh kegagalan dan kelemahan. Tidak; melainkan kita telah belajar pelajaran dari kelemahan kita sendiri. Kita tahu hari ini, lebih baik dari seluruh yang kita ketahui sebelumnya, bahwa “di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik (Roma 7:18) – namun hari ini Tuhan memiliki pembelian yang lebih kuat kepada kita dari sebelumnya. Apa ini? Ini adalah suatu misteri. Oh, bersyukurlah bahwa hal ini benar! Bersyukur kepada Allah untuk kasih karunia-Nya yang berdaulat! Ini adalah bukti-bukti bahwa Dia memanggil kita dengan panggilan yang besar dan bahwa Dia tidak akan puas sampai Dia telah membawa kita sampai ke akhir penuh-Nya sendiri. Semoga kita terus mengikuti, apa pun biayanya.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.