oleh T. Austin-Sparks
Bab 6 - Dibentuk Dengan Akhir Allah Dalam Pandangan
Bacaan: Ibrani 1:1-2; 2:5-11; 3:1; 12:28.
Ada beberapa hal yang sangat penting yang harus dipertimbangkan oleh mereka yang akan menjadi satu dengan pikiran terpenuh Allah, dan hal-hal inilah yang akan kita perhatikan untuk sementara waktu ini.
Yang pertama adalah ini, bahwa rancangan dan tujuan kekal Allah jauh lebih besar daripada satu bangsa manusia yang tidak jatuh ke dalam dosa. Efesus 1:5 pergi jauh melampaui Kejadian 1 sampai 3: “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya.” Hal ini mendahului penciptaan dan mengatur penciptaan, dan hal ini pergi jauh melampaui makhluk ciptaan dalam keadaan tidak jatuh ke dalam dosa. Adam hanyalah suatu posisi percobaan. Jika dia setia selalu, dia tidak akan hanya tetap sebagai makhluk yang tidak jatuh ke dalam dosa; akan ada sesuatu yang ditambahkan. Akan ada jalan yang terbuka untuk maksud penuh Allah, dan percobaan tersebut tidak diperbolehkan hanya dalam rangka untuk meninggalkan dia tetap di mana dia berada. Percobaan tersebut diperbolehkan dengan maksud untuk penambahan, peningkatan, kemajuan, perkembangan, pembesaran, pergerakan maju. Allah memiliki sesuatu yang lebih besar dalam pandangan daripada sekedar memiliki kemanusiaan yang tidak jatuh ke dalam dosa. Sehingga posisi tidak berdosa Adam hanyalah suatu percobaan, dan, dalam masa percobaan, pengujian, terdapatkan pandangan untuk sesuatu yang lebih besar.
a) Tujuan Allah dalam kekekalan menyangkut Anak-Nya
Tujuan Allah sejak kekekalan adalah mengenai Anak-Nya. Ada dua hal di sini. Ini bukanlah sesuatu yang datang pada suatu titik kemudian; hal ini mendahului apa yang kita pahami oleh waktu, hal ini mendahului penciptaan ini, sejarah ini; hal ini adalah sesuatu yang muncul sebelum dunia dijadikan, dan tujuan Allah sebelum waktu kekal-Nya adalah mengenai Anak-Nya. Hal ini membawa kita kembali ke saat sebelum Adam. Hal ini memberikan makna yang jauh lebih besar daripada penciptaan itu sendiri. Hal ini berasal dari kekekalan dan oleh karena itu, hal ini tidak hanya terikat dengan Adam yang tidak jatuh ke dalam dosa, hal ini terikat dengan Anak Allah.
Tuhan Yesus tidak datang hanya sebagai juru selamat manusia dan semua keturunan-nya. Kami hampir terpengaruh untuk percaya, karena penekanan tertentu, bahwa penebusan adalah hal terbesar di alam semesta, dan bahwa semua perhatian Allah berada dalam penebusan, dan bahwa kami harus semata-mata hanya sibuk dengan hal penebusan. Penebusan adalah hal yang besar. Kami tidak akan pernah bisa membesar-besarkan, dan saya ragu apakah kita akan pernah dapat mengetahui seberapa besarnya hal penebusan ini; namun, sebesar-besarnya lingkup, kedalaman, biaya penebusan, penebusan hanyalah insidentil sehubungan dengan tujuan kekal Allah. Kristus datang ke dalam waktu demi menyelamatkan warisan-Nya sendiri. Dalam itu, tentu saja, manusia diselamatkan, tetapi ini adalah sesuatu yang sangat jauh lebih besar dari apa yang kita tanggapi. Hal ini yang terutama, terkait dengan Anak, dan sampai umat Tuhan memiliki sikap yang benar, pandangan yang tepat, yaitu, bahwa segala sesuatu dalam kepentingan penuh dan final Allah berpusat di dalam Anak Allah, mereka belum sejalan dengan seluruh sumber daya Allah. Walaupun arahnya adalah terhadap diri kita sendiri – penebusan, pengudusan, pemuliaan, dan sebagainya – atau terhadap apapun yang kurang dari Sang Anak Sendiri, kita tidak memiliki dinamis Allah untuk memenuhi pekerjaan-Nya, dan oleh karena itu diperlukan, sebagai dasar pekerjaan Roh Kudus yang cukup dan memadai, bahwa harus ada wahyu Yesus Kristus dalam hati, sebab hanya dalam kaitan dengan-Nya dan apa yang telah Allah kehendaki mengenai Dia, semua energi Allah dilepaskan dan dibuat aktif.
b) Tujuan Allah dalam Kristus bersifat universal
Selanjutnya, hubungan akan tujuan Allah dalam Kristus tidak hanya dengan dunia ini, hal ini bersifat universal. Segala sesuatu ada di dalam Dia, melalui Dia, oleh Dia, untuk Dia diciptakan; yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang ada di bawah bumi, baik pemerintah maupun penguasa – segala sesuatu. Tujuan Allah adalah tujuan universal dalam kaitannya dengan Anak-Nya, dan pergi jauh melampaui batas-batas dunia kecil ini, yang penting dan mungkin sangat sulit dan bermasalah bagi kita.
c) Jemaat dibawa ke dalam tujuan itu
Jemaat dibawa ke dalam hubungan itu, yang merupakan alat dalam tujuan Allah untuk dominasi universal. Saudara akan langsung dapat menemukan kata-kata dalam Kitab Suci yang melompat ke dalam pikiran saudara, yang mendukung dan menanggung hal ini, seperti “Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, …”
Ini adalah yang pertama dari hal-hal yang sangat penting ini untuk dipertimbangkan oleh mereka yang akan menjadi satu dengan pikiran terpenuh Allah.
Hal kedua dari pertimbangan ini adalah bahwa penebusan dan keselamatan tidak hanya untuk dosa dan keadaan tertentu di mana manusia menemukan dirinya; tetapi penebusan dan keselamatan berhubungan dengan tujuan kekal, balik kembali dari dosa, kembali dari keadaan di mana manusia berada: maka saudara mendapatkan kepentingan dari semua tulisan-tulisan Perjanjian Baru, dan kepentingan itu adalah sesuatu yang selalu ada dengan saya sebagai hal yang sangat mengesankan.
Hanya ada satu buku di antara semua dua puluh tujuh yang berbicara dan menceritakan tentang pemberitaan Injil kepada orang yang belum diselamatkan, dan tanggapan mereka terhadap Injil itu. Saya tidak bermaksud, dengan berkata demikian, bahwa pemberitaan Injil kepada orang yang belum diselamatkan jatuh menjadi tidak penting; itu bukan maksud saya; tetapi ini adalah hal yang mengesankan bahwa semua sisa dari Perjanjian Baru dan cukup banyak dalam buku itu sendiri ditulis untuk ditanggungkan kepada orang yang telah diselamatkan, mereka yang telah percaya, dan ini adalah tanggungan yang berat dan luar biasa yang berurusan dengan orang percaya, dengan orang Kristen, dengan mereka yang adalah milik Tuhan.
Ini berarti bahwa sejak awal Allah tidak pernah bisa puas dengan keselamatan yang hanyalah posisional. Keselamatan posisional adalah ini: sesuatu telah dilakukan untuk kita oleh Tuhan Yesus, sama sekali terpisah dari kita, atas nama kita, dan kita mengambil sikap iman kepada-Nya dan terhadap hal itu, dan dengan iman dalam apa Dia bagi kita dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita, kita diterima, kita diselamatkan. Hal ini benar; ini adalah posisi di mana kita berada dalam Kristus melalui iman, tetapi logika sesungguhnya Perjanjian Baru itu sendiri adalah bahwa Allah tidak pernah bisa puas dengan sekedar keselamatan posisional. Keselamatan posisional adalah hal yang luar biasa, dan kita akan terus dipaksa untuk balik bersandar di atasnya, dan keselamatan posisional akan sering datang untuk menyelamatkan kita ketika kita sedang terdorong atau terbujuk atau tergoda untuk pergi ke posisi-posisi berbahaya tertentu di mana kita berusaha untuk menemukan sesuatu dalam diri kita sendiri sebagai dasar penerimaan, dan sebagainya. Kita harus segera kembali ke kebenaran besar akan keselamatan posisional dan pengudusan posisional, tetapi kenyataan bahwa semua surat-surat ini ditulis untuk orang percaya adalah bukti positif bahwa Allah tidak puas dengan keselamatan posisional saja.
Ah ya, tapi saya akan menekankan hal ini lebih dalam lagi, dan jika kita mendengarkan nada dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru (Perjanjian Lama juga) kita akan dibawa pada kesimpulan ini: bahwa Allah tidak puas dengan sekedar kehidupan Kristen yang konsisten. Ini adalah sesuatu yang lebih dari keselamatan posisional. Ada keselamatan posisional dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru, dan ada banyak yang mengenai keselamatan bersyarat (menggunakan kata “bersyarat” itu dalam arti tertentu); yaitu, bukan hanya posisi tapi juga kondisi orang percaya. Semuanya ada di sana. Tapi ada nada yang dalam yang menunjukkan bahwa tak satu pun dari hal-hal ini, atau pun kedua-duanya, menjawab pikiran terpenuh Allah. Ada dorongan, dorongan yang konstan, yang terdengar dalam nada-nada itu, untuk berjalan terus, berjalan terus, berjalan terus menuju pertumbuhan penuh; bukan hanya menjalankan hidup seorang Kristen yang baik secara konstan, bukan hanya hidup hari demi hari tanpa dosa, tanpa kegagalan, dan memiliki hidup yang begitu teratur dalam perbuatan dan perilaku dan sikap sebagaimana seharusnya seorang Kristen. Ya, hal ini adalah harus, tapi ada sesuatu yang lebih: terus menuju pertumbuhan penuh, dengan obyek, tujuan Allah, tujuan kekal Allah. Keselamatan posisional tidak selalu membawa kita ke sana, keselamatan posisional hanyalah sesuatu yang ada dalam perjalanan. Sebuah kehidupan Kristen yang baik tidak selalu membawa kita ke sana, kehidupan demikian hanyalah sesuatu yang ada dalam perjalanan. Hal ini harus ada, tapi hal ini hanyalah apa yang ada dalam perjalanan. Ada peningkatan, pertumbuhan, penambahan yang berarti perkembangan spiritual ke tingkat-tingkat tertentu yang terikat dengan tujuan kekal Allah. Oleh karena itu ada nasehat-nasehat, peringatan, permohonan yang konstan, bukan agar kita jatuh dari keselamatan kita dan kehilangan keselamatan, dan bukan hanya agar kita jatuh dari posisi atau kondisi rohani kita yang baik, tapi agar kita merindukan apa yang Allah telah tetapkan bagi kita mengenai tujuan dari panggilan kita, “mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Tujuan mengatur segalanya.
Kita telah tiba pada pertimbangan ketiga. Ini menyajikan kita dengan posisi di mana harus ada cukup banyak hal.
a) Satu obyektif yang mendominasi dan mengatur dalam seluruh hidup dan pelayanan
Bukan hanya untuk diselamatkan, hal ini tidak cukup baik; dan bukan hanya untuk membawa orang lain untuk diselamatkan, hal ini tidak cukup baik; bukan hanya untuk menjadi baik, atau membuat orang lain menjadi baik, atau membantu mereka untuk menjadi baik, hal ini tidak cukup. Dalam seluruh hidup dan pelayanan, tujuan kekal, pikiran penuh Allah harus menjadi dominan dan mengatur. Saya garis bawahi, dan dua kali lipat menggaris bawahi, kata “seluruh” itu. Kami akan menjelaskan penekanan ini dalam beberapa saat.
b) Sebuah keterkaitan positif dalam seluruh hidup dan pelayanan
Hal kedua yang tersajikan oleh apa yang telah kita katakan adalah keterkaitan positif dalam seluruh hidup dan pelayanan, bahwa tidak ada apa pun yang menjadi sesuatu dalam dirinya sendiri, terpisah, terlepas, terpencil, mandiri, apa pun yang bersangkutan dengan kepentingan dan kegiatan spiritual kita. Kepenuhan adalah dasar, kepenuhan adalah sarana, dan kepenuhan harus menjadi hasilnya; tidak ada yang sebagian dan tidak ada yang terlepas; semuanya harus dibawa ke dalam kesatuan yang mengarah ke akhir Allah, dan harus bekerja atas dasar akhir Allah: yaitu kepenuhan. Kita tidak pernah boleh merasa puas dengan apa pun yang hanyalah sepotong-sepotong, dan kita tidak pernah boleh merasa puas dengan apa yang adalah sesuatu dalam dirinya sendiri.
Ambil, misalnya, soal penginjilan. Kepenuhan harus mengatur penginjilan, seperti kepenuhan harus mengatur pelayanan mengajar. Tapi lihatlah bagaimana penginjilan telah dibuat menjadi sesuatu dalam dirinya sendiri, dan sesuatu yang kurang! Sikap pikiran begitu banyak orang adalah saudara tidak memerlukan banyak untuk menjadi seorang penginjil, bahwa siapa saja bisa menjadi penginjil; bahwa saudara tidak memerlukan pengetahuan spiritual yang dalam, dan pengertian, dan kekayaan dan kepenuhan untuk membawa jiwa-jiwa ke dalam pengetahuan Kristus yang menyelamatkan. Semua yang saudara harus lakukan adalah untuk membawa seorang manusia ke keselamatan, dan kemudian mengubahnya menjadi penginjil dan mengirim dia keluar ke dunia! Dan kemudian saudara berkata, penginjilan yang adalah sesuatu dalam dirinya sendiri! Dan sehingga penginjilan dapat bekerja sendiri dengan caranya sendiri yang kedap, dan tidak tertarik pada hal lain, dan berkata, Yah, tentu saja, semua ajaran yang indah ini tidak menarik minat saya; itu bukan wilayah saya! Kami telah mendengar banyak perkataan seperti itu. Saya tidak menemukan hal ini dalam Perjanjian Baru.
Kepenuhan harus menjadi dasar dari segala sesuatu, dan ini bukanlah hal yang membuang-buang waktu bagi seorang yang memiliki ukuran terbesar Kristus, dan pengetahuan terpenuh akan hal-hal Tuhan, untuk membawa hal ini dan menanggungkannya di atas keselamatan jiwa seorang. Penginjilan yang terbaik dan yang paling besar pengaruhnya adalah penginjilan yang dari awal memiliki seluruh tujuan Allah dalam pandangan, dan kecuali hal ini adalah demikian, saudara akan mendapatkan jenis orang bertobat yang sangat miskin, yang tidak akan berjalan jauh, dan yang harus dinyusui sepanjang jalan. Dapatkan pikiran penuh Allah dalam penginjilan, dan saudara dapat meninggalkan orang-orang bertobat saudara dan mereka akan berjalan terus, dan mereka akan bertumbuh, dan mereka akan mengambil tanggung jawab, mereka akan belajar Tuhan sendiri.
Kepenuhan harus menjadi dasar, dan kepenuhan harus menjadi faktor yang mengaitkan dalam segala hal, sehingga apa pun yang kita lakukan dalam perintah Allah yang daulat, hal itu bukanlah sesuatu yang terpisah, sebuah jalur sendiri, pekerjaan kita yang khas dan terpisah. Jika ini tidak berhubungan dengan yang akhir, hal ini akan kekurangan sesuatu, dan hal ini akan gagal secara proporsional. Keterkaitan positif dalam seluruh hidup dan pelayanan, sehingga kepenuhan merupakan dasar dan kepenuhan merupakan sarana: yaitu, bahwa setiap orang yang berada dalam pikiran Allah dan dalam pekerjaan Allah memiliki ukuran kepenuhan sebesar apa yang mungkin bagi mereka untuk miliki, dan saudara tidak akan berpikir bahwa tidak diperlukan bagi mereka untuk memiliki kepenuhan dalam melakukan pekerjaan itu; dan oleh karena itu, kepenuhan adalah hasil dari segala sesuatu. Jika pernah ada hamba Allah yang berkata: Untuk pekerjaan saya, kepenuhan yang lebih besar itu tidak diperlukan, kepenuhan itu akan sia-sia, tidak ada ruang untuk hal itu, tidak ada tempat untuk hal itu sama sekali; maka hamba Allah itu memiliki kesalahpahaman penuh mengenai panggilannya; mereka berada di beberapa jalur yang menuju antah-berantah. Sebaik-baiknya, mereka hanya akan mengarah sedemikian jauhnya dan berhenti. Jika kita akan terus melalui, menembus maju, tanpa tahanan, tanpa keberhentian pendek, tanpa penyempitan, tanpa penipisan, kita harus, dari awal, tepat berada di garis dan dalam persatuan dengan tujuan utama Allah dalam pikiran penuh-Nya.
c) Kepenuhan Ilahi tujuan Allah
Kemudian lagi, kepenuhan ilahi berproporsional dengan ukuran sejauh mana tujuan Allah mengatur. Sekarang, saya menggunakan frase “tujuan ilahi” dalam arti yang sedikit berbeda. Maksudku, Tuhan menyerahkan diri-Nya sendiri, Tuhan memberikan diri-Nya sendiri, kepenuhan yang adalah bagi kita, yang Dia kehendaki untuk kita miliki, ukuran besar diri-Nya sendiri yang diberikan sekarang dalam hidup dan dalam pelayanan. Ini akan proporsional dengan ukuran sejauh mana tujuan mengatur. Kepenuhan ilahi adalah spiritual; sehingga spiritualitas adalah hukum yang mengatur kepenuhan; yaitu, bahwa Allah memberikan kepenuhan-Nya hanya sejauh mana spiritualitas diperoleh. Allah dibatasi oleh kita. Dia begitu terikat. Dia dibatasi oleh kita, bukan oleh keinginan-Nya atau kehendak-Nya sendiri. Dia akan memberikan diri-Nya seluruhnya. Dia akan memberikan kepenuhan-Nya dalam hidup dan dalam pelayanan, tetapi apa yang membatasi-Nya adalah semua yang bukan spiritual, dan, tentu saja, lebih positif lagi, semua yang tidak spiritual. Akhir Allah adalah kepenuhan spiritual. Dia bekerja untuk akhir itu. Kesatuan dengan Allah dalam akhir-Nya berarti jalan yang sepenuhnya spiritual, dan oleh karena itu Allah diatur oleh suatu hukum dalam pemberian diri-Nya sendiri, dalam pengaliran keluar sumber daya-Nya, dalam penyerahan diri-Nya sendiri, dan hukum ini adalah hukum spiritualitas; dan sehingga kepenuhan-Nya menjadi proporsional dengan ukuran sejauh mana tujuan utama mengatur. Jika kita memiliki sesuatu yang kurang dari tujuan utama dalam pandangan, kita mendapatkan semacam pekerjaan di mana kita terlibat dengan apa yang kita inginkan menjadi sukses, kita inginkan untuk ditetapkan, kita inginkan untuk diketahui, kita inginkan untuk tumbuh; dan dengan berbagai cara, hal ini terikat dengan kita dan kegiatan kita, kepentingan, dan sebagainya, Allah tidak dapat menyerahkan diri-Nya untuk hal itu. Hanya sejauh mana terdapatkan sedikit spiritualitas di dalamnya, barulah Allah mampu memberikan diri-Nya, tapi tidak untuk hal itu; untuk apa yang spiritual di dalam, tetapi tidak untuk hal itu. Dia mengabaikan semua itu. Dia tidak memiliki minat dalam hal itu. Jika pendirian sesuatu di bumi ini dalam waktu dengan cara apa pun mengatur pertimbangan kita, aktivitas kita, Allah tidak ada dalam hal itu. Dia tidak memberikan diri-Nya untuk itu, hal itu tidak sesuai dengan tujuan kekal. Dalam dispensasi ini, Allah tidak melakukan apa pun dalam hubungannya dengan dunia ini; Dia melakukan semuanya dalam kaitannya dengan sorga, mengambil keluar untuk yang sorgawi. Jika kita berpikir untuk mendirikan dan meneruskan sesuatu di bumi ini, Allah tidak ada di dalamnya. Hanya sejauh mana terdapatkan ukuran spiritualitas di suatu tempat, barulah Allah akan memperhitungkan hal itu. Jika metode kita, cara kita adalah selain yang sepenuhnya spiritual, Allah tidak ada di dalamnya, dan oleh karena itu kepenuhan Allah tidak ada di sana, hal itu menjadi terbatas.
Semua ini menjelaskan mengapa begitu banyak hal yang didorong oleh manusia, diperintahkan oleh manusia, tidak berjalan jauh, meskipun dunia begitu penuh dengan hal itu. Perhatikanlah perbedaan antara sejumlah orang Kristen dan mereka yang pergi dengan nama rasul di dunia saat ini dengan di masa kitab Kisah Para Rasul, mengenai apa kitab Kisah Para Rasul dituliskan, dan perbedaan dalam efektivitas, dalam kekuasaan, dalam kesuburan. Jika pada masa itu, mengenai mana kitab itu ditulis, mereka memiliki pekerja Kristen sebanyak sekarang, maka, atas dasar mereka yang hidup saat itu, kita seharusnya sejak dulu sudah berada di milenium, pekerjaan-nya akan telah diselesaikan. Namun hari ini, dengan lebih begitu banyak agen dan lembaga-lembaga yang bekerja dalam Penginjilan, satu-satunya teriakan yang terdengar adalah “Keterbatasan!” Keterbatasan, keterbatasan, kekalahan, kelemahan, hanya dapat berjalan sedemikian jauhnya dan buah dari apa yang ada (saya berbicara pada umumnya) sangatlah miskin sehingga sering kali saudara harus bertanya: Apakah orang-orang ini benar-benar telah dilahirkan kembali atau tidak? Tidak ada keraguan tentang hal itu pada jaman Perjanjian Baru. Apa yang terjadi? Nah, kitab itu menjawabnya sendiri. Ada orang yang menyebut kitab Kisah Para Rasul “hari Roh Kudus!” Kata ini menjelaskan hal ini sampai ke intinya. Segala sesuatu pada jaman itu berada di dalam tangan Roh Kudus seluruhnya, bukan di dalam tangan manusia.
Saya tidak akan mendalami hal itu, tapi saya berusaha untuk membantu saudara untuk memahami apa yang saya maksud dengan akhir Allah mengatur soal kepenuhan Allah, dan kepenuhan itu berproporsional dengan ukuran sejauh mana akhir Allah benar-benar mengatur. Oleh karena itu, kita harus mengambil satu langkah lebih lanjut lagi:
d) Ketidak-berkenanan ilahi terhadap semua yang menentang
Ketidak-berkenanan ilahi akan beristirahat di atas semua yang berdiri di tengah jalan pikiran penuh Allah. Oleh karena itu, harus ada diskriminasi dalam pekerjaan, dalam metode, dalam cara. Apakah ini tujuan Allah? Apakah ini cara untuk mencapai tujuan Allah? Apakah ini sarana yang akan Allah gunakan? Dan begitu sering dalam terang pemahaman spiritual sejati mengenai apa yang Allah kehendaki, dan bagaimana Allah mencapai apa yang Dia kehendaki, harus ada penumpahan yang sangat besar dalam pekerjaan Tuhan. Dan hal itu membutuhkan ini, sejauh mana hamba Tuhan bersangkutan, bahwa mereka harus ditandai dengan penyesuaian yang sejati.
Kami telah sering, dalam hubungan ini, mengutip Daud dan gerobak untuk Tabut. Ya, tujuannya benar, obyek yang ada dalam pandangan ada dalam pikiran Allah, tapi gerobak bukanlah perintah Allah. Gerobak itu adalah hal buatan manusia, sebuah alat mekanik untuk mendorong dan mengangkut kesaksian itu. Tapi intinya adalah ini, bahwa ketika Daud bertemu dengan ketidak-senangan, ketidak-kenanan Tuhan, bukan menyangkut obyeknya, dan bukan menyangkut motifnya, tetapi menyangkut metode dan sarana-nya, meskipun pada saat itu dia berduka, tidak senang dan dia berakal, kita temukan bahwa ketika dia mempunyai waktu untuk menjadi tenang dan berhadap ke hadapan Tuhan, dan panas dari jiwanya sendiri dan kepentingan jiwanya sendiri telah padam, ia ditemukan sebagai seorang manusia yang dapat disesuaikan, dan ia menyesuaikan dirinya sendiri dalam metodenya kepada tujuan Allah. Lalu Daud berkata, “Janganlah ada yang mengangkat tabut Allah selain dari orang Lewi, sebab merekalah yang dipilih Tuhan untuk mengangkat tabut Tuhan.” Saya percaya bahwa ini adalah salah satu dari banyak hal di dalam Daud yang membuatnya menjadi seorang yang berkenan di hati Allah dan yang melakukan segala kehendak-Nya – bukan kehendak Daud.
Betapa perlunya bagi kita, kemudian, untuk dapat disesuaikan, siap untuk menumpahkan segala hal yang tidak berhubungan langsung dengan akhir Allah, atau metode atau sarana-sarana itu; siap untuk melepaskan semua yang adalah sesuatu dalam dirinya sendiri, walaupun itu adalah sesuatu yang baik, dan berharga, dan tampaknya diperlukan tetapi bukanlah apa yang Allah kehendaki dalam arti sepenuhnya. Ada sejumlah perbuatan baik yang sedang terjadi, dan berharga dalam dirinya sendiri, dan kepada mereka yang sedang melakukannya, yang jelas diperlukan, tetapi apakah mereka benar-benar tujuan penuh Allah, apa yang Allah sungguh-sungguh kehendaki? Mereka adalah hal-hal dalam dirinya sendiri, dan sebagian besar terpisah, yang tidak berkaitan atau tidak dapat mencapai akhir Allah sama sekali.
e) Kebutuhan akan sebuah alat untuk menjaga tujuan dalam pandangan
Harus ada, oleh karena itu (dan ini adalah titik yang sedang kita kerjakan sepanjang waktu ini), alat dan instrumen yang dibangkitkan oleh Allah secara daulat untuk menjaga tujuan penuh-Nya dalam pandangan. Hal ini penting bagi Allah. Ketika ada begitu banyak yang kurang, dan sangat kurang memuaskan, begitu banyak yang membabi buta lain, begitu banyak yang tidak mengarah ke mana pun, dan begitu banyak yang sepenuhnya tidak memuaskan kepada Tuhan, sangat diperlukan bagi Tuhan untuk membangkitkan suatu alat, suatu instrumen dengan tujuan untuk menjaga pikiran penuh-Nya di hadapan umat-Nya. Allah telah memiliki saksi kecil akan pikiran penuh-Nya sejak dahulu kala, tetapi alat itu telah menjadi alat jatuhan-Nya, alat pengukuran-Nya. Manusia telah menolak, manusia telah menganiaya, tetapi manusia akan dihakimi oleh itu.
Semakin dispensasi bergerak maju dan bertumbuh tua dan mendekati akhirnya, apakah kita tidak benar dalam mengambil kesimpulan bahwa jika apa yang telah kita katakan adalah kebenaran, menjelang akhir dan pada akhir waktu Allah menginginkan bahwa Ia akan memiliki alat yang sungguh-sungguh menetapkan untuk-Nya, pikiran penuh-Nya di hadapan umat-Nya. Saya percaya Dia akan, dan kita mungkin dapat menghubungkan ini dengan kata-kata rasul dalam koneksi lain: “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil …”
Sekarang, setengah dari pernyataan itu adalah bahwa harus ada, oleh karena itu, sebuah alat dan sebuah instrumen yang dibangkitkan oleh Allah secara daulat untuk menjaga tujuan penuh-Nya dalam pandangan. Yang setengah lainnya adalah bahwa Allah akan memanggil ke dalam hubungan dengan pelayanan itu. Dia akan memanggil ke dalam hubungan dengan pelayanan itu, dan oleh karena itu akan terjadi diskriminasi dalam pelayanan di bawah panggilan daulat Allah. Akan ada banyak hal yang akan timbul. Sebab bagi mereka yang telah demikian dipanggil, dipegang, ditangkap oleh Allah, akan ada semacam garis yang diambil oleh Tuhan di mana mereka tidak bisa melakukan apa yang orang lain lakukan, bahkan dalam pelayanan. Oh, mereka melayani Tuhan, dan mereka melakukan ini dan mereka melakukan itu dan tampaknya ada berkat dan Tuhan tampaknya ada dengan mereka. Mereka … Mengapa bukan saya? Mengapa saya tidak bisa? Satu-satunya jawaban yang akan pernah datang adalah: Yang lain bisa, tapi kau tidak bisa! Dan ada penjelasan yang lebih dalam: kau dipanggil untuk sesuatu di mana mereka tidak dipanggil, atau di mana mereka masih belum tiba, dan kau diatur seluruhnya oleh Allah sesuai dengan tujuan-Nya; bukan hanya kepentingan, tetapi obyek tertentu.
f) Akhir menentukan persiapan eksperimental alat
Alat itu, dan mereka yang dipanggil ke dalam pelayanannya, harus dibentuk dengan cara yang hidup dan eksperimental sesuai dengan akhir yang ada dalam pandangan.
Kata-kata ini membuka jalur baru. Saya hanya akan membuat pernyataan itu dan menutup di sana untuk sementara waktu ini. Mereka akan ditangani dengan sedemikian rupa, tidak seperti orang lain yang ditangani. Alat itu akan dibentuk dengan cara ilahi, dengan urusan ilahi sedemikian rupanya seperti apa yang orang lain tidak akan ketahui. Alat itu akan melalui pengalaman di tangan Allah yang adalah pengalaman yang unik, pengalaman yang aneh, pengalaman yang dalam, dan sepanjang waktu hati manusia mungkin akan menangis keluar, Mengapa aku harus pergi ke arah ini? Mengapa aku harus mengalami pengalaman ini? Mengapa hal-hal seperti ini menimpa kami? Ini bukanlah hal yang umum bagi manusia! Pengalaman kami adalah pengalaman yang sama sekali berbeda dari pengalaman mayoritas umat Tuhan! Apa yang kita dipanggil untuk lakukan, dan lepaskan, dan sebagainya, sama sekali berbeda. Cara di mana Tuhan berurusan dengan kita sangat berbeda! Ya, bukan hanya, “Dipanggil, sesuai dengan rencana Allah,” tetapi dibentuk sesuai dengan rencana Allah. Akhir mengatur urusan Tuhan dengan kita.
Oh, dengarkanlah ini seiring kita menutup. Tidak ada yang bisa masuk ke dalam pelayanan tujuan penuh dan kekal Allah, dalam kaitannya dengan pikiran terpenuh Allah, dengan mengambil hal itu, dengan sikap yang mengatakan, aku akan masuk ke dalam itu! Aku akan menganutinya! Aku akan berada di dalamnya! Aku akan melakukannya! Hal ini akan menjadi jalur pelayananku! Hal ini akan menjadi pesanku! Hati-hati! Jangan mengambil sikap seperti itu: ini tidak mungkin. Jika saudara melakukannya, saudara akan segera ditemukan dalam posisi yang salah, dan saudara akan dihancurkan sampai berkeping-keping. Saudara harus dibentuk untuk hal ini, dan pembentukan itu mengikuti gerakan daulat Allah dalam hidup saudara, yang akan membuat saudara mengetahui hal ini, meskipun saudara mungkin sedang melakukan pekerjaan yang baik dalam berbagai cara dan arah lain, ini adalah jalan Allah bagi saudara, dan saudara tidak berdebat dari yang umum, saudara berdebat dari yang khusus: Aku melihat sekarang bahwa, sementara aku telah berada di alam tertentu, pada jalur tertentu, Allah telah meringkas semuanya untuk-ku, dan telah meletakkan tangan-Nya di atas-ku dan memanggil-ku ke dalam sesuatu yang lain. Sampai hal itu menjadi, bukan sesuatu yang ditanggapi secara mental tetapi sesuatu yang terlahir di dalam kita, sehingga, meskipun kita mungkin telah sering mundur, kita mungkin telah melalui liuk-liuk karena hal itu, kita tahu bahwa akhir Allah telah datang kepada kita, dan dalam arti tertentu pelayanan (saya tidak berbicara sekarang tentang tempat kita dalam tujuan, tapi dalam arti pelayanan), kita adalah yang dipanggil sesuai dengan rencana Allah. Kemudian Allah memulai pembentukan.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.