oleh T. Austin-Sparks
Bab 6 – Beberapa Judul-Judul Dispensasi Baru
Kita disibukkan pada saat ini dengan hal yang besar itu yang sedang dilakukan Allah di dalam dispensasi ini. Ia sedang membentuk Israel sorgawi yang baru dan mempersiapkannya untuk hari ketika Rajanya datang dan Israel sorgawi yang baru ini akan memerintah bersama-Nya untuk selama-lamanya. Anggota-anggota dari Israel rohani ini disebut, “sahabat panggilan sorgawi” – sahabat Kristus.
Inti dari apa yang telah kita capai sekarang, adalah bahwa dalam pembentukan Israel rohani, Allah mengikuti garis yang sama seperti yang Ia ambil dengan Israel duniawi, tetapi dengan satu perbedaan yang besar: bahwa dengan Israel duniawi Ia mengikuti garis sementara; dengan Israel sorgawi Ia mengikuti garis rohani, tetapi keduanya adalah satu dalam prinsip. Kita telah melihat beberapa hal tentang ini, tetapi kita akan melihat lebih banyak lagi tentang ini hari ini.
Saya pikir pastilah benar bahwa inilah yang sedang dilakukan Allah. Surat kepada orang Ibrani adalah dokumen besar tentang transisi dari satu Israel ke Israel lainnya, dan ada banyak bukti dalam surat itu tentang kebenaran ini. Jika ada yang ragu sama sekali, ada satu bagian yang menurut saya dapat menjawab semua pertanyaan tersebut. Saudara lihat pada pasal 12 dari surat kepada orang Ibrani, dan baca bagian dari ayat 18:
“Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatang pun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari batu.” Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.”
Nah, itulah Israel lama yang dibentuk di gunung. Firmannya kepada kita adalah: “Kamu tidak datang kepada itu. Itu bukanlah cara Allah membentuk Israel baru-Nya.” “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”
Saya pikir itu menyelesaikan semua argument-nya! Jika kita hanya memiliki paragraf itu di dalam Perjanjian Baru, kita akan tahu apa perbedaannya antara dispensasi lama dan baru, kita akan tahu perbedaan antara Yudaisme dan Kekristenan, kita akan tahu perbedaan antara di dalam dunia apakah mereka berada dan di dalam dunia apakah kita berada.
Namun, itu belum semuanya: itu hanyalah sebagian dari seluruh argumennya. Saya ingin saudara mencatat beberapa judul-judul yang ada di dalam surat ini yang merupakan bukti-bukti dari kebenaran ini.
Pertama-tama, kita memiliki:
Kita semua tahu bahwa Israel dipandang oleh Allah sebagai keluarga-Nya. Kepada Firaun, Allah berkata: “Biarkan anak-Ku pergi.” Dan buktinya terlalu banyak bagi kita bahkan untuk menelusurinya, Israel dahulu kala adalah, dalam arti tertentu, dipandang oleh Allah sebagai keluarga-Nya. Mereka adalah anak-anak-Nya, dan dalam arti tertentu, Ia berbicara tentang Diri-Nya sendiri sebagai Bapa mereka.
Di sini, di dalam surat transisi dari Israel lama ke Israel baru ini, gagasan itu dibawa ke alam rohani. Ibrani pasal 2, ayat 10: “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan – yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu: itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: “Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,” dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.”
Saudara akan memperhatikan bahwa itu adalah daftar kutipan lengkap dari Perjanjian Lama. Dahulu, kutipan itu berkaitan dengan Israel lama. Sekarang Israel itu telah disingkirkan, tetapi Allah mengambil prinsip kehidupan berkeluarga ini dengan cara yang baru dalam hubungannya dengan diri-Nya sendiri. Anak-Nya adalah “yang sulung di antara banyak saudara” dan kita adalah “anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”
Mungkin saudara telah memperhatikan bahwa gagasan paling pertama tentang Allah adalah sebuah keluarga – gagasan tentang keluarga lahir di dalam hati Allah. Ini bukanlah suatu masyarakat resmi. Ini bukanlah beberapa lembaga. Hal terdalam di dalam hati Allah tentang kita adalah untuk menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya, dan saudara, yang mengetahui Alkitab, akan dapat mengutip sendiri banyak bagian, seperti: “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Kita dapat membangun segunung referensi-referensi yang luar biasa tentang Allah sebagai Bapa, dan umat-Nya sebagai anak-anak-Nya. Allah dapat membuat sebuah organisasi orang-orang menjadi semacam masyarakat. Ia dapat memanggil beberapa orang dari tempat ini dan beberapa orang dari tempat itu, dan kemudian Ia dapat memberi mereka gelar denominasi tertentu dan berkata: “Sekarang kamu adalah anggota denominasi ini. Kamu dibentuk ke dalam organisasi ini.” Tetapi Allah tidak pernah memiliki ide seperti itu. Ide-Nya adalah sebuah keluarga, dan Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang ke dunia ini secara khususnya untuk menyatakan Allah sebagai Bapa – “Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka … Aku telah memberikan kepada mereka nama-Mu.” Nama Allah yang paling sering diucapkan oleh Tuhan Yesus adalah nama “Bapa”, dan Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang dengannya kita mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, oleh Roh yang sama yang ada di dalam Dia, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
Tentu saja, itu sangat mendasar, tetapi ada pertempuran yang sangat hebat untuk konsepsi keluarga ini. Jika suatu organisasi terpecah belah, kita tidak terlalu khawatir tentang itu; bahkan jika Perserikatan Bangsa-Bangsa terpecah belah, kita tidak terlalu khawatir tentang itu, tetapi kita selalu dipenuhi dengan kesedihan dan rasa malu ketika sebuah keluarga terpecah belah. Kita merasa bahwa ada sesuatu tentang sebuah keluarga yang mengandung ide yang sangat sakral. Alangkah buruknya jika sebuah keluarga menjadi terpecah belah; ketika anak-anak saling bermusuhan atau anak-anak bermusuhan dengan orang tua, ketika suami bermusuhan dengan isteri dan isteri bermusuhan dengan suami dan seterusnya. Dan itu adalah tanda pekerjaan iblis di akhir zaman. Tidak ada yang leblih mengerikan di zaman kita daripada hancurnya kehidupan keluarga. Itu benar, bukan? Saudara mungkin tidak tahu banyak tentang itu di Swiss, tetapi jika saudara pergi ke Inggris, saudara pergi ke Amerika dan ke negara-negara lain, dan saudara akan melihat bahwa ada tanah longsor yang sempurna dalam perkara ini. Daftar penceraian sungguh mengerikan – anak-anak malang yang ditinggalkan tanpa ayah atau ibu karena putusnya hubungan itu. Ini merupakan pukulan pada bagian terdalam di dalam hati Allah, tetapi itu tidak berhenti di sana.
Aspek yang paling menyedihkan dari semua ini adalah di dalam keluarga Allah. Tidak ada yang lebih mengerikan di alam semesta ini selain perpecahan keluarga Allah. Iblis tidak begitu mempermasalahkan denominasi dan organisasi kita, tetapi ia keberatan dengan bisnis keluarga ini! Ini adalah ide Allah yang paling berharga.
Saya pikir ini adalah salah satu hal yang paling berharga dari saat-saat bersama seperti ini. Di sinilah kita berada, mewakili sejumlah besar kewarganegaraan yang berbeda. Banyak dari kita belum pernah bertemu sebelumnya di bumi ini, kita belum pernah berjabat tangan satu sama lain, tetapi kita semua bersukacita di sini bersama sebagai sebuah keluarga. Roh kekeluargaan adalah hal yang paling berharga, dan ini adalah ciri khas Israel sorgawi itu sendiri.
Saya sering berkata, ketika berbicara tentang Yerusalem sorgawi ini sebagaimana yang disajikan secara simbolis di akhir Alkitab, bahwa kota itu hanya memiliki satu jalan. Para penulis himne kita telah menyesatkan kita tentang hal ini, mereka berbicara tentang jalan-jalan dari emas murni. Alkitab mengatakan bahwa hanya ada satu jalan dari emas murni. Teman-teman terkasih, kita semua harus hidup di satu jalan untuk selamanya! Apa pendapat saudara tentang itu? Bagaimana saudara akan akur dengan tetangga saudara? Jangan khawatir, ini akan menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk tinggal di satu jalan; saudara lihat, ini hanya akan menjadi sebuah keluarga. Dan ketika seluruh keluarganya hanyalah satu, ini bukanlah hal yang buruk untuk tinggal bersebelahan satu sama lain!
Nah, itu hanyalah cara untuk berbicara tentang hal ini; saudara tahu apa yang saya maksudkan. Ini adalah hubungan rohani: Bapa, Kakak Tertua yang agung, dan Roh Kudus yang mempersatukan … “saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi.” Ini sungguh mulia untuk memiliki persahabatan!
Baiklah, saya tinggalkan itu di sana, gagasan pertama tentang Allah di Israel lama ini dibawa secara rohani ke Israel baru.
Hal kedua yang akan saudara lihat adalah:
Pasal 3 dari kitab Ibrani, dan ayat 5: “Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.”
Apakah saudara memperhatikan apa yang dikatakannya? Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian. Kapankah yang di kemudian itu? Sekaranglah saatnya. “Rumah-Nya ialah kita.” Rumah Allah adalah sesuatu yang dibawa dalam prinsip oleh Allah dari yang lama ke yang baru. Petrus mengatakan bahwa kita adalah rumah rohani, tetapi ada satu hal yang perlu dijelaskan di sini. Ketika kita menggunakan kata “rumah” ini, kita biasanya membayangkan tentang sebuah tempat di mana orang-orang tinggal, dan itu bukanlah arti kata tersebut di sini. Saya tidak tahu apakah saudara dapat memahami perubahan yang akan saya buat, tetapi tahukah saudara perbedaan antara “rumah” dan “rumah tangga”? Sebuah rumah tangga adalah hal yang sangat berbeda dari sebuah rumah. Rumah tangga terdiri dari dua hal: satu adalah orang-orang yang tinggal di sana dan yang lainnya adalah tatanan yang ada di sana. Ini adalah sebuah rumah dengan tatanan tertentu.
Ini adalah rumah Allah, yang terdiri dari umat-Nya yang berada di bawah perintah-Nya. Saudara tahu Allah adalah Allah yang teratur. Ia tidak hanya peduli agar segala sesuatunya terlaksanakan, Ia juga peduli agar semuanya terlaksanakan sesuai dengan cara-Nya. Bagi Allah, cara segala sesuatu terlaksanakan sama pentingnya dengan apakah semuanya terlaksanakan atau tidak. Rumah Allah adalah rumah yang diatur oleh Allah. Setiap orang di dalam rumah tangga ini harus tunduk kepada Roh Allah; harus berada di bawah pimpinan Yesus Kristus.
Sekarang, tentu saja saya dapat membahas seluruh konferensi tentang rumah Allah, tetapi jika saudara melihat ke dalam tata tertib Allah atas kehidupan Israel di dalam dispensasi lama, saudara akan melihat betapa khususnya Allah menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Pada hari Pentakosta, rumah rohani dan sorgawi Allah dibawa masuk, dan Allah memiliki tata tertib-Nya sendiri. Dan saudara akan melihat bagaimana pada hari-hari pertama kehidupan Jemaat itu, dua hal terjadi. Allah menuntut agar tata tertib-Nya dipatuhi. Bahkan para rasul belum sepenuhnya menyadari tata tertib Allah. Mereka berpegang pada sesuatu dari tata tertib lama. Dan ketika Tuhan menyuruh Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius, orang bukan Yahudi, Petrus berkata: “Tidak, Tuhan. Ini tidak sesuai dengan tata tertib lama. Aku tidak dibesarkan dengan cara ini. Sistem lama mengatakan bahwa aku tidak boleh melakukan itu. Tidak Tuhan.” Namun Tuhan adalah Tuhan atas rumah-Nya sendiri, dan Ia menjadikannya sangat jelas kepada Petrus bahwa Ia telah membawa masuk tata tertib baru. Ini adalah Israel yang baru. Segala sesuatu telah berubah, Salib telah membuat perubahan besar: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” – Salib telah menangani semua kenajisan dan kita sedang bergerak di atas dasar yang baru.
Nah, Petrus pun melihatnya. Tentu saja, itu bukanlah akhir dari kesulitannya, bahkan bagi Petrus, tetapi saya pikir ketika kita membaca surat-surat Petrus, kita sampai pada seorang Petrus yang telah sepenuhnya menerima tatanan baru itu. “Rumah rohani”, katanya, “yang mempersembahkan korban rohani.”
Tetapi saya katakan bahwa di dalam Kisah Para Rasul kita memiliki dua hal: ada gerakan Roh Allah mengenai tatanan baru, tetapi ada gerakan roh jahat terhadap tatanan baru itu. Saudara memiliki kisah mengerikan tentang Ananias dan Safira itu, mereka melanggar tata tertib baru rumah Allah. Mereka membawa masuk kepentingan pribadi mereka sendiri, dan Petrus menyimpulkannya dengan cara ini: “Mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus?” Karena pada hari yang mengerikan itu tatanan baru itu dikacaukan. Iblis menyerang Israel yang baru ini, dan untuk menunjukkan betapa cemburunya Allah terhadap tatanan sorgawi-Nya, lihatlah apa yang terjadi pada keduanya! Karena itu allah telah menetapkan prinsip itu dengan sangat jelas, dan Ia sangat cemburu terhadap tatanan sorgawi-Nya dan bahwa tidak ada yang dapat terjadi kecuali masalah jika kita keluar dari tatanan Allah. Sementara tatanan Allah ditangguhkan, semuanya menjadi kacau.
Nah, cukup sekian tentang rumah Allah untuk saat ini, “Rumah-nya ialah kita.”
Kemudian konsep lain, yaitu:
Hal itu diperkenalkan dengan diri Tuhan Yesus itu sendiri, dalam ayat 2 dari pasal 1: “Yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.”
Dalam ayat empat belas kita disebut sebagai yang memperoleh keselamatan. Dalam pasal enam, ayat tujuh belas, kita disebut sebagai “yang berhak menerima janji itu.” Dalam Roma 8, ayat tujuh belas, Paulus mengatakan bahwa kita adalah, “ahli waris Allah, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus.”
Sekarang, dalam pengertian duniawi, Israel seharusnya menjadi ahli waris Allah. Janji itu diberikan kepada Abraham bahwa keturunannya akan mewarisi bumi: Allah membuat perjanjian dengan Abraham bahwa keturunannya akan menjadi pemilik. Israel seharusnya menjadi ahli waris Allah; mereka seharusnya menerimanya bersama-sama dengan Yesus Kristus. Akan tetapi, mereka membunuh ahli waris Allah. Mereka berkata, seperti dalam perumpamaan tentang Tuhan Yesus, “Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia.” Mereka membunuh-Nya “yang ditetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada”, dan dengan melakukan itu, mereka merampas warisan itu dari diri mereka sendiri.
Sekarang datang masuk jemaat: “ahli waris Allah, orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Yesus Kristus.” Jemaat adalah ahli waris janji yang dibuat kepada Abraham sekarang, dan seluruh surat kepada orang Ibrani ini berkaitan dengan warisan, warisan besar yang kepadanya kita telah dipanggil sebagai sahabat panggilan sorgawi. Dan seruan surat ini kepada kita adalah: “Pastikan kamu tidak kehilangan warisan itu! Mereka kehilangannya karena ketidakpercayaan; kamu dapat kehilangan warisan.” Jadi surat itu menggunakan Israel sebagai ilustrasi – kemungkinan mengerikan tentang orang Kristen yang kehilangan warisannya.
Apakah saudara memperhatikan kata kecil “jika” ini yang sering muncul? “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula” … “rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang …” Itu kata yang sangat besar, kata kecil itu! Banyak yang bergantung pada kata itu. Kami tidak sedang berbicara tentang hilangnya hidup kekal, kami sedang berbicara tentang tujuan keselamatan; tujuan keselamatan adalah hal yang jauh lebih penting bahkan daripada diselamatkan. Paulus berkata bahwa akan ada banyak orang yang masuk ke sorga, setelah kehilangan segalanya. Seluruh pekerjaan hidup mereka akan hangus terbakar; diri mereka sendiri akan diselamatkan tetapi seperti dari dalam api. Segala sesuatu kecuali keselamatan mereka hilang. Apakah saudara ingin hanya sekedar berhasil masuk ke sorga “tetapi seperti dari dalam api”? Tidak, surat ini mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar diselamatkan. Itulah warisan yang agung, tetapi kita bisa saja melewatkannya. Bacalah surat itu lagi dengan mempertimbangkan hal itu.
Namun, maksud kami adalah asas tentang menjadi ahli waris Allah ini dibawa ke dalam Israel sorgawi.
Saya hanya akan menyebutkan satu atau dua hal lainnya tanpa banyak komentar. Hal berikutnya yang dibawa dari yang lama ke yang baru adalah:
Jika saudara membaca surat ini, saudara akan menemukan bahwa pada beberapa kesempatan kota itu dirujuk. Dan dalam bagian yang kita baca itu: “Tetapi kamu sudah datang … ke Yerusalem sorgawi, kota kudus.”
Tentu saja, Israel, memiliki kehidupan mereka berpusat di Yerusalem lama yang duniawi. Yerusalem adalah pusat persatuan mereka. Mereka semuanya bersatu karena kota itu. Itulah sebabnya kaum laki-laki mereka harus pergi ke Yerusalem berkali-kali setiap tahun. Kita memiliki mazmur-mazmur yang indah itu tentang kedatangan mereka, dari utara, selatan, timur, dan barat, sebuah kafilah yang indah, mereka menyanyikan lagu-lagu Sion. Mazmur-mazmur tentang Sion itu adalah mazmur-mazmur yang indah – bermegah dalam kota mereka, dan menemukan ekspresi persatuan nasional mereka di Yerusalem. Itu adalah pusat pemerintahan mereka. Seluruh kehidupan nasional mereka berasal dari Yerusalem dalam pemerintahan. Apa yang saudara lihat dari Yerusalem adalah segalanya bagi mereka.
Penulis surat kepada orang Ibrani ini berbicara tentang hari yang mendekat, saat Yerusalem itu akan hilang selamanya, atau, untuk memuaskan orang-orang yang percaya bahwa orang-orang Yahudi belum menduduki Palestina dan memiliki Yerusalem yang lain – kota itu telah hilang untuk seluruh dispensasi. Yerusalem hari ini adalah simbol perpecahan itu sendiri. Orang Yahudi memiliki satu bagian dan orang Arab memiliki bagian yang lain, dan mereka tidak dapat hidup bersama dalam damai. Yerusalem adalah simbol perpecahan, dan di hadapan Allah, Yerusalem itu tidak dapat dipertahankan. Yerusalem itu telah diserahkan, tetapi Ia telah mendatangkan Yerusalem sorgawi-Nya – “Kamu sudah datang ke kota yang kudus, Yerusalem sorgawi.”
Kita telah “diberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, di dalam Kristus Yesus.” Semua kesatuan kita, sebagai Israel baru, berpusat pada Dia di atas. Tidak akan pernah ada ekspresi kesatuan sejati di antara umat Tuhan, kecuali hanya ketika mereka memiliki Tuhan sorgawi yang mempersatukan. Kesatuan kita ada di sorga, bukan di bumi. Pemerintahan kita berasal dari sorga, bukan dari bumi. Seperti yang dikatakan Paulus, kita adalah “kawan sewarga dari orang-orang yang kudus” – hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah.
Ya, kota itu ada. Pikiran Allah mengenai Kota itu telah dibawa ke Israel rohani.
Kemudian hal berikutnya:
Ini semua adalah konsep yang luar biasa tentang Israel lama! Jika Israel itu adalah keluarga Allah, rumah Allah, ahli waris Allah, kota Allah, maka Israel dianggap sebagai kawanan domba Allah, domba-domba Allah: “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya” katanya. Tentu saja, ide itu, mendasari seruan nabi Yesaya: “Kita sekalian sesat seperti domba.” Israel adalah kawanan domba Allah. Ia adalah Gembala Israel. Kami akan membahasnya lebih lanjut lagi nanti – memang ini adalah perkara yang sangat besar dalam hubungan baru dengan Tuhan ini; salah satu dari enam belas hal dalam Injil Yohanes.
Tetapi Allah telah meneruskannya, ini adalah pemikiran Allah yang sangat berharga mengenai Israel sorgawi. Kita adalah “domba gembalaan-Nya.” Jadi kita sampai pada akhir surat kepada orang Ibrani ini, kita memiliki kata yang indah ini: “Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita …” Tuhan kita Yesus, Gembala Agung segala domba itu. Ada suatu pengertian yang menyatakan bahwa hal itu menyebar ke seluruh surat itu. Para sahabat Kristus adalah domba-domba-Nya: “Domba-domba-Ku mengenal Aku dan Aku mengenal mereka … Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka.” Itu adalah ide yang hebat untuk domba, bukan? Kami akan meninggalkan itu di situ untuk sementara waktu.
Saya ingatkan saudara tentang hal terakhir dan menutup untuk pagi hari ini. Yaitu:
Kita semua tahu bahwa Israel lama adalah kerajaan Allah, kerajaan yang diperintah oleh Allah. Apakah saudara ingat bahwa ketika mereka memilih Saul menjadi raja, Samuel sangat sedih tentang hal ini dan ia pergi kepada Tuhan dan menceritakannya kepada-Nya. Tuhan berkata: “Bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak sebagai Raja.” Israel adalah kerajaan Allah dan tentu saja Perjanjian Lama banyak berbicara tentang hal itu.
Ketika kita datang kepada Israel baru ini, ada banyak hal yang terkandung dalam surat orang Ibrani ini tentang kerajaan. Saya tidak akan meminta saudara saat ini untuk melihat semua rujukannya, tetapi yang terakhir dari mereka adalah ini: “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan …” Bentuk kata Yunaninya adalah: “Sedang dalam proses menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.” Kita adalah kerajaan-Nya, umat di bawah kerajaan-Nya dan pemerintahan-Nya.
Kami akan membahas lebih lanjut lagi tentang hal itu nanti, tetapi saya rasa kita sudah cukup menjelaskan pagi ini untuk menunjukkan bahwa ini adalah hal yang sangat nyata. Secara rohani, kita telah sampai pada semua yang telah diramalkan di dalam Israel lama. Mengenai hal itu, kepada Israel itu, Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Dan Petrus berkata, “kita adalah bangsa yang kudus.” Kita adalah pewaris dari segala yang pernah dimaksudkan Allah bagi umat-Nya. Di dalam kita, yaitu, di dalam jemaat-Nya yang sejati dari dispensasi ini, Allah sedang dalam proses mewujudkan semua yang telah Ia rencanakan selama berabad-abad.
Baiklah, ini adalah banyak kata-kata, mereka adalah ide-ide yang luar biasa, tetapi saya harap kata-kata itu tidak hanya masuk ke dalam kepala kita; saya harap kata-kata itu masuk ke dalam hati. Kita adalah orang-orang yang sangat beruntung. Kebutuhan terbesar zaman kita adalah agar orang Kristen mengetahui ke dalam apa Allah telah memanggil mereka. Mereka tidak tahu, teman-teman terkasih. Saudara dapat menjelajahi dunia ini dan menemukan orang-orang Kristen secara mayoritasnya tidak tahu tentang hal-hal ini. Mereka tahu bahwa Yesus datang ke dunia ini sebagai Anak Allah, Ia menjalani hidup-Nya yang luar biasa, melakukan pekerjaan-Nya, memberikan ajaran-Nya, mati untuk menebus dosa dan bangkit kembali, dan akan datang kembali; tetapi mereka tidak tahu sedikit pun tentang apa artinya semua itu, yaitu, untuk apa semua itu; tujuan kekal Allah yang agung dalam semuanya itu. Mereka sebagian besarnya tidak tahu apa-apa tentang hal-hal yang telah kita bicarakan hari ini, dan itulah sebabnya mengapa Kekristenan berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan saat ini. Mereka tidak diberi petunjuk yang benar, mereka tidak memiliki pemahaman yang benar tentang tujuan besar Allah dalam jemaat-Nya melalui Kristus Yesus. Ini sungguh suatu hal yang sangat luar biasa yang telah kita alami dalam dispensasi ini.
Dan saya katakan sekali lagi, saya harap ini menyentuh hati saudara dan pergi lebih dalam daripada kepala saudara. Dan setelah saya mengatakan semua ini, dan pikiran saudara mungkin lelah, saudara mungkin merasa bahwa sekarang saudara tidak dapat menerima lebih banyak lagi, saya minta maaf untuk memberi tahu saudara bahwa saya baru saja memulai! Masih ada lebih banyak lagi dari hal ini yang harus diungkapkan Allah, dan mungkin sedikit lagi yang akan Ia tunjukkan kepada kita minggu ini.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.