oleh T. Austin-Sparks
Cara segala sesuatu menjadi batiniah adalah bahwa Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita. Sekarang: “Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah.” Itu adalah Roh Keanakan yang berdiam di dalam hati kita. Begitulah cara kerjanya, dan ada jauh lebih banyak lagi yang terlibat dalam keanakan menurut jenis itu daripada yang tampak di permukaan. Dikatakan dengan sangat jelas bahwa hubungan dengan Tuhan (sebab keanakan adalah suatu hubungan) pertama-tama adalah batiniah, tepat di pusat diri kita sendiri, dan kemudian ini adalah soal memiliki seluruh hidup kita yang diatur oleh apa yang adalah batiniah. Untuk dipimpin oleh Roh tidak hanya berhubungan dengan, dan tidak hanya terbatas pada, krisis-krisis di dalam hidup kita dan peristiwa-peristiwa khusus ketika kita membutuhkan pimpinan. Ini adalah untuk memiliki seluruh hidup kita di bawah pemerintahan Roh Kudus dari dalam batin.
Tuhan, ketika berbicara tentang hari kedatangan Roh Kudus, berkata: “Ia akan memimpin kamu (atau menuntun kamu) ke dalam seluruh kebenaran.” Itu bukan hanya yang jarang terjadi, sesuatu yang hanya sesekali; itu adalah yang berkelanjutan, itu adalah jalan hidup anak Allah yang tidak terputus. Tuhan tidak mengatur hidup kita sehingga menurut jadwal atau program Ilahi, Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam kebenaran ini pada satu periode dan ke dalam kebenaran itu pada periode lain, dan ke dalam kebenaran selanjutnya pada periode lainnya lagi. Kedatangan kita ke dalam kebenaran penuh, wahyu penuh Kristus, bukanlah soal pengaturan Ilahi mengenai waktu, ini adalah soal ketaatan kita terhadap apa yang telah diungkapkan; bahwa kita maju dalam wahyu sesuai dengan tanggapan roh kita terhadap apa yang kita miliki. Beberapa orang masuk ke dalam suatu kepenuhan kebenaran jauh lebih cepat daripada yang lain. Mereka mendapatkan wahyu dalam jumlah yang besar sementara yang lain berjalan terus selama bertahun-tahun hanya dengan sebagian kecilnya, dan kemasukan mereka sangatlah terlambat. Itu bukanlah karena Allah menetapkan dalam kasus satu orang, kemasukan yang lebih awal, dan dalam kasus lainnya, kemasukan yang belakangan. Itu bukanlah jalan Tuhan. Itu berkaitan dengan roh individu yang bersangkutan, mengenai seberapa banyak seseorang itu berjalan di dalam Roh. Sehingga segala sesuatu, dalam datang ke dalam kepenuhan pemikiran dan kehendak Ilahi, terikat dengan pimpinan Roh yang terus menerus, dan bukan hanya yang bersifat periodik atau yang jarang terjadi. Oleh karena itu, dipimpin oleh Roh ini bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan titik-titik, waktu-waktu, krisis-krisis, keadaan-keadaan darurat tertentu di dalam hidup kita, melainkan ini adalah memiliki hidup kita terus-menerus berada di bawah pemerintahan Roh Kudus dari dalam batin.
Di situlah penekanannya harus ditempatkan. Roh Kudus akan mengatur kita, jika kita akan membiarkan Dia, dari dalam batin dan kelambanan kemajuan di jalan Tuhan hanyalah disebabkan oleh kita yang berkehendak begitu lamanya untuk diatur dari yang lahiriah. Orang yang diatur dari yang lahiriah di dalam kehidupan rohani mereka tidak berkembang dengan sangat cepat. Kedewasaan mereka jauh tertunda. Mereka sangat jarang mencapai kedalaman dan ketinggian kehidupan rohani yang melebihi apa yang sangatlah mendasar. Orang-orang yang berjalan secara batiniahlah di dalam Roh yang dengan cepat menuju kedewasaan, dan masuk ke dalam kepenuhan Tuhan yang lebih besar. Jadi, mari kami ulangi, Roh Kudus sebagai Roh Keanakan ada di dalam hati kita, dan oleh karena itu, dari pusat keberadaan kita, dan bukan dari sekelilingnya, Ia akan mengatur hidup kita.
Cepat atau lambat, jika ingin membuat kemajuan, kita dibawa kembali ke sana. Jika kita tidak akan menetap sampai akhir dalam keadaan mendasar, keadaan seorang bayi, Tuhan, yang benar dan setia pada hukum-Nya sendiri, akan membawa kita kembali ke sana.
Mari kami ilustrasikan. Saudara mungkin memiliki dua jenis panggilan sehubungan dengan Tuhan. Kami mengambil, untuk tujuan kami sekarang, panggilan untuk pelayanan. Panggilan untuk pelayanan dalam hubungannya dengan Tuhan (kami tidak mengatakan bahwa ini adalah panggilan yang sebenarnya, tetapi ini adalah suatu panggilan) dapat datang kepada kita dari yang lahiriah. Kita dapat memperolehnya melalui dampak suatu permohonan, melalui kekuatan yang kuat dari suatu kebutuhan yang disajikan, melalui desakan yang kuat dari suatu situasi yang menuntut pelayanan kita, melalui penerapan lahiriah ke dalam hati kita dari seluruh pertanyaan tentang pelayanan, baik secara umum maupun secara khusus. Banyak orang telah mendapat suatu panggilan yang datang kepada mereka dengan cara itu, dan telah menanggapinya, dan mereka telah pergi keluar dalam kekuatan dari panggilan itu. Sekarang, satu dari dua hal telah terjadi dengan semua orang seperti itu di mana hanya itu saja yang merupakan sifat panggilannya. Entah mereka telah terus berjalan sampai akhir hidup mereka di dalam suatu sistem pekerjaan Kristen, yang sebagian besarnya bersifat lahiriah, dan telah menghabiskan hidup mereka dalam bidang kerja dan kegiatan serta suatu program yang diatur itu. Atau tidak, seiring berjalannya waktu, mereka telah menghadapi suatu situasi yang menimbulkan pertanyaan besar bagi mereka tentang apakah mereka telah benar-benar dipanggil oleh Allah, dan kemudian mereka dipalingkan ke dalam pusaran penyelidikan yang besar. Hal-hal telah berjalan dengan sedemikian rupanya, sedemikian terjadinya, sehingga menimbulkan pertanyaan yang paling serius bagi mereka. Apakah itu panggilan Allah? Apakah aku benar-benar telah dipanggil? Atau apakah itu adalah penyajian akan suatu kebutuhan, suatu situasi, suatu permohonan yang dibuat, dan di bawah tekanan suasananya, aku, di dalam perasaan dan antusiasme aku sendiri, menanggapinya? Banyak orang yang telah datang di jalan itu, dan mereka telah mempertimbangkan kembali seluruh posisinya dan membuka pintu kepada suatu penyelidikan di hadapan Tuhan tentang apakah Ia telah benar-benar memanggil, atau apakah mereka berada di dalam sesuatu yang bukanlah panggilan-Nya. Ini adalah sebuah posisi yang sangat serius.
Salah satu dari dua hal itu terjadi. Di dalam kasus seseorang yang benar-benar adalah anak Allah, dan dari dalam hatinya mencari untuk sepenuhnya menjadi milik Tuhan, dan sepenuhnya di bawah pemerintahan Tuhan, cepat atau lambat pertanyaan itu akan muncul, jika hidup mereka telah diatur dalam gerakan mereka oleh sesuatu yang adalah lahiriah. Itulah bahaya tak terbatasnya dari permohonan lahiriah.
Sekarang, kami tidak mengatakan bahwa Allah tidak pernah dapat, dan tidak akan pernah, memanggil melalui cara-cara itu, tetapi kami mengatakan bahwa harus ada sesuatu yang lebih, dan harus ada suatu panggilan atau panggilan itu terdengar di alam di mana telinga alami berhenti berfungsi dan segala perasaan dan sensasi alami berhenti mengendalikan. Jauh di belakang, di mana alam berakhir, panggilan Allah harus dimulai. Panggilan itu harus didengar di dalam roh jika kita adalah anak-anak Allah. Cepat atau lambat itu harus terjadi. Betapa jauh lebih baiknya jika memang demikian sejak awalnya. Panggilan itu didengar di dalam roh oleh anak Allah. Sampai hal ini demikian akan ada kelemahan. Akan ada kelemahan menurut jenis ini, bahwa ada segala ruang untuk pertanyaan dan keraguan terbesar yang mungkin ada dalam hidup kita. Ini hanya membutuhkan keadaan-keadaan dan pengalaman-pengalaman tertentu untuk melontarkan seluruh pertanyaan utamanya tentang apakah kita berada di mana kita berada karena Allah telah menempatkan kita di sana, atau karena suatu tanggapan terhadap sesuatu yang disajikan. Itu adalah sebuah pertanyaan yang luar biasa.
Saudara lihat pentingnya pemerintahan dari dalam. Pemikiran kami selama ini adalah tentang berbuah. Ukuran berbuah akan sebanding dengan kebatiniahan pemerintahan, atau apa yang Paulus sebut “dipimpin oleh roh.” Dipimpin oleh Roh menentukan berbuahnya hidup itu, kurang lebih. Tindakan mungkin merupakan hasil dari pendengaran batiniah, dan jika melalui suara manusia sebagai utusan Allah, suara Allah didengar, Suara lain yang lebih dari suara manusia, yang tidak mendaftarkan dirinya sendiri hanya pada akal budi kita dan menyakinkannya dengan suatu perdebatan pada perasaan kita dan merangsangnya dengan suatu rasa kesedihan atas kehendak kita dan menangkapnya dengan suatu dorongan, tetapi mendaftarkan dirinya sendiri pada roh kita, sehingga kita tahu – lebih dalam dari perasaan, lebih dalam dari perdebatan, lebih dalam dari pengaruh kepribadian manusia – Allah telah berbicara. Tindakan yang akan berbuah seratus kali lipat harus berdasarkan itu.
Ini menentukan ukuran Kristus, dan oleh karena itu ini menentukan metode berbuah, sebab tidak ada yang akan berbuah selain Kristus. Kristus adalah sumber dan aliran berbuah. Ini hanyalah apa yang adalah Kristus yang akan berbuah, tidak ada yang lain yang bisa berbuah. Ukuran Kristus adalah ukuran dari apa yang merupakan hasil dari pekerjaan dan kegiatan Roh di dalam roh kita.
Ini membuat beberapa perbedaan yang sangat serius. Ini adalah hal-hal yang revolusioner, dan sebaiknya kita menghadapinya. Kami benar-benar mendapatkan di belakang banyak sejarah dan menjelaskannya, banyak sejarah yang tragis di satu sisi, dan yang membuat beberapa perbedaan yang tidak menyenangkan untuk dibuat ini, dan tentunya sangat sulit untuk dihadapi.
Ini membuat perbedaan yang besar antara seluruh kisaran dan alam, dan sejumlah besar pekerjaan untuk Tuhan yang pada dasarnya bukanlah pekerjaan Tuhan, dan oleh karena itu hanya dapat pergi sejauh ini, dan hanya mencapai ukuran berbuah itu, jika ada. Kebenaran rohani ini diilustrasikan bagi kita di dalam Firman Allah dengan cukup banyak.
Ambillah prinsip keanakan rohani, dan telusurilah, dan lihatlah perbedaan apa yang selalu dibuatnya dan kontras apa yang selalu dibuatnya. Contohnya Abraham, yang mewakili dan mengungkapkan roh sejati dari keanakan; yaitu, hubungan batiniah dengan Tuhan. Hubungan Abraham dengan Tuhan bersifat batiniah, sedemikian rupanya sehingga tidak hanya dia itu unik, berbeda dari yang lainnya, tetapi tidak ada orang lain yang memahaminya.
Inilah Abraham, kemudian, yang, karena kebatiniahan hubungannya dengan Tuhan, mengungkapkan roh dan prinsip keanakan yang sejati. Di samping Abraham ada yang lain: Lot. Sementara kedua orang ini berjalan berdampingan, mereka adalah dua, mereka bukanlah satu; dan ada perbedaan yang sangat besar. Perbedaannya adalah ini, bahwa Lot hanyalah mengikuti Abraham karena Abraham pergi ke sana; ia tidak pergi ke sana karena Allah memimpinnya ke sana. Ini bukanlah bahwa Allah tidak mampu memimpin Lot dari dalam batin, tetapi Abraham sedang menuju ke sana, dan Lot menemaninya; ia mengikuti sesuatu yang lain yang memiliki Tuhan di dalamnya, tetapi ia bukanlah sesuatu yang lain itu.
Saudara dapat berasosiasi dengan sesuatu yang berasal dari Allah, dan bekerja dari luar, tetapi seberapa jauh saudara dapat pergi? Hanya sejauh yang Lot lakukan! Ia penuh dengan kontradiksi dalam jangka panjangnya, tidak benar-benar memiliki penglihatan sorgawi sama sekali, tetapi hanya pergi ke sana karena ia menyadari bahwa di sini adalah sesuatu yang berasal dari Allah, dan ia menyatukan dirinya dengannya. Tetapi ia tidak memiliki kebatiniahannya hal itu dalam dirinya sendiri.
Ambillah contoh lain, tentang Yusuf dan saudara-saudaranya. Yusuf bukanlah anak laki-laki tertua, Yusuf adalah salah satu dari saudara-saudaranya, tetapi ia dibedakan dari mereka, dan apa yang membedakannya adalah hal yang murninya rohani. Hal rohani itulah yang membuatnya berbeda. Ini adalah kebatiniahan hubungannya dengan Tuhan, ini adalah kelangsungan hubungannya dengan Tuhan. Semua saudara-saudaranya menyembah Allah yang sama, berasal dari keturunan yang sama secara beragama, tetapi laki-laki ini tidak memiliki hubungan yang bersejarah, tradisional, yang diwariskan, melainkan hubungan yang vital dengan Allah. Itulah yang ia wakili, dan ia, oleh karena itu, memiliki wahyu batiniah dari Allah. Ketika penulis surat kepada orang Ibrani berkata: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi” pelbagai cara akan merangkul mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan dan banyak cara lainnya bagaimana Allah berbicara. Allah berbicara kepada Yusuf dalam mimpi. Ada kebatiniahan dari hubungannya dengan Allah yang disajikan, yang adalah langsung, tidak hanya diwariskan, diberikan turun temurun kepadanya. Apakah itu yang membuat perbedaannya? Ini adalah ini, bahwa tatanan alaminya sama sekali dikesampingkan. Yusuf datang ke tempat dalam hubungannya dengan Allah di atas semua saudara-saudaranya, tempat dalam persatuan dengan sorga, diperintahkan di bawah tangan Allah. Dan Yusuf adalah seorang yang harus diperhitungkan di dalam Alkitab. Namanya melambangkan sesuatu di dalam Kitab Suci. Yusuf adalah salah satu tipe Tuhan Yesus yang luhur di sepanjang hidupnya. Bagaimana ia suatu tipenya? Pada prinsip apa ia adalah suatu tipenya? Bukan semata-mata karena kejadian-kejadian lahiriah dalam hidupnya, yang merupakan kejadian-kejadian biasa, tetapi karena prinsip utamanya: keanakan. Keanakan adalah apa yang secara langsung menghubungkan kita dengan Allah secara batiniah, dan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan tatanan alami, melainkan yang mengesampingkannya, yang mengabaikannya. Jika tatanan alaminya telah diikuti, maka anak tertua dari keluarga tersebut akan menempati tempat yang ditempati oleh Yusuf.
Kebenaran yang sama juga berlaku dalam kasus Daud. Semua anak laki-laki Isai dibuat menghadapi nabi Samuel, dan mereka semuanya ditolak oleh Tuhan. Kemudian Daud ditemukan, tidak dianggap menurut garis alam, tidak diperhitungkan, tetapi Allah berkata tentang Daud: “Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” Daud selalu merupakan perwakilan dari roh keanakan. “Daud bin Isai.” Keanakan, saudara lihat, adalah istilah yang dikaitkan dengan Daud. Apa itu yang membuat perbedaannya antara Daud dan saudara-saudaranya? Ini adalah hubungan batiniah dengan Allah itu, dan di sana sekali lagi hal yang sama berlaku seperti dalam kasus Yusuf. Tatanan alaminya dikesampingkan; itu tidak ada hubungannya dengan itu. Alam harus pensiun; alam tidak boleh memerintah di sini. Kita melihat apa tatanan alam itu. Ketika Daud pergi untuk membawa salam dari bapanya dan roti untuk saudara-saudaranya, kita melihat roh manusia duniawi, apa alam itu, apa penilaian dan kemampuan alam itu. Allah hanya telah mengesampingkan alam dalam perkara ini, dan mengatakan alam tidak pernah masuk ke sini atau menyentuh perkara ini, alam harus mundur; ini adalah sesuatu yang lain.
Hal yang sama mengikuti dengan Salomo, dan ini sangat jelas bahwa Salomo selalu merupakan sebuah tipe atau perwakilan dari keanakan: “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku,” kata Allah tentang Salomo. Kedua hal itu didapati lagi. Pertama ini adalah perkara hubungan khusus dengan Tuhan yang diwakili oleh Salomo, bukan karena apa Salomo itu, tetapi dalam kedaulatan Allah. Dan kemudian, sekali lagi pengesampingan tatanan alam. Daud memiliki banyak anak laki-laki, dan Salomo bukanlah ahli waris menurut tatanan alami, tetapi ia naik takhta.
Apakah kita melihat bahwa semua ini mengatakan bahwa sesuatu yang eksternal seperti mengatur kehidupan mungkin hanya, bagaimanapun juga, hanya mewakili apa yang alami dan bukan apa yang rohani? Dan oleh karena itu, sebelum kita dapat benar-benar mendengar Suara itu, sebelum kita dapat benar-benar memiliki hidup kita diatur secara batiniah oleh Tuhan, semua argumen alami, semua perintah alami, harus mundur; segala sesuatu yang eksternal seperti yang diwakili oleh apa yang alami harus dikesampingkan. Karena ini adalah apa yang dilakukan, karena ini adalah apa yang diterima, karena ini adalah apa yang diakui, karena ini adalah apa yang mapan, karena ini sudah begitu lama menjadi jalannya, tidak berarti bahwa kita harus menyerah kepadanya dan diatur olehnya. Sama sekali tidak! Bagaimanapun juga, ini adalah apa yang Allah katakan di dalam hati kita oleh Roh-Nya. “Inilah anak-anak Allah, bahkan semua orang yang dipimpin Roh Allah.” Fakta bahwa sesuatu telah digunakan oleh Allah dan diberkati oleh Allah, mungkin selama bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad, tidak secara otomatis menjadikan hal itu sebagai hal yang mengatur di dalam hidup kita.
Di situlah Saulus dari Tarsus membuat kesalahan terbesarnya. Israel, agama bangsa Yahudi, dibangkitkan oleh Allah, digunakan dan dihormati oleh Allah, diberkati oleh Allah, apa yang dengannya Allah telah mengasosiasikan diri-Nya sendiri, oleh karena itu, itu harus benar dan kita harus menyerahkan diri kita kepadanya! Tidak! Itu bukanlah argumen-nya. Ada saatnya ketika bahkan apa yang telah Allah bangkitkan, gunakan dan asosiasikan dengan diri-Nya sendiri, berhenti menjadi hal di mana Allah berada.
Perbedaan besar ini melibatkan beberapa pertanyaan-pertanyaan besar di dalam hidup kita. Ini menimbulkan seluruh pertanyaan tentang:
Bukan kepemimpinan di dalam suatu perusahaan, bukan kepemimpinan di dalam gerakan besar yang terorganisir, tetapi kepemimpinan rohani; kepemimpinan itu yang melaluinya orang lain dibawa ke dalam kepenuhan Kristus yang hidup, dan ke dalam kegiatan Allah yang hidup. Apa itu kepemimpinan menurut Allah? Ini hanyalah apa yang muncul dari perjalanan kita dengan diri Allah itu sendiri, dan tidak diatur pertama-tamanya oleh apa pun yang hanyalah bersifat eksternal. Apakah saudara siap untuk terus berjalan bersama Allah, dan semua yang terlibat dengan itu? Jika iya, saudara akan menjadi, di dalam jalan dan urutan hal-hal, seorang pemimpin rohani. Kepemimpinan adalah perkara tentang tanggung jawab rohani, dan siapa yang dapat mengambil tanggung jawab rohani yang tidak memiliki hidup yang dalam di dalam Allah, mengenal Tuhan di dalam batin?
Kepemimpinan rohani, yang dibentuk dengan berjalan bersama dengan Allah dan bukan dengan manusia, dan bukan dengan tatanan atau sistem, pastinya melibatkan kesepian. Itu terjadi pada Abraham; itu terjadi pada Yusuf; itu terjadi pada Daud; di atas segalanya, itu terjadi dengan Kristus. Pikiran alami tidak akan pernah bisa pergi ke sana, tidak akan pernah bisa menangkap hal-hal, tidak akan pernah bisa melihat hal-hal. Ukuran di mana pikiran alami ada di sana, adalah ukuran di mana ini tidak mungkin untuk memiliki persekutuan dengan apa yang berjalan sepenuhnya di dalam Roh. Oleh karena itu, kepemimpinan ini berarti kesepian yang intens. Kesepian itu sendiri sering menjadi dasar kegiatan musuh, “Kamu sendirian; tidak ada orang lain yang melihat seperti kamu! Lihatlah betapa sedikit yang bisa pergi bersamamu, yang setuju denganmu!” Demikianlah sang musuh berargumen.
Ada bahaya di sekeliling apa yang kami katakan. Saudara bisa rewel dan menyendiri; saudara bisa menjadi fanatik dan menyendiri. Ini bukanlah kerewelan atau kefanatikan yang sedang kami bicarakan. Ini adalah perjalanan yang benar dengan Allah, mengenal Tuhan. Ini bukanlah kecenderungan untuk memisahkan diri, hal-hal seperti bekerja lepas, dan kurangnya roh persekutuan. Bukan itu yang sedang kami bicarakan. Semua hal itu dapat menimbulkan kesepian, dan orang-orang dapat menjadikan diri mereka sendiri martir dengan membawa isolasi semacam itu pada diri mereka sendiri karena alasan-alasan itu, tetapi kami tidak sedang merujuk pada hal itu. Tetapi bahkan ketika seluruh hati saudara mungkin tergerak untuk persekutuan – ini mungkin keinginan terbesar saudara, dan saudara mungkin bekerja untuk itu dan membuka diri saudara untuk itu – bahkan ketika saudara mungkin menghindari segala sesuatu yang ekstrim sebagai sebuah penekanan dan berusaha untuk menjaga keseimbangan hal-hal (bukan dengan kompromi tetapi dengan mempertahankan semua pihak dalam penekanan yang sama) saudara mungkin menemukan diri saudara sangat sendirian.
Tidak ada orang yang memiliki kejeniusan yang lebih besar dalam hal persahabatan dan persekutuan daripada rasul Paulus. Tidak ada orang yang memiliki universalitas pelayanan dan pesan yang lebih besar daripada dia. Tidak ada orang yang bekerja keras untuk mempertahankan hubungan seperti yang dilakukannya, dan tidak ada orang yang lebih kesepian di zaman Perjanjian Baru ini daripada Paulus: “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku”; “Semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku.” Mengapa? Mereka tidak bisa setuju dengannya. Mereka tidak bisa melihat apa yang ia lihat. Petrus tidak dapat melihat semua yang ia lihat, meskipun Petrus melihat sebagian darinya. Yohanes tidak bisa melihat semuanya. Tetapi Paulus melihatnya, dan ia harus terus berjalan sendirian. Bagaimana dengan nilai Paulus? Bagaimana dengan berbuah? Adakah yang telah mendekatinya dalam ukuran berbuah? Adakah yang telah meninggalkan kesan yang lebih dalam pada sejarah hal-hal tentang Allah daripada Paulus? Saya yakin kita setuju bahwa Paulus berdiri sendirian dalam lebih dari satu cara. Jika Paulus berdiri sendirian, sehingga orang lain tidak dapat melanjutkan bersama dengan dia, ia juga berdiri sendirian dalam ukuran berbuah yang tetap di zaman ini.
Kita semua tidak bisa menjadi Paulus. Kami tidak mengatakan bahwa kita semua dipanggil untuk menjadi Paulus, tetapi hukumnya tetap berlaku, kebenarannya tetap ada, bahwa ukuran berbuah adalah ukuran di mana kita berjalan terus bersama dengan Tuhan, dan siap untuk membayar biaya untuk tidak pergi bersama dengan alam dalam arti apa yang eksternal, bahkan secara beragama.
Itulah keanakan. Ini adalah Roh Anak Allah. Ini adalah jalan yang Ia tempuh. Roh Anak Allah di dalam kita akan memimpin kita dengan cara yang sama. Ini hanyalah pertanyaan tentang penyerahan total kepada Roh di dalam batin dalam kesediaan yang penuh dan lengkap untuk membayar biayanya. Di atas itu terletak ukuran berbuah. Tuhan menafsirkan hal-hal ini kepada kita.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.