oleh
T. Austin-Sparks
Bacaan: 1 Korintus 1:31, Yeremia 9:23, 24.
Mari kita pergi ke pasal ini di Korintus dan mengambil bagian-bagiannya saat kita membacanya.
1 Korintus 1:2: “kepada mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus … dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”
Ayat 4 “Kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.”
Ayat 5 “di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal.”
Ayat 6 “kesaksian tentang Kristus.”
Ayat 7 “menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.”
Ayat 9 “persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Ayat 10 “nama Tuhan kita Yesus Kristus.”
Ayat 23 “kami memberitakan Kristus yang disalibkan.”
Ayat 24 “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”
Ayat 30 “oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus.”
Ayat 31 “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
1 Korintus 2:2: “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”
Saudara melihat hanya dengan melewati pasal itu dengan cara itu dan mengambil bagian-bagian itu, saudara memiliki penjelasan yang cukup lengkap tentang apa artinya untuk bermegah di dalam Tuhan. Saudara perhatikan bahwa seluruh objeknya di sini adalah untuk membawa Tuhan Yesus ke dalam pandangan. Itu adalah hal pertama. Ia dibawa dengan sangat jelas di depan mata kita; ada pengulangan penekanan terus-menerus pada Dia, pada diri-Nya sendiri. Ia ditempatkan di sana sebagai satu-satunya objek yang dominan. Dan kemudian dalam hubungannya dengan Dia sebagaimana dinyatakan, segala sesuatu yang kita miliki yang adalah untuk kita dari Allah, terlihat ada di dalam Dia. Saudara hanya kumpulkan jumlah hal-hal yang disebutkan di sana yang ada di dalam Kristus – dan kami hanya mengambil pasal ini dari seluruh Kitab Suci dengan cara memperkenalkan satu hal itu yang ada di dalam seluruh Firman Allah: keunggulan lengkap Tuhan Yesus. Itulah yang paling utama di seluruh Kitab Suci, dan itu adalah kunci dari segala sesuatu yang terkandung dalam Kitab Suci. Saya menyarankan kepada saudara bahwa dalam semua perenungan saudara, dan meditasi saudara, dan pelajaran Firman Allah saudara, saudara harus berusaha untuk mengenali satu rahasia Roh Kudus, dan itu adalah untuk menjadikan Kristus kunci segala sesuatu, dan bahwa kita tidak boleh mempelajari tema dan subyek, dan ajaran dan kebenaran dan nubuat dan semua hal ini dalam diri mereka sendiri, tetapi untuk melihat bahwa segala sesuatu terikat dengan diri Tuhan Yesus sendiri, dan bahwa kita hanya akan dapat dengan benar dan menguntungkan memahami arti dari wahyu ilahi saat kita melihat Tuhan Yesus di tempat-Nya sebagai yang terhubung untuk tujuan itu.
Sekarang, saya merasa, dan semakin yakin, bahwa saudara dan saya masih memiliki banyak yang harus diketahui, harus belajar, harus menikmati tentang Tuhan Yesus, dan bahwa Tuhan ingin kita jauh lebih sibuk dengan-Nya. Keajaiban, rahasia pribadi-Nya, Yang adalah Rahasia Allah, memiliki kedalaman dan kepenuhan yang hampir tidak pernah kita dekati; kita hampir tidak berada di ambang kepenuhan agung Kristus itu. Dan saya hanya memiliki dalam pikiran saya untuk meletakkan jari saya pada satu aspek di dalam pesan ini tentang kepenuhan itu, dan ini adalah bahwa kita harus melihat bagaimana Allah menyatukan di dalam Kristus segala sesuatu yang pernah ada di dalam maksud-Nya bagi manusia, dan mengunci semuanya di dalam Tuhan Yesus.
Allah memang menciptakan manusia dengan suatu tujuan. Kemanusiaan sangat berarti bagi Allah. Ada niat yang sangat luas di balik kegiatan kreatif Allah itu dalam menciptakan manusia, sebagai manusia, menjadi ada. Saudara dapat mengatakan bahwa Allah telah menetapkan hati-Nya pada manusia sebagai instrumen, lingkup, alat, medium perwujudan diri-Nya sendiri, dan perwujudan tujuan besar dalam kaitannya dengan diri-Nya sendiri. Ini bukanlah untuk manusia bahwa manusia diciptakan, untuk kebaikannya sendiri, keuntungannya sendiri, dan berkahnya sendiri: ini adalah untuk Allah. Allah menciptakan manusia untuk diri-Nya sendiri. Bukan hanya untuk memiliki sesuatu yang telah Ia buat untuk kesenangan bahwa Ia telah membuat sesuatu, seluar biasanya manusia itu – dan semakin kita tahu tentang diri kita sendiri, akal dan tubuh, semakin kita mengagumi pikiran yang ada di belakang ciptaan. Namun bukan hanya untuk kepuasan atau kesenangan diri-Nya sendiri di sepanjang garis apa yang dapat Ia hasilkan, karya cerdas apa yang dapat Ia lakukan, tetapi agar di sepanjang zaman tanpa akhir Ia dapat mengekspresikan diri-Nya sendiri, mengungkapkan diri-Nya sendiri, mewujudkan diri-Nya sendiri, memenuhi diri-Nya sendiri di dalam dan melalui manusia.
Ia menciptakan kita bagi diri-Nya sendiri dalam pengertian yang luas dan kekal itu. Tetapi semua itu hanya mungkin diwujudkan dan dilakukan dalam persatuan dengan-Nya; itu hanya bisa dilakukan di dalam Tuhan, dan hal yang di pihak manusia dihancurkan selamanya, dan merampas kemanusiaan itu selamanya dari semua niat Ilahi, adalah bahwa manusia kehilangan itu. Dan di sisi Ilahi, Allah kehilangan apa yang telah hati-Nya tetapkan sejauh mana ras itu bersangkutan; Allah kehilangan objek-Nya, hati Allah kehilangan hal yang berharga di dalam manusia itu. Hal yang menyebabkan kerugian dan kehancuran dua sisi itu hanyalah ini, bahwa manusia meletakkan tangannya di atas itu untuk memilikinya di dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri daripada memilikinya di dalam Tuhan. Apakah saudara mengerti itu? Itu adalah kunci saudara untuk segala sesuatu; bahwa manusia berusaha untuk memilikinya di dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri, untuk memilikinya untuk dirinya sendiri: sifat posesif, sifat yang sangat, sangat kuat dalam ras, terutama di dalam ras yang jatuh; dan itulah dia. Itu adalah hal yang diperkenalkan Iblis. Ia dalam sifat posesif itu telah berusaha untuk mengambil tempat dan sekarang manusia jatuh ke tangan Iblis di sepanjang garis itu, saran itu, dan ini adalah sikap posesif untuk memiliki, untuk memiliki hal yang Allah maksudkan; itulah kehalusannya.
Allah menginginkannya, tetapi Ia mengikatnya dengan diri-Nya sendiri, tetapi manusia berusaha untuk memilikinya di dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri. Dan itu telah menjadi sejarahnya selama berabad-abad dari pihak manusia, selalu mengambil milik Allah untuk dirinya sendiri, untuk memilikinya untuk dirinya sendiri, untuk memiliki apa yang adalah milik Tuhan di luar hubungan dengan Tuhan, terpisah dari Tuhan. Itulah dosa pertama dan itu telah diungkapkan selama ini. Itu adalah Babel. Babel menggambarkan Babel, dan Babel secara sederhana diungkapkan dalam kata-kata Nebukadnezar: “Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku telah kubangun …?” Sifat posesif, dan bermegah dalam pekerjaannya sendiri, kuasanya sendiri, posisinya sendiri dan tidak memegang hal-hal dalam hubungannya dengan Allah. Kitab Daniel hanyalah seluruh latar itu, bahwa Babel melambangkan memiliki kemuliaan dunia ini dan kuasa dunia ini di dalam diri manusia, dari manusia, dan di atas itu, terus-menerus ditunjukkan melalui kitab itu bahwa Allah memerintah di dalam kerajaan-kerajaan manusia, sorga memang berkuasa, tetapi manusia telah mengambil kepemilikian. Saudara mendapatkan kontradiksi aneh itu dalam Daniel tentang pengakuan di pihak manusia – Nebukadnezar misalnya – tentang Allah, dan kemudian pergi dan melanggar pengakuan itu sendiri dengan bertindak dalam kepemilikian sendiri; tapi itulah manusia seluruhnya. Memiliki hal-hal Allah di luar hubungan dengan Allah, di dalam dirinya sendiri, bukannya di dalam Tuhan. Nah, itulah yang telah membuat kerugian di kedua belah pihak.
Sekarang di dalam Tuhan Yesus saudara melihat apa yang saudara miliki. Saudara memiliki seluruh kepenuhan Allah di satu sisi, seluruh kepenuhan Allah di dalam Kristus: “Dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan”; seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia, di satu sisi. Di sisi lain seluruh kepenuhan manusia ada di dalam Dia, seluruh kepenuhan kemanusiaan. Seluruh pemikiran Allah tentang kemanusiaan dipahami di dalam Pribadi Kristus di pihak manusia, dan di dalam satu Pribadi, bukan Pribadi ganda, di dalam satu Pribadi Allah dan manusia bersatu. Seluruh kepenuhan Allah dijadikan berdiam di dalam manusia, dan manusia masuk ke dalam seluruh kepenuhan Allah di dalam Pribadi itu, tetapi keduanya begitu sangat terkait secara vital sehingga saudara tidak dapat memisahkan di antara mereka sekarang. Manusia tidak dapat memiliki apapun di luar Allah. Pribadi Kristus itu sendiri – karena saudara tidak dapat membagi Pribadi itu, sekarang saudara tidak dapat membagi antara Allah dan manusia, satu Pribadi menyatukan mereka berdua. Itulah rahasia Allah, yaitu Kristus. Rahasia Allah dan manusia yang disatukan di dalam satu Pribadi; saudara tidak dapat sekarang membagi dan memiliki apa pun di luar Allah jika saudara berada di dalam Kristus. Saudara memiliki segala sesuatu di dalam Kristus, dan Allah memiliki segala sesuatu di dalam Kristus, tetapi tidak akan pernah lagi mungkin untuk memiliki sesuatu dari Allah di luar diri-Nya sendiri. Saudara harus memiliki Kristus yang menyatukan keduanya ini dalam kesatuan yang tak terpisahkan, untuk memiliki kepenuhan Allah. Kristus adalah kepenuhannya.
Saudara melihat bahwa hal itu membawa saudara dari A ke Z di dalam kehidupan orang percaya. Dikatakan bahwa tepat pada awalnya, tepat pada pecahan pertama, tepat pada tetes pertama dari apa yang berasal dari Allah hanya dapat dimiliki di dalam Kristus dan tidak pernah diberikan kepada kita di dalam diri kita sendiri terpisah dari Kristus. Allah tidak memberi kita keselamatan di dalam diri kita sendiri. Allah tidak pernah memberi kita kekuatan dalam diri kita sendiri. Ia tidak pernah memberi kita apa pun di dalam diri kita sendiri. Ini adalah Kristus di dalam kita yang merupakan kepenuhan Allah, dan Kristus di dalam kita adalah keselamatan. Ini adalah Kristus di dalam kita yang menjadi kekuatan kita. Kita dikuatkan di dalam Tuhan. Ini adalah Kristus di dalam kita yang menjadi hikmat kita. “Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”. Saudara lihat, ini adalah siapa Dia itu, dan bukan sebuah objek terpisah dari-Nya. Allah datang di dalam Kristus dalam kepenuhan ke dalam kita, dan kita tidak pernah memiliki apa pun terpisah dari Kristus; sehingga kita tidak pernah bisa menganggap apa pun, kita tidak pernah bisa menganggap enteng apa pun. Itulah sebabnya segera kehidupan kita dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus turun ke surut yang lebih rendah, kita kehilangan kekuatan; kita tidak memilikinya di dalam diri kita sendiri. Kita kehilangan jalan kita, terang tidak ada di dalam kita sama sekali, itu ada di dalam Dia. Dan itulah yang Ia maksudkan ketika Ia berbicara tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya, dan dalam hubungan itu terus-menerus mengulangi ini: “Tinggallah di dalam Aku.” “Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” “Ya, kamu mungkin bergabung dengan-Ku dalam satu roh, mungkin ada hubungan vital itu sekarang di antara kita, tetapi bahkan demikian, kamu tidak memiliki apa-apa di dalam dirimu sendiri; seluruh hidupmu dalam setiap detailnya bergantung pada hubunganmu yang berkelanjutan dengan-Ku”. Tinggallah di dalam Kristus.
Allah telah membawa seluruh kepenuhan-Nya ke dalam kemanusiaan, tetapi kemanusiaan itu bukanlah kemanusiaan kita, bukan kemanusiaan yang jatuh; itu tidak pernah diberikan untuk itu. Sehingga tuntutan hidup yang pertama dalam hubungannya dengan Allah adalah penolakan terhadap kemanusiaan yang lama, mengesampingkannya dan mengakui bahwa Allah memiliki kemanusiaan baru di dalam Anak-Nya yang Bangkit, dan ke dalam kemanusiaan baru itu Ia telah menempatkan kepenuhan-Nya, sebab kemanusiaan itu di dalam pribadi Kristus sepenuhnya sesuai dengan Allah, dan Allah telah menghubungkan diri-Nya sendiri dengan kemanusiaan itu, menjadikan satu pribadi. Oleh karena itu, sekarang ini adalah Allah di dalam Kristus dan Kristus di dalam Allah, dan Ia adalah Allah. Ia bukanlah manusia yang membutuhkan Allah: Ia adalah Allah. Rahasianya adalah: bagaimana saudara bisa memisahkan keduanya? Saudara tidak bisa. Ini adalah sebagai satu kepribadian: saudara tidak dapat memisahkan kepribadian.
Sekarang, di sinilah saudara diselamatkan dari kesalahan. Tidak ada yang namanya mendewakan kemanusiaan kita. Allah dalam keilahian-Nya, di dalam ke-Tuhanannya tidak menyatukan diri-Nya dengan kemanusiaan kita. Kita tidak akan pernah bisa dijadikan tuhan, kita tidak akan pernah bisa masuk ke dalam ke-Tuhanan; ini ada di dalam Kristus, dan semua yang akan kita miliki, akan kita miliki di dalam Dia. Sekarang bacalah Korintus, dan surat lainnya mana pun dengan ini sebelum saudara melanjutkan, dan saudara melihat apa artinya itu bagi kita di dua sisi.
Akhir dari pasal pertama memperkenalkan kita kepada apa kita itu dalam diri kita sendiri: “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.” Ya, masih itu, meskipun di dalam Kristus, di dalam diri kita sendiri masih seperti itu. Tidak ada penghukuman apa pun dalam kesatuan kita dengan Kristus dan masih tetap bodoh dan lemah seperti biasanya. Ya, bergabung dengan Tuhan, Yang Tak Terbatas, yang dimuliakan, ditinggikan, AKU; bergabung dengan-Nya dan masih sebodoh-bodohnya dan selemah-lemahnya dan sekosong-kosongnya yang bisa terjadi. Itu adalah kondisi yang diperlukan – dan cara Tuhan berurusan dengan kita. Hanya mereka yang sampai pada pengosongan diri paling penuhnya yang datang untuk menikmati kepenuhan terbesar Kristus.
Ada sisi lain di mana kita bersukacita. Allah digenapi, dipenuhi sepenuhnya di dalam Kristus: semua pemikiran kekal itu, semua jangkauan luas maksud yang ada di belakang penciptaan manusia itu, sekarang telah dibuat untuk tinggal di dalam Kristus. Allah telah mencapai semuanya itu di dalam Anak-Nya, memiliki semuanya di dalam kemanusiaan Anak-Nya. Ia telah mendapatkan semuanya, dan Kristus, Allah dan Manusia, adalah meterai bagi kita dari semua kepenuhan itu sebagaimana Kristus ada di dalam kita dan kita ada di dalam Kristus. Artinya, persatuan kita dengan Kristus berarti bahwa Allah pada akhirnya akan menyesuaikan kemanusiaan kita dengan kemanusiaan Anak-Nya, dan mewujudkan di dalam Kristus, melalui suatu ras yang akan tetap terikat dengan Kristus, mewujudkan semua pemikiran besar-Nya itu.
Tetapi untuk tujuan praktis, ini hanyalah begini: belajar Kristus setiap hari. Hidup di dalam Kristus, menarik segala sesuatu dari Kristus, menerapkan Kristus, memahami Kristus. Ia adalah kehidupan Kristen, Ia adalah pelayanan Kristen. Pelayanan bukanlah memberikan hal-hal yang telah kita pelajari. Pelayanan adalah memberikan apa Kristus itu di dalam hati kita. Itu tidak berarti bahwa tidak ada pembacaan atau pelajaran yang harus dilakukan, tetapi jika itu tidak pernah melampaui itu, itu akan menjadi mekanis dan dingin. Itu harus datang dengan sukacita Kristus di dalam hati kita untuk menjadi pelayanan yang efektif. Ya, hidup kita adalah Kristus; Kristus bergerak keluar melalui kita, berbicara melalui kita, bekerja melalui kita, dan kita tidak dapat melakukan apa pun atau menjadi apa pun hanya sejauh mana persekutuan kita dengan Anak Allah adalah yang paling dekat dan paling intim: tinggal di dalam Kristus. Sebagaimana ranting tinggal pada pokok anggur, satu hidup itu mengalir melalui pokok anggur dan ranting-rantingnya. Itulah sifat persekutuan kita, tetapi ini adalah diri-Nya sendiri: “Kristus di dalam kamu, yang adalah pengharapan akan kemuliaan.”
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.