oleh
T. Austin-Sparks
Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "The Ten Days Prior to Pentecost". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
Bacaan: Kisah Para Rasul 1:1-9.
Saya sedang mencoba untuk memasuki periode itu antara kenaikan Tuhan dan turunnya Roh Kudus, antara kenaikan dan Pentakosta, untuk memasuki ke dalam sesuatu, ke dalam apa yang sedang terjadi kepada para rasul ini. Sebab di sini, kita memiliki periode yang pastinya ditentukan, yang tidak diragukan lagi memiliki tempat dan karakternya di seluruh jalan pergerakan Allah, sepuluh hari ini dari hari ke empat puluh sampai ke lima puluh, hari Pentakosta. Tentu saja, ada banyak sekali pengajaran di bidang jenis dan simbol tentang lima puluh hari itu dan buah sulung hari panen itu, tetapi saya tidak akan menyinggung itu pada saat ini. Sepuluh hari inilah, khususnya, yang saya rasa memiliki sesuatu yang sangat berharga bagi kita.
Kita tahu, tentu saja, bahwa empat puluh hari adalah jumlah percobaan di bawah ujian di sepanjang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – sebuah masa percobaan. Ketika Musa berada di gunung selama empat puluh hari empat puluh malam, Israel sedang diuji dengan sengit oleh ketidak-hadirannya dan mereka hancur di bawah ujian itu. Kita tahu bahwa Tuhan Yesus diuji dengan demikian, dalam kekejaman yang ekstrim, selama empat puluh hari dan empat puluh malam di padang gurun. Kita mengetahui tentang berbagai periode lain yang selama itu; itu adalah masa percobaan dan pengujian di bawah kondisi yang ditetapkan secara Ilahi. Tetapi sepuluh hari setelah empat puluh hari itu, memiliki arti yang khusus dan khas.
Sepuluh adalah jumlah tanggung jawab di mana mereka yang bersangkutan harus menanggung beban-nya itu sendiri, dalam arti tertentu. Jadi sepuluh hari setelah kenaikan ini adalah suatu waktu di mana, dalam arti tertentu, hal-hal diteruskan kepada para rasul. Sampai pada saat itu, dalam tiga setengah tahun dari kehidupan Tuhan sebelum penyaliban duniawi-Nya, hal-hal hampir seluruhnya ada bersama-Nya. Tanggung jawab mereka sangat kecil, sejauh mana mereka bersangkutan. Dalam empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, sekali lagi tanggung jawabnya begitu banyaknya ada pada-Nya, inisiatifnya ada pada-Nya. Ia muncul, Ia pergi. Segalanya tampaknya sepenuhnya ada di tangan-Nya. Tanggung jawab mereka sangat kecil, sejauh mana mereka bersangkutan. Tetapi sekarang, pada kenaikan-Nya dan selama sepuluh hari ini, tanggung jawabnya diberikan kepada mereka. Artinya, mereka dipanggil untuk menghadapi situasi tersebut, mereka dipanggil untuk melakukan sesuatu tentang situasi tersebut. Mereka ditinggalkan, dan dalam arti tertentu – bukan dalam arti absolut bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka dan bahwa mereka tidak lagi memiliki Tuhan – tetapi dalam arti tertentu, sekarang ini menjadi urusan mereka, perkaranya beristirahat pada mereka.
Intinya adalah, apa yang akan mereka lakukan tentang itu? Mereka bisa melakukan salah satu dari dua hal. Mereka bisa pulang kembali. Ia telah pergi, semua tahap hal-hal itu telah berlalu. Mereka telah ditinggalkan, dan mereka bisa saja kembali jika mereka mau. Atau mereka bisa melanjutkan. Ini adalah situasi yang aneh; mereka belum pernah menghadapi hal seperti ini sebelumnya. Ini adalah sebuah posisi yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya; sama sekali baru. Apakah mereka akan melanjutkan? Itulah tantangan sepuluh hari itu – apa yang akan mereka lakukan?
Sekarang, pada titik itulah kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan. Mereka mungkin, sejauh mana orang-orang ini bersangkutan, merupakan pertanyaan khayalan, tetapi sejauh mana umat Tuhan bersangkutan, mereka bukanlah khayalan, mereka adalah pertanyaan yang muncul dari pengalaman nyata dan sejarah rohani.
Pertama-tama, orang-orang ini mungkin telah kewalahan oleh rahasa segalanya. Semuanya mungkin bagi mereka seperti suatu rahasia yang luar biasa. Itu tidak perlu diuraikan dan dijelaskan. Saudara hanya perlu memikirkan sedikit tentang semua yang telah terjadi sebelumnya dan kemudian tentang semua yang telah terjadi di Salib, dan kemudian tentang semua hal aneh yang tidak wajar ini selama empat puluh hari, dan sekarang kenaikan ini. Ini bisa menjadi rahasia yang luar biasa yang akan sepenuhnya mengalahkan semua kekuatan pemahaman dan pengertian dan definisi mereka, dan di hadapan rahasia itu, keanehan, ketidak-wajaran, pengeculian – pengalaman yang tidak pernah terdengar – mereka bisa saja berkata, “Ini semua di luar kami, kami tidak bisa mengatasi ini!” Mereka bisa saja dilumpuhkan oleh rahasia itu semua dan tidak melakukan apa-apa; atau, seperti yang telah saya katakan, mereka bisa saja berkata, “Mari kita kembali ke kehidupan sehari-hari yang sederhana dan praktis kita, dengan perahu dan jaring dan seterusnya.” Entah itu pernah terjadi dalam kasus mereka atau tidak, saya tidak dapat membuktikan, tetapi saya sangat yakin bahwa akan ada satu, atau lebih dari satu, di ruangan ini yang memahami itu, sebab ini adalah alam-alam ke dalam apa Tuhan meluncurkan kita, kedalaman di luar kita ke dalam apa Ia mengendapkan kita, hal-hal yang tidak mampu dijelaskan dan didefinisikan oleh kecerdasan dan kecerdikan dan kebijaksanaan manusia, pengalaman-pengalaman yang tidak alami.
Ya, rahasia kehidupan di luar bumi ini, bersama dengan Tuhan, dapat membawa kita ke perhentian, kebingungan, di mana mungkin ada reaksi begini: “Mari kita kembali ke alam yang sederhana dan praktis di mana segala sesuatu mudah, ini semuanya terlalu banyak di luar kita!” Apakah saudara tahu sesuatu tentang itu? Apa yang akan saudara lakukan tentang itu? Itu adalah pertanyaan tentang sepuluh hari itu, di hadapan kekalahan total semua kekuatan alami untuk mengatasi hal-hal sorgawi ini – kekalahan yang terbukti, kekalahan yang benar-benar telah membawa sampai ke perhentian – sebab di situlah mereka berada. Ini menghadirkan tantangan yang sangat nyata tentang apa yang akan kita lakukan tentang itu. Apakah kita akan melanjutkan, atau apakah kita akan berkata, “Ini terlalu berlebihan, terlalu besar, terlalu tidak bisa dijelaskan: mari kita turun ke kesederhanaan dan kepraktisan.”
Nah, jika saudara mengikuti surat-surat ini, saudara akan menemukan bahwa di sanalah seluruh kehidupan masa depan mereka akan dijalani, dan hal-hal tidak akan menjadi lebih sederhana dalam arti alami, mereka akan dipaksa ke perairan yang semakin mendalam. Petrus ini sendiri akan menemukan dirinya di kedalaman baru di mana ia belum pernah menangkap ikan sebelumnya ketika ia dihadapkan dengan keluarga Kornelius dan kain diturunkan dari sorga. Jemaat menuju ke arah itu. Jemaat tidak akan pernah bisa mengatasi apa yang Allah sedang lakukan. Jemaat tidak akan pernah bisa memahami Allah atau menjelaskan Allah.
Allah akan selalu tidak bisa dijelaskan, tidak bisa diselami. Mereka mungkin datang ke kemuliaan dalam itu, seperti yang dialami Paulus ketika ia berkata, “Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33). Itu adalah kemuliaan Jemaat di kemudian hari, tetapi jalan Allah terkadang melibati ujian yang sangat berat. Di sini, tepat di awal, sebelum mereka diizinkan keluar dan menjadi aktif serta memiliki banyak aktivitas yang mengasyikkan untuk memuluskan hal tersebut (sebab kita dapat menjadikan aktivitas sebagai sarana untuk sekedar menutup-nutupi atau mengesampingkan masalah) sebelum mereka diizinkan untuk menyentuh pekerjaannya, mereka harus menghadapi pertanyaan ini: apa yang akan kamu lakukan? Itu mungkin atau mungkin tidak secara nyata hadir di dalam pikiran mereka, tetapi ini tidak diragukan lagi melekat dalam sepuluh hari itu, di mana, dalam arti yang sangat nyata, tanggung jawabnya diserahkan kepada mereka, dan saya menganggap bahwa itu setidaknya sebagiannya termasuk dalam perkataan Tuhan ini, “Tunggu, sampai …”.
Tapi kemudian, mereka mungkin saja pada saat itu ketika Ia meninggalkan mereka ditangkap oleh kehati-hatian yang besar ketika mereka menemukan diri mereka ditinggalkan sendirian. Mereka mungkin menjadi sangat berhati-hati, “Ya, kamu tahu, kami memang mengambil langkah sebelumnya, kami meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya, tetapi kami telah membuat kekalutan yang mengerikan dari semuanya itu. Dan ingatlah betapa berantakannya hasil dari semua perbuatan kami itu, dan bagaimana semua itu selesai dengan diri-Nya yang disalibkan dan Ia ada bersama kami pada saat itu, Ia telah pergi sekarang; apakah mungkin kita tidak akan membuat kekalutan yang lebih buruk lagi tanpa Dia, ditinggalkan sendiri?” Dan ketika saudara memikirkan apa yang harus mereka hadapi, apa yang harus mereka temui, semua antagonisme yang terorganisir terhadap-Nya itu dan Nama-Nya dan kepada semua yang berhubungan dengan-Nya, dan Ia tidak ada bersama mereka sekarang, Ia telah pergi, itu bukanlah sebuah proposisi kecil yang menghadang mereka.
Dan oleh karena itu, mereka mungkin menjadi sangat berhati-hati dalam terang pengalaman masa lalu dan dalam terang kebesaran situasi yang ada di hadapan mereka, dan kesadaran akan keterbatasan dan kelemahan mereka sendiri yang telah dipaksakan kepada mereka. Dan pertanyaannya muncul lagi, “Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menjadi sangat berhati-hati, sangat hati-hati, tidak berkomitmen diri atau membiarkan dirimu pergi? Seberapa jauh kamu menyerah atau memiliki reservasi dan pergi dengan hati-hati?” Tidak diragukan lagi itu adalah sesuatu yang mungkin muncul bagi mereka. Saya pikir itu akan terjadi dalam kasus saya jika saya telah berada di sana dengan pengalaman yang sama, pengalaman kegagalan masa lalu, kegagalan yang mengerikan, sejauh mana diri kita sendiri bersangkutan, kegagalan yang kita tidak pernah bisa memaafkan diri kita sendiri, kehancuran yang mengerikan itu dan kekalutan yang mengerikan itu yang dibuat dari sesuatu di bawah kondisi yang tampaknya paling menguntungkan dengan kehadiran-Nya.
Sekarang setelah kita telah membuat satu kekalutan, kita akan sangat berhati-hati untuk tidak membuat kekalutan yang lain, dan kita tidak akan menyerah, kita tidak akan melepaskan, kita hanya akan menahan diri kita sendiri, dan menjadi sangat berhati-hati dan menjadi ditandai oleh reservasi tertentu. Saudara mungkin berkata itu adalah hal yang sangat terpuji, hal yang cukup benar. Tetapi, dalam terang situasinya ke dalam apa mereka bergerak, dalam terang panggilan mereka, kehati-hatian seperti itu, reservasi seperti itu, adalah ketidakpercayaan, akan menjadi kurangnya iman yang positif. Jadi kami menemukan bahwa mereka melewati waktu mereka selama sepuluh hari dan mereka sama sekali tidak dicirikan oleh kehati-hatian dalam pengertian ini, dengan merasakan jalan mereka dengan cara ‘bertindak hati-hati’, tidak meletakkan kaki mereka agar tidak membuat kesalahan. Mereka akan orang-orang yang telah mengkomitmenkan diri mereka sendiri, mereka ada di dalamnya hingga mata, untuk yang baik maupun yang buruk, tidak ada keraguan tentang itu.
Atau sekali lagi, mereka mungkin adalah orang-orang yang dicirikan oleh kesedihan tertentu dan kesedihan tertentu mungkin telah mengambil kekuatan dan kepositifan dari keputusan mereka dan prosedur mereka. Ini akan menjadi hal yang aneh jika orang-orang ini tidak memiliki beberapa tanda, luka, bekas luka, cidera pada diri mereka akibat hentakan dan pemukulan hebat yang mereka alami. Semua harapan dan pengharapan mereka dan kastil di udara dan semua profesi mereka, dan, dalam satu kasus setidaknya, protes keberanian dan tekad, segala sesuatu yang positif dalam hidup mereka sampai pada keruntuhan tragis itu pada akhirnya.
Mereka semua telah meninggalkan Dia dan melarikan diri, menyangkal Dia, tersinggung karena Dia, dan semua harapan mereka tentang Kerajaan masih melekat pada mereka – “Maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Harapan mereka akan kerajaan di bumi hancur oleh kematian-Nya. Lihat mereka di jalan Emaus, berjalan dan bersedih. Semua itu pasti berdampak pada mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat dangkal, atau sangat keras dan tangguh, jika hal itu tidak membuat kesan apa pun pada mereka. Tapi kita punya alasan untuk percaya bahwa hal itu memang berpengaruh, dan mereka mungkin sangat sedih, dalam arti tertentu, kecewa, dan kesedihan ini bisa sepenuhnya melemahkan mereka, jika tidak melumpuhkan mereka. Mereka bisa saja menghadapi masa depan dengan semacam keputusasaan di dalam hati mereka, “Ya, aku tidak tahu, kami telah mengalami banyak kekecewaan, telah ada banyak penderitaan, kami telah mengalami masa yang cukup sulit, waktu yang sulit, dan kami telah sangat pahitnya dikecewakan; aku tidak tahu apakah kami dapat memberikan hati kami ke dalam hal ini, kami benar-benar tidak memiliki banyak hati untuk-nya.”
Apakah pengalaman itu benar? Ketika saudara telah melalui penanganan yang sulit oleh Tuhan, saudara telah dikecewakan dan telah mendapatkan banyak dasar saudara dirampas, dirobohkan di mana-mana, godaannya adalah untuk tidak memiliki hati untuk masa depan. Mereka mungkin seperti itu, itu sangat mungkin, segalanya ada di sana untuk membuat mereka seperti itu. Apa yang akan saudara lakukan?
Ini mungkin terdengar agak sulit, tidak menyenangkan – mereka mungkin menjadi bandel. “Kami telah berusaha sekuat tenaga, kami menyerahkan segalanya, kami melepaskan segalanya, dan kami berusaha untuk menunjukkan bahwa kami bersungguh-sungguh dengan meninggalkan semuanya yang lainnya. Dan, ya, lihatlah bagaimana hasilnya, dan di manakah kami berada sekarang? Kami tampaknya sedang ditangguhkan antara langit dan bumi sekarang; kami tidak berada di satu atau di yang lain. Aku tidak tahu apakah kami akan mengambil resiko itu lagi, itu tidak memenuhi harapan kami.” Seperti yang pernah saya dengar seseorang berkata, yang telah melalui waktu yang sangat buruk dan telah menjadi pahit: “Baiklah, jika Tuhan menginginkan aku, Ia tahu nama dan alamat-ku, Ia harus datang dan menjemput-ku.” Kita bisa menjadi seperti itu – pahit atau bandel, hanya bersikap canggung. Ini mungkin; orang benar-benar bisa menjadi seperti itu ketika mereka telah melewati pengalaman seperti ini. Saudara mungkin lebih baik dari itu, tetapi ada orang yang mencapai keadaan seperti itu. Pertanyaannya adalah, apa yang akan saudara lakukan?
Jika salah satu dari hal-hal ini menguasai, akan ada hal yang hilang, hal dari mana panggilan Kristus itu sendiri telah datang. Sekarang, saudara lihat, sepuluh hari, sementara itu mungkin ditandai oleh salah satu atau lebih dari hal-hal ini, mengandung satu masalah yang inklusif, dan hal yang mengatur sepuluh hari itu adalah tujuan penuh untuk apa Kristus telah memanggil mereka. Itu ada di sana dalam beberapa hari, tepat di depan saudara. Anehnya, periode ini ketika Ia telah pergi dan sepertinya tidak ada apa pun yang terjadi, “Kita dibiarkan saja, ini diserahkan kepada kita! Mengapa Roh Kudus tidak segera diutus pada saat kenaikan-Nya? Mari kita segera lanjutkan!” Nah, sepuluh adalah jumlah tanggung jawab, dan ini diserahkan kepada saudara. Saudara lihat, ada sebuah titik dan sebuah tahap, teman-teman terkasih, ketika Tuhan menyerahkannya kepada kita. Kita selalu menginginkan dan menantikan Tuhan untuk melakukan segalanya.
Kita sangat tertarik dengan gagasan Pentakosta. Oh ya, ketika Pentakosta terjadi, ketika Roh Kudus datang dan mengambil alih, semua tanggung jawab akan diambil dari tangan kita. Ini akan sangat baik, ini akan menjadi Tuhan yang melakukannya. Tetapi, saudara lihat, Tuhan tidak pernah membuat kita hanya untuk menjadi bagian dari mesin yang digerakkan. Tidak, ada titik di mana Ia berkata, “Ada sesuatu yang harus kamu lakukan, kamu harus melepaskan kemalasan-mu, kamu harus melawan godaan-mu, gangguan-mu, kamu harus menghadapi apa pun itu yang melumpuhkan-mu, mengikat-mu, menetralkan-mu; kamu harus menghadapinya.” Tuhan telah menetapkan hari Pentakosta-Nya dalam kalender-Nya, tetapi juga, dalam beberapa cara yang tidak dapat kita pahami, Ia menyebabkan keadaan kita untuk menjadi selaras dengan tanggal-tanggal-Nya, atau tanggal-tanggal-Nya dengan keadaan kita. Selalu ada dua sisi, sisi Allah dan sisi kita. Inilah hal-hal, kepada apa Ia telah memanggil kita. Itu semuanya ada di sana menunggu. Hari itu bisa surut, sejauh mana kita bersangkutan, hari itu bisa saja berjalan di depan kita, dan kita tidak pernah sanggup mengejarnya. Kita tidak pernah bisa mengejar hal yang Tuhan telah panggil kita kepadanya, sebab kita sedang menunggu sesuatu untuk terjadi yang Tuhan berkata saudara harus berurusan dengannya sendiri dan mewujudkannya, saudara harus mengambil tanggung jawab untuk ini.
Kita tidak akan pernah mencapai tujuan Allah sepenuhnya bagi hidup kita kecuali kita menghadapi hal ini, apa pun itu, baik itu salah satu hal yang telah saya sebutkan atau hal lainnya. Hadapilah, dan berkata, “Kita akan menyelesaikan ini sekali dan untuk selamanya, kita akan menghadapinya, dan ini akan menjadi final.” Ini adalah keagresifan dengan Tuhan. Ada alasan untuk kekecewaan pada diri kita sendiri, apa pun itu, kehancuran di masa lalu. Orang-orang ini memiliki banyak hal di dalam pikiran mereka, dan Tuhan harus melakukan sesuatu dengan orang-orang jika mereka hanya memilikinya di dalam kepala mereka, hanya menggiling mereka menjadi bubuk sampai menjadi bagian dari mereka. Mereka harus menghadapi pertanyaan itu. Sebelum kita dapat mengambil alih hari tujuan penuh, Tuhan berkata, “Lihat di sini, ada ini dan itu dan sesuatu yang lain, yang sejauh mana kamu bersangkutan, menunda hari itu, menyebabkannya untuk berjalan di depan kamu, dan itu harus dihadapi.”
Jika kita ingin membuktikannya, kita dapat dengan mudah melakukannya dengan kembali ke tiga tahun kehidupan mereka bersama Dia untuk melihat bagaimana Ia berurusan dengan mereka mengenai hal-hal ini sendiri. Ada badai di danau dan seluruh pertanyaannya adalah pertanyaan tentang iman mereka; itu saja. Tidak lama setelah jari-Nya, dapat dikatakan, diletakkan pada kelemahan itu, cacat itu, penyebab masalah itu, bahwa kapal berada di darat. Mereka telah bekerja keras berjam-jam untuk sampai ke sana, tetapi tidak lama setelah Ia meletakkan jari-Nya pada masalahnya dan mereka melihatnya, kapal itu ada di darat. Segera setelah Tuhan mampu membuat kita melihat apa masalahnya dan kita benar-benar melihatnya, itu mungkin menjadi akhir dari seluruh perjuangannya, tetapi itu paling penting sebelum kita sampai kepada apa Tuhan telah memanggil kita. Jangan sampai kita salah kaprah tentang itu. Ia telah memanggil kita untuk tujuan yang besar, kepada pekerjaan hidup, tetapi entah bagaimana kita harus menjauh dari diri kita sendiri. Sebab semua ini hanyalah apa yang muncul dari tangki septik dari kodrat kita ini. Kita harus menghadapinya dengan jujur dan menghadapinya sekali dan untuk selamanya.
Saya telah menyebutkan berbagai hal-hal yang mungkin menyebabkan masalah yang sangat berbeda dalam kasus orang-orang ini, dan yang menyebabkan penundaan dalam kehidupan banyak anak dan hamba Allah.
Jadi kita melewati ke sisi positifnya. Apa sisi positif dari hal ini ketika ini muncul pada hari Pentakosta? Ketika mereka telah mengambil tanggung jawab, ketika transisi ini telah mencapai tujuannya atau merupakan hal yang tercapai dan selama sepuluh hari mereka berlutut dan melanjutkan dalam doa, menunjukkan bahwa mereka mengambil tanggung jawab positif atas semuanya; ketika mereka benar-benar telah melewati apa pun yang menjadi kesulitan mereka, melewatinya dan melaluinya, dan hari Pentakosta tiba, Roh dicurahkan, apa artinya?
Pertama-tama, ini berjumlah begini: penawanan hati baru yang perkasa oleh Kristus. Saudara tidak dapat memiliki salah satu dari hal-hal yang telah saya sebutkan jika saudara terpikat oleh Tuhan. Mereka semuanya akan keluar. Ini adalah kunci dari segalanya. Jika kita sibuk dengan diri kita sendiri, masalah kita sendiri, rahasia kita sendiri, kekecewaan kita sendiri, kegagalan kita sendiri, yah, kita tidak sibuk dengan Tuhan, itu saja. Kita tentunya tidak terpikat oleh Tuhan. Tetapi saudara lihat dengan orang-orang ini, satu hal tentang mereka adalah bahwa mereka telah menemukan Kristus yang baru, Tuhan yang baru, dan mereka tidak dapat menahan diri dalam hal ini. Itu hanyalah Tuhan.
Ini bukanlah doktrin baru yang mereka khotbahkan, ajaran baru atau interpretasi baru. Mereka tidak sedikit pun peduli tentang agama baru atau ajaran baru, interpretasi baru. Mereka hanya peduli tentang Pribadi itu sendiri. Tuhan tidak ingin kita menjadi antusias atas interpretasi kebenaran, tetapi tentang diri-Nya sendiri.
Ia adalah Pemerdeka yang agung. Saat mereka menjadi terpikat dengan cara baru oleh-Nya, betapa besarnya, lengkapnya, pelepasan yang datang kepada mereka dari diri mereka sendiri! Sungguh suatu transendensi yang terjadi atas diri mereka sendiri dan apa diri mereka itu! Mereka semuanya ini – pemberantasan itu belum terjadi. Petrus lama masih ada; ia muncul sedikit di sana-sini, dan yang lainnya juga, tetapi ada transendensi yang luar biasa. Apakah ia menyangkal karena takut akan nyawanya sendiri? Lihat, apakah ia takut akan nyawa-nya sekarang. “Dengan keberanian yang besar rasul-rasul memberikan kesaksian.” Ia masih mampu memiliki ketakutan lama yang sama, tetapi ia melampaui dirinya sendiri. Mereka semua ada di sana.
Kita dapat tenggelam ke dalam diri kita sendiri kapan saja dan menjadi seperti apa adanya kita sebelumnya kecuali Tuhan memiliki pembelian atas kita yang sedemikian rupanya sehingga kita diangkat keluar dari diri kita sendiri. Dan kita dapat menganggapnya sebagai hal yang tuntas seperti apa pun yang dapat dituntaskan, bahwa kita tidak akan berguna bagi Tuhan sampai diri kita sendiri dilampaui. Kita harus keluar dari diri kita sendiri, di atas diri kita sendiri, dan satu-satunya cara untuk mengatasi diri kita sendiri adalah dengan menjadi secara objektif sibuk dengan Tuhan. Lihatlah itu di dalam kitab Kisah Para Rasul. Apa pun yang datang kemudian dari pekerjaan Tuhan di dalam kita, itu adalah yang berikutnya; tetapi di dalam kitab Kisah Para Rasul, ini adalah kesibukan yang objektif dengan Tuhan. Ia ada di sebelah kanan Allah, dimuliakan. Ia ada di sana. Ini adalah objektif. Ini adalah hal yang sangat berbahaya untuk berhubungan dengan kebenaran yang subjektif sampai yang objektif telah benar-benar mapan.
Kita harus dibawa keluar dari diri kita sendiri bersama Tuhan. Begitulah mereka: sepenuhnya dibawa keluar dari diri mereka sendiri, bukan oleh sedikit pekerjaan yang menarik, sebuah pekerjaan yang tidak memiliki masalah dan tidak ada apa pun di dalamnya untuk mendorong mereka masuk ke dalam diri mereka sendiri. Semuanya ada di sana jika mereka menyerah pada hal semacam itu. Tetapi dengan semua masalahnya, mereka dicengkeram oleh Tuhan sebagai yang bangkit, naik dan ditinggikan, dan dengan demikian dibebaskan dari diri sendiri yang menghambat ini.
Tidak ada yang lebih menghancurkan daripada menjadi sibuk selamanya dengan diri kita sendiri. Dr. Chalmers pernah mengkhotbahkan sebuah khotbah, dan itu dianggap sebagai salah satu khotbah yang paling terkenal yang pernah dikhotbahkan, dan judul khotbahnya adalah “Kekuatan yang Mengusir dari Kasih Sayang Baru.” “Kasih Kristus menguasai” (2 Korintus 5:14), adalah teksnya, dan ia melanjutkan untuk menunjukkan bahwa kasih sayang yang baru itu mengusir semua hal yang mengganggu dan melumpuhkan dan menggelapkan hidup itu. Mereka mengusir dari dalam segala sesuatu kecuali Kristus dan meninggalkan Kristus dalam kepemilikan. Itu adalah kekuatan yang mengusir. Kasih Kristus mengusir dari dalam, dan kemudian kasih itu mengusir saudara ke dalam dunia. Ini mengusir dalam pengertian ini: bahwa kasih itu mengusir saudara keluar, serta mengusir keluar dari saudara, dan itulah yang terjadi padanya.
Nah, ada lebih banyak lagi yang saya lihat dalam semua ini, tetapi saya merasa bahwa kesibukan yang objektif baru dengan Tuhan dan penawanan hati yang baru oleh-Nya sedang menunggu. Saya seharusnya mengatakan mungkin, hal yang berbahaya jika saya mengatakan Pentakosta sedang menunggu, Roh Kudus sedang menunggu, tetapi dalam beberapa arti, hal itu benar. Tuhan sedang menunggu selama periode sepuluh hari ini. Apa yang akan saudara lakukan? Apakah saudara akan mengatasi hal yang menghalangi, yang menahan saudara, melumpuhkan saudara? Atau apakah saudara akan menghadapinya? Apa yang akan saudara lakukan?
Tuhan berkata, “Aku menunggumu; kamu menunggu Aku, tetapi Aku juga menunggumu. Kamu hidup untuk suatu hari yang kamu pikir akan datang ketika situasinya akan berubah, ketika Aku akan membawamu keluar ke pekerjaan penuh-mu, tetapi apakah kamu cukup yakin bahwa tidak ada yang harus kamu lakukan tentang ini untuk mendatangkan hari itu, untuk menyusul hari itu?” Saya tidak tahu bagaimana hal itu menyentuh saudara, dan saya tidak ingin mendorong saudara ke dalam diri saudara sendiri untuk mencoba dan menemukan sesuatu, tetapi intinya adalah, apakah kita tertahan, apakah kita berada dalam hal kepada apa Tuhan telah memanggil kita? Jika tidak, apakah ini karena sesuatu yang kita tahu harus kita hadapi? Kita berharap Tuhan akan menanganinya, dan Tuhan mungkin mengatakan, “Ini urusanmu; setelah kamu menyelesaikannya, Aku akan datang masuk.” Tuhan membuat Firman-Nya berharga bagi kita!
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.