oleh
T. Austin-Sparks
Pertama kali diterbitkan di majalah "A Witness and A Testimony" Mar-Apr 1940, Jilid 18-2. Judul asli: "Entering Into God's Rest". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
Hari pertama Adam di bumi ini adalah hari Sabat. Allah menciptakan manusia pada hari keenam, dan hari penuh pertama yang dimiliki manusia adalah hari Sabat, dan hari Sabat itu menjadi hari pertama bagi manusia. Dibawa ke dalam Perjanjian Baru, di mana Allah menyelesaikan dan menyempurnakan karya penciptaan baru-Nya di dalam Tuhan Yesus, dan masuk ke dalam perhentian-Nya, ini adalah hari Sabat Allah, dan di sana kita mulai. Itulah hari pertama kita – perhentian Allah.
Kita mulai dalam sesuatu yang sudah sempurna. Ini adalah dasar “perjanjian kekal.” Untuk memahami pentingnya hal itu adalah untuk melihat apa “perjanjian kekal” itu, untuk datang tepat ke dalam dasar yang sempurna dan mulai dari sana. Ini bukanlah bagaimana kita menganggap diri kita sendiri atau bagaimana perasaan kita tentang hal itu, tapi ini adalah tempat Allah bagi kita. Faktanya adalah, yang terkasih, bahwa di dalam Yesus Kristus, saudara dan saya tidak akan pernah menjadi lebih sempurna daripada kita sekarang. Kesempurnaan itu mungkin akan ditempa ke dalam kita secara progresif, tapi, sejauh mana dasar penerimaan kita bersangkutan, kita “diterima di dalam Dia yang dikasihi-Nya,” dan Ia sepenuhnya memuaskan Bapa; Bapa telah datang untuk beristirahat di dalam Dia. Pekerjaan itu sempurna.
Penerimaan kita selalu atas dasar akhir Allah yang tercapai. Sampai hal itu diselesaikan, kita tidak memiliki hal yang memantapkan ketika Allah mulai bekerja di dalam kita. Jangan lupakan itu. Jika, ketika Allah mulai berurusan dengan kita dalam disiplin dan hajaran, dalam pelatihan dan pencetakan dan pembentukan, kita mulai kapan saja untuk mengatakan, Ini semua adalah karena aku sangat buruk, begitu jahat, dan Tuhan harus melakukan sesuatu dengan aku agar aku dapat diterima, kita telah melepaskan dasar kita. Kita tidak akan pernah menjadi lebih diterima, betapa banyak pun yang Tuhan lakukan di dalam kita. Kita telah diterima, bukan atas dasar apa adanya kita, betapa buruknya atau baiknya itu, tapi atas dasar “yang dikasihi-Nya. “Diterima di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Kita bernyanyi – dan saya berharap kita akan lebih banyak mengingatnya – bahwa kesempurnaan-Nya adalah ukuran penerimaan kita sendiri. Di situlah kita memulai. Terpujilah Allah, itulah dasar kepercayaan diri, dan saat Tuhan mulai membawa kita ke dalam tangan dan kita mulai merasakan betapa makhluk yang celaka-nya kita, itu tidak pernah menyiratkan satu saat pun bahwa kita tidak diterima. Perjanjian kekal berarti di sini, di tempat pertama, bahwa kita diterima atas dasar kepuasan Allah dengan Anak-Nya. Jika kita diterima atas dasar diri kita sendiri, di mana kita berdiri di dalam diri kita sendiri, tidak akan ada perjanjian kekal, tidak ada dasar keamanan sama sekali. Ini akan menjadi masalah bagaimana kita akan menjadi besok. Tapi tidak, ini bukan masalah bagaimana kita sekarang atau seharusnya menjadi. Dasarnya telah diselesaikan di dalam Kristus. Sekarang, Allah hanya mulai bekerja untuk membuat menjadi baik di dalam kita apa yang benar di dalam Anak-Nya, tapi ini tidak mengubah dasarnya. Jangan biarkan kita lepaskan dasar kita.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.