oleh
T. Austin-Sparks
Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "The School of Sonship". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
Bacaan: Kejadian 12:1-2, 7-10; 13:1, 3, 4; 17:1-8, 19; 18:13-14.
Kunci hidup Abraham adalah kata “keanakan”. Apa hasil bersih langsung dari kehidupan Abraham di bumi? Nah, Allah menemukan dia di Ur-Kasdim, memerintahkan dia untuk keluar, untuk pergi ke tanah lain. Ia melakukannya, ia tiba di sana, meninjau secara singkat, menemukan kesulitan, keluar, harus kembali lagi dan mulai berkeliaran, naik dan turun; berbagai kejadian-kejadian terjadi dalam perjalanannya. Tuhan menampakkan diri-Nya kepadanya, mengatakan banyak hal-hal yang indah, memberikan janji-janji dan perjanjian-perjanjian. Abraham mengalami beberapa pengalaman yang dalam dan mencoba dan mengenal Tuhan dengan cara yang dalam, sampai di tempat di mana ia bisa disebut “Sahabat Allah”, dan meninggal dan dikuburkan. Apa hasil dari semuanya? Hanya satu hal – Ishak, dan untuk Ishak-lah ia menjalani melalui segalanya. Hasil dari keseluruhan hidupnya adalah keanakan dalam arti rohani dan Ilahi yang sejati, tidak dalam pengertian duniawi apa pun, melainkan keanakan sesuai dengan pikiran Allah, dan jadi saudara harus mengambil segala sesuatu dalam kehidupan Abraham sebagai yang terkait dengan keanakan, keanakan sebagai awalnya dan objektif-nya.
Saya tidak berpikir ada siapa pun yang akan meragukan bahwa Abraham adalah hamba Allah yang besar. Sekarang, melihat kembali dari sudut pandang ini, mengambil semua generasinya dan seluruh abad-abad sejak zaman Abraham sampai hari ini, kita harus mengatakan bahwa Abraham telah terbukti sebagai pelayan yang sangat menguntungkan, sebab Kristus berasal dari keturunan Abraham dan semua nilai Kristus ada dalam kehidupan Abraham. Jika itu benar, jika Abraham telah melayani tujuan Allah dengan begitu luar biasanya, maka kita memiliki satu penekanan besar lagi atas hal ini, bahwa pelayanan itu terikat dengan keanakan dan apa yang dimaksudkan dengan keanakan secara rohani adalah apa yang paling sepenuhnya melayani Allah.
Ada beberapa hal dalam kehidupan Abraham, sebagaimana tentunya dalam kehidupan setiap orang yang dipanggil ke dalam pelayanan keanakan sejati ini, yang merupakan hal-hal yang memerintah. Ada satu hal terpenting yang selalu kita asosiakan dengan Abraham – iman.
Tuhan berkata bahwa Ia akan memberi Abraham seorang anak laki-laki dan mengatakan kepadanya bahwa ia harus memanggil namanya Ishak, dan Ishak berarti “tertawa”. Ketika pengumuman itu dibuat, Sara tertawa dengan tawa mengejek, dan Tuhan berkata, “Mengapakah Sara tertawa? Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?” Abraham percaya kepada Allah dan tawa ejekannya diubah menjadi tawa prestasi kemenangan dan itu adalah hasil dari iman. Iman berdiri menentang apa yang alam katakan terlalu sulit bahkan bagi Tuhan. Iman menertawakan kemustahilan dan berseru, ‘Itu akan terjadi!’ Ishak, keanakan, adalah perwujudan tawa iman kemenangan atas segala yang dikatakan oleh alam terlalu sulit bahkan bagi Tuhan. Ishak tidak melakukan eksploitasi besar; ia kembali menggali beberapa sumur dan hanya diam-diam berjalan di sekitar bumi mengatakan, “Aku di sini, tapi keberadaan-ku di sini berarti bahwa tawa ejekan sebab kemustahilan menyeluruh telah dimusnahkan. Allah telah melakukannya.” Itu adalah keanakan.
Itulah apa yang Allah sedang lakukan dengan saudara dan saya, dan dengan semua orang yang benar-benar dimasukkan ke dalam tangan-Nya untuk Dia mencapai tujuan-Nya di dalam mereka. Ia membawa kita ke dalam situasi dan saat-saat ketika segalanya berkata, ‘Mustahil! Sudah terlambat! Tidak mungkin! Bahkan Allah tidak bisa melakukan ini!’ Kemudian itu menjadi kenyataan yang hidup yang hanya mengatakan kepada saudara setelah itu, ‘Ini aku!’ Ini adalah hal yang mengerikan saat kita melewatinya. Iman dikenai ujian yang paling mengerikan untuk mencapai akhir dari keanakan itu.
Sekarang, ada titik ini tentang ujian iman Abraham. Langkah pertama ketaatannya cukup spontan dan tanpa kesulitan. Ia mendapatkan kepastian dan ia bergerak dengan itu, tapi ketika ia sampai di tempat yang telah disebutkan, saya kira hal pertama yang ia sadari adalah sebuah pertanyaan apakah ia benar-benar telah mendapatkannya, apakah ia tidak telah melakukan kesalahan. Orang Kanaan ada di tanah itu, dan ada kelaparan yang hebat. Tidak ada apa pun yang disiapkan baginya di sana sama sekali. Ia hanya menemukan dirinya dalam ketandusan dan ujian iman yang pertama adalah, “Baiklah, apakah aku telah salah mengira? Apakah aku telah mengambil jalan yang salah, apakah aku telah keliru jalan di suatu tempat?”
Sekarang perhatikan: Abraham membangun sebuah mezbah. Ia mengatasi kesulitan awal itu dengan menanam sesuatu yang mengatakan, “Aku mengambil tanah ini dalam Nama Tuhan.” Sebuah mezbah selalu berartikan bahwa sesuatu dijadikan milik Allah, dan iman menang atas penampilan yang ada pada saat ini, dan berkata, “Aku mengambil ini untuk Allah.”
Tapi kemudian ia pindah, dan kelaparan itu terjadi di mana-mana, percobaan menjadi lebih intens, dan ia pergi ke Mesir. Ia menyimpang di bawah percobaan. Iman-nya untuk sementara waktu gagal. Saudara tahu apa yang terjadi di Mesir. Ia mengalami kesulitan yang lebih besar dan tidak menemukan Tuhan di sana, dan harus kembali lagi, kembali ke mezbah-nya. Abraham menyimpang lebih dari satu kali dengan iman yang goyah. Ia menyimpang sedikit di kemudian dan menemukan dirinya dalam kesulitan lagi, harus menggunakan tipuan untuk keluar dari masalah. Ia menyimpang tentang Hagar dan Ismael, tapi intinya adalah ini: Allah tidak pernah menerima penyimpangan apa pun. Tuhan kembali setiap saat pada titik ini – keanakan. “Aku tidak menerima Ismael engkau! Aku tidak menerima alternatif engkau! Aku berdiri di sini, Aku menahan engkau pada ini! Tidak ada penyimpangan.” Allah tidak pernah menjauh dari tujuan-Nya – dan itu adalah Ishak.
Sekarang, di Sekolah Keanakan ini, kita semua memiliki penyimpangan kita. Iman terkadang memberi jalan; kita membiarkan masuk sebuah pertanyaan dan pertanyaan itu, seperti ujung irisan yang tipis, didorong masuk ke dalam sampai kita menemukan ada celah antara kita dan Tuhan dan pertanyaan itu membuat pelanggaran itu semakin luas. Segalanya tampak begitu bertentangan dengan apa yang kita harapkan jika kita mengambil jalan penahbisan kepada Tuhan dan ketaatan kepada kehendak-Nya yang ditunjukkan. Mungkin ada pertanyaan yang menyebabkan ketidakpastian, kerusuhan, kehilangan sukacita yang semakin bertumbuh, membuat saudara hanya bergerak mengelilingi lingkaran itu, sibuk dengan masalah situasinya. Ini ditulis untuk kita dalam kehidupan hamba Allah ini – jalan menjadi anak adalah dengan cara ini, dan tidak adanya bukti-bukti, pelepasan dari semua alam hal-hal yang memberikan kepastian lahiriah bahwa kita benar itu, semuanya adalah sepotong dengan apa yang Allah sedang lakukan untuk menghasilkan keanakan. Ini adalah ujian iman yang sesungguhnya. Apakah kita, bagaimana pun juga, percaya bahwa Allah itu setia terpisah dari bukti-bukti apa pun yang diberikan oleh-Nya tentang kesetiaan-Nya? Abraham tidak pernah memiliki tanah itu. Sampai pada hari kematiannya ia masih mencari sebuah kota yang memiliki fondasi. Tapi prestasi terbesar dicapai di dalam dia oleh Allah, dan ia berdiri sebagai bapa orang beriman. Segalanya berawal dari iman Abraham. Mereka yang telah menempuh jalan Abraham di Sekolah Keanakan, yang telah dibawa untuk mengenal Allah di sepanjang garis pengujian dan pembuktian iman yang paling dalam, adalah mereka yang telah mendapatkan substansi hal-hal, yang memiliki sumber daya untuk pelayanan rohani yang sejati.
Saya bertanya-tanya berapa banyak dari saudara yang tahu tentang penyimpangan ini dan apa arti mereka dalam kehidupan batiniah? Penyimpangan karena keraguan. Saudara keluar dari jalan dan saudara mengetahuinya. Apa yang akan saudara lakukan? Allah tidak pernah turun kepada kita di Mesir kita. Jika kita pergi ke bawah sana, Tuhan tidak akan datang mengejar kita. Kita harus kembali ke mezbah di mana kemah kita pertama kali dipasang dalam kaitannya dengan tujuan Allah, kembali ke titik di mana kita menyimpang. Tuhan menetap di mezbah-Nya, dan kita harus kembali dan memanggil Nama Tuhan di sana.
Tuhan telah menetapkan hati-Nya pada keanakan dan jalan menuju keanakan adalah iman. Mesir adalah alternatif untuk iman; Mesir adalah alam hal-hal yang terlihat. Saudara mungkin mendapatkan, untuk beberapa saat ini, apa yang saudara cari di Mesir, tapi sejauh mana tujuan tertinggi Tuhan dalam hidup saudara bersangkutan, saudara telah melewatkannya. Satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah untuk kembali.
Kemenangan tertinggi iman terlihat dalam kebangkitan. Itulah masalahnya dalam kehidupan Abraham. Ishak diberikan, tapi bahkan Ishak pun menjadi suatu kesempatan dan cara yang baru untuk menguji iman. “Ambillah anakmu yang tunggal itu … dan persembahkanlah dia”. Tetapi rasul mengatakan bahwa ia menerima-nya kembali dari antara orang mati oleh iman. Ia berpikir bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang mati. Iman berlanjut ke kebangkitan, dan keanakan, berdiri di dalam kuasa kebangkitan, mewakili kemenangan iman yang agung.
Sekarang, pada prinsipnya itu berarti bagi kita bahwa segala sesuatu berjalan seluruhnya di luar harapan manusia dan jika sesuatu dibawa ke dalam kematian, maka tidak ada kuasa di bumi yang dapat menyelamatkannya. Maut adalah akhir dari semua hal di sini. Jika ada penolakan untuk menerima kematian sebagai akhir, tapi Allah sebagai akhir, iman menang atas maut. Jalan Tuhan dengan kita di Sekolah Keanakan ini adalah dengan jalan, di satu sisi, maut, dan di sisi lain, kebangkitan, di mana Allah adalah satu-satunya kuasa, pengharapan dan sumber daya, dan kita mengenal Allah yang melawan segala kemustahilan manusia, melawan maut. Ini adalah jalan yang dalam untuk keanakan. Tapi berulang kali hal itu terjadi. Ishak tertawa! Banyak dari saudara telah bertertawa dengan tawa Ishak, saya yakin.
Jika kita berjalan terus dengan Allah, kita akan berjalan ke arah ini. Kita akan dimasukkan ke dalam situasi yang sangat mengerikan dari sudut pandang alami – dilucuti dari segalanya, untuk menemukan Allah. Oh, menemukan Allah ini adalah bisnis yang mengerikan – kepada daging hal ini mengerikan – menemukan Allah, datang untuk mengenal Allah sebagai Allah kebangkitan. Kemudian, ketika saudara ada di sana, saudara berada di tempat pelayanan terbaik kepada Allah, saudara berada dalam posisi untuk melayani Tuhan dengan cara yang sangat indah dan sangat berbuah.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.