oleh
T. Austin-Sparks
Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "The Undoing of a Righteous Man". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
“Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.” (Yakobus 5:11).
Berpaling ke kitab Ayub, tidak untuk membaca bagian-bagian tertentu, tetapi untuk memilikinya di hadapan kita dan di dalam pikiran kita, kami hanya ingin memperhatikan kembali apa yang sebenarnya ditemukan terjadi dalam kehidupan Ayub di bawah tangan Tuhan melalui perantaraan Iblis. Ada beberapa sifat dan aspek hebat dari kisah indah ini. Kita tidak akan meluangkan waktu untuk menyebutkannya, tapi hanya untuk meletakkan jari kita pada salah satu dari mereka sekarang. Inilah dia.
Di sini kita memiliki pengalaman orang benar dalam belajar pembebasan dari dirinya sendiri, seseorang yang dibuktikan oleh Allah sendiri sebagai seorang yang benar, namun datang ke dalam pengalaman yang sedemikian rupanya sehingga mengartikan kehancurannya seluruhnya – kehancuran orang benar yant telah dinyatakan benar secara ilahi – dan ada baiknya kita juga segera sadar bahwa ada hal seperti itu. Mari kita tuliskan hal itu di dalam hati kita dan di dalam pikiran kita dalam bahasa yang tepat. Dalam sedikit-dikitnya kata-kata yang kami bisa, membuatnya menonjol tanpa kebingungan apa pun. Kita berpikir, membayangkan, atau bahkan mencoba untuk percaya bahwa hal semacam itu sama sekali tidak mungkin. Tentu saja, begitulah pendapat teman-teman Ayub. Mengingat bahwa seseorang itu benar, maka orang itu tidak akan pernah bisa dihancurkan. Nah, keseluruhan kitab ini, dan lebih dari kitab Alkitab ini, menunjukkan sebaliknya, tapi dengan suatu tujuan, seperti yang telah kita katakan – pembebasan dari dirinya sendiri. Dan ketika kita melihat akhir Tuhan dalam hal ini, kita menemukan bahwa, walaupun Ayub mungkin memiliki lumayan banyak pada awalnya, ketika ia telah dihancurkan dan dibebaskan dari dirinya sendiri, ia memiliki dua kali lipatnya. Itu adalah akhir dari Tuhan, dan itu berarti bahwa sampai kita telah dibebaskan dari diri kita sendiri, diri kita sendiri adalah hambatan bagi kepenuhan yang mungkin terjadi, dan itulah tepatnya apa yang Tuhan sedang tangani.
Hal ini cukup jelas semakin kisah ini terbentangkan dan saat Ayub mengeluarkan pendapatnya, bahwa pada awalnya ia sangat bergantung pada apa dia itu. Ya, sebagaimana orang-orang pergi pada masanya dan sesuai dengan standar dispensasi masa lalu, ia benar dan ia mengetahuinya. Dan hal ini keluar dengan cukup jelasnya bahwa ia sebagian besarnya bergantung pada apa dia itu dalam masalah ini. Ia akan menetapkan hal itu terhadap orang lain dan membuatnya menjadi sesuatu untuk menilai orang lain. Mereka tidak benar seperti dia, mereka berbeda.
Kemudian Ayub juga bergantung sebagian besarnya atas apa yang dimilikinya. Ia adalah seorang yang sangat kaya. Ia memiliki ternak dan rumah, ia memiliki banyak kekayaan – memiliki segalanya di sini dalam kehidupan ini dalam kelebihan – dan ia sebagian besarnya sangat bergantung pada apa yang dimilikinya.
Lalu ia juga sangat sebagian besarnya bergantung pada apa yang ia lakukan. Ia menceritakan semua yang telah ia lakukan, apa yang ia lakukan untuk orang miskin, orang yang kekurangan, untuk orang-orang di sekelilingnya, dan bagaimana semua orang berutang banyak kepadanya. Ia adalah seorang dermawan yang hebat di zamannya, dan jadi hidupnya sangat banyak adalah masalah hal-hal – kebenaran sebagai suatu hal. Dengan standar dispensasi itu, itu bukanlah kebenaran karena iman, itu adalah kebenaran oleh hal-hal yang saudara lakukan dan hal-hal yang salah yang tidak saudara lakukan; standar hukum kebenaran yang lama, dan kebenaran adalah suatu hal. Semakin banyak hal-hal baik yang saudara lakukan, semakin benar saudara. Semakin sedikit hal-hal buruk yang saudara lakukan, semakin benar saudara. Apa yang ia miliki adalah hal-hal yang ada di sini, dan apa yang ia lakukan adalah masalah hal-hal yang dilakukan.
Tuhan melihat kelemahan dalam semua itu dan (meninggalkan aspek supernatural ini dari pertimbangan kita untuk saat ini: argumen besar dengan Iblis) Tuhan melihat dengan cukup jelasnya bahwa hal ini tidak akan pernah dapat membawa Ayub melalui sampai kepenuhan sorgawi yang sesungguhnya, karena, jika kisah ini mengatakan satu hal antara lainnya, kisah ini mengatakan ini: bahwa ini adalah transisi besar dari hal-hal duniawi ke kepenuhan sorgawi. Ketika akhirnya Ayub memiliki dua kali lebih banyak dari sebelumnya, yang diberikan dari sorga, yang adalah sebuah keajaiban, yang dilakukan oleh Allah dengan cara yang jauh lebih langsung daripada pada awalnya. Dikatakan, “Allah memberikan …” Nah, ada arti sebenarnya di mana Allah memberikan yang pertama semua yang Ayub miliki, tapi ada pengertian lain, pengertian yang lebih tinggi dan ekstra, di mana pernyataan terakhir dibuat – “Tuhan memberikan kepada Ayub.”
Saudara mungkin hampir berpikir bahwa, melihat bahwa di awal cerita, keluarga Ayub adalah keluarga orang dewasa, ketika ceritanya berakhir hal itu tentu saja tidak masuk akal, dan hal itu membutuhkan sesuatu dari Allah untuk datang masuk ke sana dan memberi dua kali lipat di akhir. Intinya adalah akhir adalah kepenuhan sorgawi sedangkan permulaan adalah kepenuhan duniawi dan Allah mengambil hamba-Nya di tangan untuk melewatinya melalui yang satu ke yang lain, tapi pada akhirnya ini bukanlah hal-hal, sejauh mana Ayub bersangkutan. Ia memiliki hal-hal, jika saudara berkenan, tapi apa yang lebih bagi Ayub dari segala hal-hal adalah bahwa ia telah menemukan Tuhan dalam cara di mana ia tidak mengenal Tuhan sebelumnya. Ini adalah transisi kemudian, pada pokoknya, dari hal-hal ke Tuhan, dan itu selalu adalah kepenuhan yang jauh lebih besar.
Sekarang, apa yang saya ingin tekankan adalah ini: bahwa ketika Tuhan benar-benar menangkap suatu hidup dan hidup itu mungkin dapat dibuktikan oleh Allah sendiri di dalam Kristus sebagai orang benar (meninggalkan dasar awal Ayub akan kebenaran oleh perbuatan, hal yang sama berlaku untuk mereka yang benar oleh iman), itu tidak berarti bahwa hidup itu tidak akan hancur berkeping-keping, dibatalkan, dan dikosongkan. Itu mungkin hanyalah awal dari hal-hal semacam itu bagi hidup yang seperti itu. Untuk datang ke dalam pengetahuan praktikal dan kenikmatan kepenuhan yang lebih besar yang ada di dalam Kristus – bukan kepenuhan teoritis atau doktrinal bahwa kita memiliki segala sesuatu pada saat kita percaya, tapi kepenuhan praktikal, kepenuhan eksperimental – mengharuskan bahwa saudara dan saya mengalami hal yang sama seperti yang dilalui oleh Ayub, itu adalah proses penghancuran dan pengosongan di mana hal yang utama, sejauh mana kita bersangkutan, adalah pembebasan dari diri kita sendiri.
Sekarang, dalam hubungan itu, ada dua hal yang tidak diketahui atau disadari oleh Ayub tentang apa yang sedang terjadi. Ia tidak tahu bahwa hal ini sedang terjadi dan saudara dan saya mengetahuinya. Kita memiliki keuntungan karena kisahnya sudah dituliskan. Ayub tidak tahu. Oleh karena itu, ketidaktahuannya akan makna rohani dari pengalamannya menjadi kesempatan bagi Iblis, dan ketika Iblis sebagai alat Allah untuk mengosongkan Ayub, telah menanggungkan dengan seluruh kekuatannya atas harta miliknya, atas diri Ayub sendiri, atas setiap alam dari kehidupannya, kemudian sebuah prosesi orang-orang yang disebut ‘teman-teman’ dimulai – teman-teman Ayub. Dan hasil dari semua prosesi teman-teman ini adalah begini, bahwa Iblis menggunakan orang-orang itu sendiri untuk memegang pekerjaan Allah untuk mengubahnya melawan Allah sendiri, dan ini ditemukan saat Ayub dari waktu ke waktu salah menafsirkan pengalamannya dan menjadi sangat dekat untuk menuduh Allah, menyalahkan Allah, mengeluh terhadap Allah, mengambil sikap terhadap Allah yang merupakan suatu pertanyaan besar dan suatu pemberontakan hati yang besar. Iblis telah menangkap sebuah pekerjaan Allah yang besar yang dimaksudkan untuk menghasilkan akhir yang mulia, dan menggunakan pekerjaan Allah itu sendiri melawan Allah di dalam hati hamba-Nya. Teman-teman ini berusaha untuk membawanya ke bawah dakwaan di hadapan Allah. Tidak ada dakwa seperti itu dalam kenyataannya, tetapi mereka, alat-alat di dalam tangan Iblis, berusaha untuk membawanya ke dalam dakwa di hadapan Allah dan membuatnya berbalik memberontak melawan Allah.
Apa artinya ini bagi kita? Nah, ini hanya berarti demikian – bahwa kita harus memiliki pemutusan yang sangat jelas antara apa yang adalah pekerjaan rahmat Ilahi dalam orang percaya dan apa yang adalah pekerjaan penghakiman Ilahi atas orang yang durhaka. Di situlah kita memulai: akhir dari Tuhan; Ia sangat murah hati dan penyayang! Oh, itu agak sulit untuk dipercaya ketika utusan pertama datang dan menceritakan apa yang telah terjadi: bencana! Dan yang lainnya mengikutinya dengan cepatnya dan menceritakan tentang bencana lebih lanjut, dan kemudian yang lainnya, mempersempit lingkaran itu sampai Ayub di dalam pribadinya sendiri terpukul. Ada segala perbedaan antara pekerjaan penuh belas kasihan dan murah hati dalam kehidupan seseorang dari milik-Nya sendiri, dan penghakiman Allah atas mereka yang bukan milik-Nya. Dan Iblis, melalui teman-teman ini, mencoba untuk menghapus perbedaan itu dan membawa Ayub ke atas dasar menjadi seorang yang dinilai oleh Allah sebagai orang berdosa, padahal sebenarnya ia ditangani oleh Allah untuk akhir yang mulia. Yang terkasih, marilah kita berusaha untuk memahami perbedaan antara kedua hal tersebut, selebar Allah telah melebarkannya, dan untuk menjaga jarak itu tanpa jembatan apa pun sama sekali dan jangan pernah membiarkan Iblis untuk menghapuskan perbedaan itu. Kita selesai jika Iblis berhasil, dan itulah apa yang ia coba lakukan setiap saat. Ia adalah pendakwa saudara-saudara.
Singkatnya, ini adalah begini: bukan penghakiman, tapi kapasitas sebagai tujuan Tuhan dalam urusan-Nya dengan milik-Nya sendiri melalui penderitaan. Apakah saudara mengerti itu? – bukan penghakiman, tapi kapasitas, pembesaran kapasitas untuk Allah, hal-hal Allah, untuk hal-hal rohani, Ilahi. Itulah apa yang Allah sedang kerjakan di dalam umat-Nya melalui penderitaan, membebaskan dari keterbatasan itu yang selalu ada saat diri dalam bentuk apa pun memiliki suatu tempat. Oh, saya berharap saudara melihat ini, bahwa ketika Tuhan mengambil salah satu dari milik-Nya yang telah ditebus dan dibenarkan sejalan dengan niat baik-Nya sendiri untuk membawa mereka melalui sampai ke kapasitas yang diperbesar, bahaya tak terbatas yang tepat selalu ada adalah Iblis akan membuat kita menjadi lebih sibuk dengan penderitaan kita sendiri daripada sebelumnya. Tidak ada yang lebih diperhitungkan, atau sedemikian diperhitungkan, untuk membuat kita menjadi sibuk dengan diri daripada penderitaan. Ini merupakan hal yang sangat bagus untuk menemukan orang kudus yang menderita yang tidak sibuk dengan diri mereka sendiri.
Bertahun-tahun yang lalu, seorang hamba Allah (terkenal di seluruh dunia) dan saya berkhotbah di sebuah konvensi di Wales. Ia adalah seorang laki-laki yang dianggap oleh semua orang sebagai seorang yang lebih dari setengah mati. Tidak ada yang akan mengeluarkan polis asuransi atas nyawanya. Jantungnya seharusnya sudah habis dan saya tahu ini. Saya bertemu dengannya dalam perjalanan ke pertemuan tersebut dan berkata kepadanya, “Bagaimana kabar saudara hari ini?” “Oh”, ia berkata, cukup ceria dan berseri, “Aku tidak penting sama sekali!”, namun saya tahu persis bagaimana keadaannya dan sungguh suatu usaha bagi dia untuk bisa datang ke pertemuan itu. Tapi di sini adalah pelepasan indah dari dirinya sendiri, “Aku tidak penting sama sekali!” – hal ini mengesankan saya, seperti yang saudara lihat; hal itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Saudara ini hidup sampai tahun lalu, saya percaya disangga oleh suatu Hidup yang bukan miliknya sendiri.
Tapi saya mengatakan bahwa bahaya besar di bawah penderitaan dan dalam pencobaan, tidak harus secara fisik, tapi segala penderitaan di dalam jalan Allah, adalah untuk menjadi lebih sibuk dengan diri sendiri – dan marilah kita mengingat bahwa itulah tepatnya apa yang Iblis inginkan. Bukannya menjadi sibuk dengan apa yang Tuhan kehendaki, kita menjadi sibuk, terpikat, dengan diri kita sendiri, karena apa yang Tuhan sedang lakukan dengan kita dan bagaimana Ia melakukannya – kesulitan dan penderitaan, hanya hidup di dalam dunia kecil kita sendiri yang telah menjadi dunia kecil yang sangat menyedihkan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lainnya. Saya tahu kesulitannya di sini dan saya tahu pertarungan masalah ini. Tapi apa yang saya rasakan Tuhan ingin saya katakan kepada saudara dan kepada diri saya sendiri adalah ini: bahwa saudara dan saya tidak akan pernah bisa dibebaskan dari Iblis dalam masalah ini sampai kita berfokus pada apa yang Tuhan inginkan dan bukan pada apa yang sedang kita alami atau atas setiap saran Iblis bahwa Tuhan sedang berurusan dengan kita sebagaimana Ia berurusan dengan orang-orang yang tidak beriman dalam penghakiman. Tidak, tidak sama sekali!
Saudara lihat, ada sisi sorgawi ini. Iblis ada dalam masalah ini. Iblis sedang membuat serangan yang luar biasa. Apa dasar kekuatan Iblis? Apa, setelah semuanya, yang terbukti menjadi dasar kekuatan Iblis dalam kehidupan Ayub? Mengapa, ini adalah Ayub yang jatuh ke dalam perangkap pembelaan diri, pembenaran diri sendiri. Ia jatuh ke dalam perangkap Iblis, dan, kawan yang malang, ia berkerumun di lumpur itu untuk waktu yang lama. Ia jatuh tepat ke dalamnya. Oh, semoga Tuhan melepaskan kita dari rintangan itu ke dalam apa kita bisa jatuh dan berkerumun, perangkap Iblis untuk kita bahwa, ketika Tuhan membawa kita ke dalam pencobaan dan penderitaan, apa pun itu, bahwa itu adalah karena Tuhan memiliki kontroversi dengan kita dan sedang melawan kita, ketika setiap waktu apa yang Tuhan kehendaki bukanlah pengurangan, mempersempit dan membatasi, tapi kapasitas. Jika saudara dan saya akan mengatasi kesengsaraan kita dan penderitaan kita dan berkata di hadapan Tuhan, “Niat Tuhan di dalam hal ini adalah bahwa aku akan memiliki kapasitas rohani yang membesar, akhir dari hal ini akan menjadi kegunaan dan nilai yang jauh lebih besar bagi Tuhan!” Jika kita tetap pada garis itu, kita akan dibebaskan dari Iblis. Kekuasaan Iblis atas kita akan sangat dihancurkan, sebab kekuatan Iblis dengan Ayub bukanlah dalam kemampuan Iblis untuk menindas, tapi itu adalah atas dasar kesibukan Ayub dengan dirinya sendiri di bawah disiplin. Apakah saudara memahami arti penting dari ini?
Saya tidak mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah menilai umat-Nya sendiri. Ada dosa ke dalam apa umat Allah dapat jatuh seperti orang berdosa di majelis Korintus, dan Allah sungguh menghakimi dalam kasus kesalahan tertentu bahkan anak-anak-Nya sendiri – tidak untuk kehancuran, meskipun demikian. “Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” (1 Korintus 5:5); tidak untuk kebinasaan terakhir tapi untuk keselamatan. Tapi kita tidak berbicara tentang kasus spesifik penghakiman Ilahi anak Allah. Kita sedang berbicara tentang kasus umum dari begitu banyak umat-Nya yang dibawa ke dalam penderitaan dan pencobaan dan dikosongkan. Untuk apa? Untuk menjadi lebih terisi. Jagalah agar mata saudara tetap fokus pada hal ini. Saudara telah melihat akhir dari Tuhan – jagalah agar mata saudara tetap pada itu, akhir dari Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki – pembesaran. Itu pastinya akan menjadi hasil dari setiap pekerjaan Ilahi di dalam umat-Nya sendiri di sepanjang garis penderitaan.
Saudara dapat menyelesaikan meditasi ini ke dalam hanya satu hal ini – akhir dari Tuhan bukanlah penghancuran atau penghakiman, tetapi kapasitas, kepenuhan dan tentu saja, seiring dengan itu, dibawa ke suatu tempat di mana kekuatan Iblis tidak dapat lagi beroperasi.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.